~4~ (Sudah Revisi)

13K 394 10
                                    

Satu bulan sudah Alliya berada di Ponpes Al-Amin. Gadis berparas cantik itu kini sedang memegang pulpennya mencatat materi yang ada di papan tulis. Bibirnya sedikit tersenyum ketika mengingat sesuatu hal. Sampai ia tak menyadari bahwa ada sepasang nata yang terus menerus menatapnya kagum.
Ia tak sadar, bahwa sebenarnya yang ia lakukan sudah termasuk zina mata dan zina pikiran. Terkadang, Harta, Tahta, dan Manusia bisa membuat kita lupa pada hari akhir. Melakukan sesuatu yang seharusnya tak ia lakukan. Merasa bahwa semua yang ia lakukan yah lumrah saja.
"Baiklah, yang sudah silahkan kerjakan halaman 45 Seperti biasa tulis abjad saja beserta keterangan. Fahimna? "
"Fahimtum Gus"
Setelah kelas pagi itu selesai, Alliya, Mayang, dan Valleta kini berada di depan pohon Rambutan yang sudah matang. Wajah Alliya terlihat resah dan gelisah. Gadis itu terus saja beristighfar melihat kedua temannya yang sedang berdiskusi siapaa yang akan naik ke paling atas.
"Gue ajah deh May, lo kan pendek. Gue lebih tinggi"
"Gak gak, gua mau paling atas Vall"
"Entar lo gak bisa ngambil keseluruhannya egeee"
"Vall, Mayy, mending izin Nyai dulu deh. Aku takut kena takzir nanti" Pinta Alliya menyatukan alisnya dengan wajah panik.
"Yaa jangan, ini kita bolos puasa senin kamis egee"
"Haduh, Aku takut banget nihh"
"Udah All udahh deh gak apa-apa" yah beginilah nasib punya sahabat yang bandelnya minta ampun. Allah gak nanggung-nanggung ngasihnya, langsung dua loh yang membuat Alliya stres tiap hari, MasyaAllah.
Tak lama kemudian Valleta menaiki pohon, disusul oleh Mayang yang mengangkat roknya dan kemudian menaiki Pohon tanpa alas kaki. Alliya melirik kesekitar, tidak ada siapa pun disana yang melintasi area kebun samping rumah Kyai dan Nyai. Hingga akhirnya sebuah suara membuat Alliya menjadi kaget "Assalamualaikum Mbak santri, sedang apa disini?"
"Ah anu, eungg anuu Gus-"
"Jawab dahulu salamnya Mbak"
"Wa-Waalaikumsalam. Anu gus-"
"Let, sialan lo"
Galih menoleh ke atas sedikit, matanya membelalak kaget melihat dua kaum hawa yanf memakan rambutan dengan santai dan membuang bijinya sembarangan, bahkan biji rambutan tersebut mengenai kepala Galih.
"Teman Mbaknya?" tanya Galih kepada Alliya.
"Mbak, saya hitung sampai 5 segera turun yah!"
"Siapa lo nyuruh gue?!" jawab Mayang tanpa melihat ke asal suara"
"1
2
3
4
5"
Tak disangka, Galih menarik ujung gamis yang Mayang kenakan dengan perlahan. Mayang yang kesal pun langsung menoleh ke arah bawah, betapa terkejutnya ia melihat seseorang yang menyuruhnya turun. Mayang yang kaget pun seperti akan terjatuh. Namun, sebelum ia benar-benar terjatuh, gadis itu menarik kaki Valleta. Pada akhirnya kedua gadis cantik itu jatuh bersama. Mata Valleta mendelik menahan sakit di tenggorokannya, terbatuk-batuk mencoba mengeluarkan isi yang menyangkut di tenggorokannya
"Uhukk Uhukk"
"Vaall keluarin Vall"
"Uhukkk uhukkk"
"Bissmillahirahman nirrahim"
Bughh
Mayang memukul Valleta cukup keras, Alliya yang panik pun ikut memukul tengkuk Valleta. Hinga Valleta mengeluarkan biji rambutan yang menyangkut di tenggorokannya.
"Alhamdulillah" ujar Alliya lega
"GILA LO MAYANG, SETANN, ANAK DAKJAL"
"MATA LO. DIA NOH YANG BIKIN GUE KAGET VAL ANYING" Galih mendelik menatap kedua santrinya heran.
"Kalian saya takzir ucap istighfar 3000 kali di depan Nyai dan Zunaira. Dan kamu, karena tidak mencegah mereka berbuat yang tidak benar saya takzir bersihin Ruang Tamu dan Ruang keluarga Ndalem"
"Sialan, untung Gus lo anjir, kalo bukan udah gue tonjok tuh muka lo" gerutu lirih Mayang yang dapat Galih dengar membuat lelaki itu menggelengkan kepalanya.
