Part 26

82 13 18
                                    

Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!

🌼🌼🌼

Sebuah mobil hitam terparkir sempurna. Pemiliknya sedang berada di bagian bagasi yang belum tertutup. Memastikan sesuatu. Setelah menurutnya tak ada barang tertinggal, ia mengangguk-angguk pelan. Tangannya yang sedari tadi bertumpu pada pintu bagasi tergerak kebawah. Menutup dengan kuat dan menimbulkan dentuman yang kuat pula.

Lelaki itu berjalan menuju kursi kemudi, memposisikan duduknya agar nyaman saat berkendara. Tak lupa ia memasang seatbellnya. Untuk berjaga-jaga. Setelah itu ia memutar kunci, lalu menginjak pedal gas dan melaju cepat.

Hari ini adalah hari dimana Iqbal dan kawan-kawannya akan mengunjungi desa sebelah untuk survey lokasi. Apa, survey lokasi? Terdengar seperti sebuah perusahaan yang meninjau suatu tempat untuk tempat bisnisnya. Tapi ini bukan untuk tempat bisnis, melaikan tempat baru untuk 'bersenang-senang' versi Iqbal dan kawan-kawan. Mengerikan, bukan? Desanya sudah tak aman bagi mereka. Mereka mencari tempat baru untuk bermain.

Iqbal berhenti sejenak di salah satu rumah warga. Ah, lebih tepatnya rumah saah satu kawannya. Mereka sudah bersepakat menunggu Iqbal dirumah tersebut.

"Ayo cepet masuk,bro"

Deddy memanggil kawannya yang lain agar segera masuk. Hari sudah beranjak siang. Jika mereka bergerak seperti siput, bisa dipastikan mereka akan terbakar matahari di jalan nanti.
Setelah semuanyamasuk, Iqbal menoleh sebentar kebelakang. Memastikan bahwa tak ada satu temannya yang tertinggal.

"Kalian siap?"

Semua yang di dalam mobil mengangguk mantap. Kemudian Iqbal memposisikan diri untuk melaju dan melesat jauh.

***

Setelah pertanyaan konyol Ray tadi, mereka kembali berjalan dalam diam. Ya, itu memang pertanyaan yang konyol. Sebenarnya Ray hanya ingin tau, apakah wanita terjaga seperti Hanun memiliki kriteria suami yang putih, tinggi, berdada bidang, seperti kebanyakan perempuan?

Ternyata tidak. Kriterianya hanya dua. Taat pada Allah, dan mampu membawanya lebih dekat dengan Allah. Artinya lebih dekat dengan syurga. Dan keduanya itu tidak mudah.

Suasana yang canggung, tapi memang seperti inlah seharusnya. Bukannya mereka berdua memang saling asing? Ray akhirnya memutuskan meneliti jalan yang dilaluinya. Mencoba mengingat-ingat jika suatu saat ia diperintah Pak Zzumain ke pasar ini lagi, atau setidaknya ia ingat jalan pulang ketika ia berjalan-jalan sendiri.

Ngomong-ngomong tentang rumah, ia jadi kepikiran tentang rumahnya. Apa kabar rumahnya? Apa kabar ibunya? Sampai kapan ia akan berada dirumah Pak Zumain? Entahlah. Sejauh ini Pak Zumain tak pernah mengusirnya atau menyurunya pergi, walau dengan kalimat halus atau sindiran. Ray juga tidak berbuat ane-aneh, sejauh ini. Justru ia banyak membantu,menurutnya.

Tanpa sengaja matanya menangkap sebuah mobil yang tak asing. Ia perhatikan mobil berwarna hitam yang melaju pelan itu. Nomor platnya,ia ingat. Itu mobil Iqbal. Apa yang ia lakukan disini?

Ray berjalan dengan gusar. Tidak,tidak. Iqbal dan kawan-kawannya tak boleh tau kalau Ray ada disini. Terlebih dengan pakaian koko seperti ini. Terlebih lagi ia sedang bersama Hanun, gadis yang dulu pernah diincar Iqbal.

Ia harus bersembunyi. Harus. Hanun juga harus di sembunyikan.
Ray memicing mencari tempat sembunyi yang tepat, dan paling dekat. Lalu ia melihat lorong kecil yang buntu. Tak ada waktu lagi, ia harus segera.

Hanun menoleh ke belakang setelah ia tidak mendengar derap langkah di belakangnya. Dan benar saja,Ray berhenti ditempat. Matanya berkelana kemana-mana. Apa yang dia cari?

Meet For Leave (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang