Salam kenal, aku penulis amatir, yang kerjanya cari pengalaman. Silahkan tandai kalau ada kesalahan atau kekurangan,ya. Happy reading, hope you like it!!
🌼🌼🌼
Ray berjalan gontai. Tak berniat menghiraukan sapaan kerikil di bawah telapak kakinya, justru ia menendang mereka begitu keras. Ia benar-benar kacau sekarang. Ia masih tak menyangka, ternyata selama ini Hanun benar-benar pintar bersandiwara. Menutupi lukanya dengan senyuman manis juga perlakuan baik. Tapi Hanun tidak sedang bersandiwara, ia memang gadis seperti itu. Ray tau gadis itu akan berusaha menerapkan ilmu yang sudah ia tau ketimbang menuruti perasaannya. Seperti tetap memperlakukan Ray dengan baik sebagai tamu, walau jauh di dalam hatinya ia membenci melihat wajah lelaki itu lagi.
Tak menyangka, perhitungannya meleset jauh luar biasa. Ia mengira setelah bersama Pak Zzumain, menimba ilmu dan berubah lebih baik dari dia yang sebelumnya, ia dapat lebih mudah mendapatkan Hanun. Gadis yang benar-benar membuatnya tergila-gila, gadis itu berbeda dari semuanya. Ia mengira, setelah ia banyak membantu gadis itu, ia dengan mudah mendapatkan hatinya. Ternyata, sekali lagi itu hanya perkiraannya.
Seharusnya dari awal ia tau bahwa Hanun akan menolaknya. Dia dan Hanun ibarat langit yang penuh bintang, dan sepetak tanah humus yang penuh kotoran binatang. Jauh berbeda. Tapi dasar si Ray, ia nekat saja melakukan perkiraannya itu semua.
Dan disinilah ia sekarang. Berjalan tak tentu arah, karena memang ia tak mengerti jalanan ini. Setelah Hanun menyampaikan segalanya, ia sudah tak memiliki muka lagi bertahan lebih lama bersama mereka. Perbuatannya keterlaluan, ia tau itu. Ia lebih pantas mendekam dalam jeruji besi ketimbang terus bergabung dengan orang-orang yang sudah ia sakiti, namun tetap berlaku sebaik itu.
Setelah menghabiskan banyak langkah, mengeluarkan banyak peluh, dengan tatapannya yang semakin layu dan suram,akhirnya matanya menangkap beberapa motor yang berjejer rapi. Ia yakin, tukang ojek itu lebih hafal dan berpengalaman tentang daerah sekitar sini.
Tangannya melambai, memanggil salah satu ojek yang melihatnya. Ojek itu pun dengan tangkas menyalakan sepedanya. Setelah memastikan jalanan lumayan legang, ia menyabrang dengan motornya menghampiri Ray yang ternyata sedari tadi termenung.
“Mas” suara dari lelaki tukang ojek itu membuyarkan lamunannya.
“Mau kemana,mas?” tanya tukang ojek itu sekali lagi. Ray tampak memutar-mutar kepalanya, mencari jawaban pula. Mau kemana kah dia? Tujuannya untuk meminta maaf kepada Pak Zumain sudah hancur, ia sudah tak punya muka menghadap lelaki berhati malaikat itu. Mau pulang ke ibunya? Ia bahkan tak tau seberapa jauh antara tempat yang ia pijak dengan kediamaannya.
“Ke kantor polisi,Pak”
Beberapa detik tukang ojek itu tampak terkejut, namun setelah itu ia kembali normal lagi. Kemanapun penumpangnya pergi, ia akan mengantarkan. Yang terpenting baginya adalah mendapat upah dari hasil mengojek. Sedari tadi sepi pelanggan, bahkan se-siang ini baru mendapatkan satu. Kesempatan ini tak ia sia-siakan. Ia tak ingin membuat penumpangnya merasa tak nyaman dan mencari tukang ojek lain.
Akhirnya, setelah memastikan Ray telah duduk dengan sempurna dan nyaman, lelaki itu dengan tangkas melaju. Membelah jalanan yang sedari tadi sesak dengan polusi.
***
“Hari ini apa ada kasus yang perlu diselesaikan?” lelaki paru baya dengan otot yang masih sempurna kekarnya itu bertanya pada rekannya yang tengah duduk didepan komputer dengan sejuta angka dan nomor yang sudah menjadi sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet For Leave (Completed)
Teen FictionAku baru saja keluar pintu, tiba tiba dia menghampiriku. Dia membuat jarak sangat dekat, sampai aku menarik nafas terkejut atas kehadirannya. Matanya begitu menunjukkan penyesalan, namun setelah apa yang terjadi antara kita, masih menyisakan sakit b...