"Kalau gitu kita permisi, Asslamualaikum gus" Pamit Alliya undur diri
"GALIH JANGAN MARAH-MARAH, TAKUT NANTI LEKAS TUA. KASIAN NANTI JODOHNYA, EMOSI MULU LIAT ELO" Mayang bernyanyi cukup keras dan beralih pergi meninggalkan Galih yang tercengang kaget namun terkekeh sesaat kemudian.
Waktu semakin cepat berputar, Mayang, Valleta, dan Alliya sudah menyelesaikan takzirnya. Mereka bertiga merebahkan dirinya di dalam kamar, sebelum akhirnya menyiapkan keperluan mandi mereka. Valleta berdecak sebal melihat Mayang yang mondar-mandir dari lemari ke tempat ia tidur ke lemari lagi. Mengobrak abrik lemarinya entah apa tujuannya.
"Woy Yang, lo ngapa sih?"
"Anuu Lett, asma gue kayaknya hufttt ka-kambuh. Tapi o-oksigen gue gak ada" Alliya menoleh ke arah Valleta yang nafasnya mulai tersenggal-senggal.
"Yang bener lo?" Tanya Valleta memastikan.
"Huhhhh huhhhh" Alliya keluar dari kamar, berlari menuju ruang kesehatn. Namun sialnya gadis itu malah menabrak seseorang tanpa sengaja.
"Afwan Akhi, Afwan" ucap Alliya meminta maaf
"Tenang dulu Mbak, ada apa?"
"Eungh gus? Afwan gus"
"Iya, tidak apa-apa. Njenengan kenapa?"
"Itu gus, teman saya asmanya kambuh. Tapi oksigennya ndak ada"
"Di Ruang kesehatan gak ada oksigen Mbak. Mending dibawa ke puskesmas dulu. Mari"
"Eh iyah gus" Alliya dan Galih sedikit berlari menuju kamar Alliya. Mayang sudah tergeletal lemas dengan Valleta yang menangis menggoncang tubuh Mayang. Galih yang melihatnya pun langsung menarik selimut yang cukup tebal, kemudian menyelimuti tubuh Mayang. Galih mengangkat tubuh kecil gadis itu dengan sangat mudah, Galih berulang kali istighfar di dalam hati. Memohon ampun karena telah menyentuh wanita yang bukan mahramnya.
Sesampainya di puskesmas, Mayang segera mendapat pertolongan pertama dari staf pukesmas, Alliya memeluk tubuh Valleta untuk menenangkannya. Valleta yang ada di pelukan Mayang mwnggerutu tidak jelas membuat Alliya kebingungan sendiri.
"Awas yah lo May, gue bejek-bejek lo udah bikin gue nangis. Lagian jadi cewe lemah banget sih lo, nakal doang digedein. Fisik lemah banget. Gini nih kalo badan kekecilan, kenapa sih lo tuh kecil banget. Paru-paru lo jadi gak muat kan itu. Buruan kek sadar gilaa. Mata lo gue congkel lama-lama yah, percuma punya mata ga dibuat ngelihat, demen merem"
"Udah Lett, do'a yang baik. Malah ngomel-ngomel gak jelas" ujar Alliya heran.
Beberapa saat kemudian setelah Mayang sadar, Alliya dan Valleta pamit undur diri. Karena hari pun sudah mulai larut, sedangkan Mayang harus menghabiskam infusnya terlebih dahulu ditemani Galih.
Sesampainya di Pesantren, Alliya dan Valleta langsung saja membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Usai itu, mereka berdua berjalan beiringan melewati setiap lorong menuju kamarnya. Banyak ruangan yang kosong di bagian bawah, seperti gudang, perpustakaan, dan ruang rapat.
"All, gue kepo deh sama muka suami lo" Alliya tidak menjawab pertanyaan yang Valleta lontarkan, gadis itu hanya tersenyum kemudian terkekeh.
"Malah ketawa lagi, eh entar kalo lo lulys dari sini, lo mau kuliah gak?" tanya gadis itu lagi, yang masih dibalas senyuman oleh Alliya
"Iyah" lirih gadis itu menjawab pertanyaan Valleta.
"Eh gue lupa. Buru ke kamar All" Valleta menarik tangan Alliya untuk mengikutinya berlari, seketika itu juga jantung Valleta berdegup dengan sangat kencang. Kedua gadis itu sampai di kamarnya, dengan sangat perlahan Valleta membuka kamarnya. Alangkah terkejutnya ia melihat Alliya yang tengah tertidur di kasurnya membelakanginya.
"Sudah, tidak usah takut. Anggap saja ini perkenalan kita hihihihi" lirihnya di telinga Valleta. Gadis itu segera menghampiri Alliya, memeluk Alliya dengan ketakutan, dan tentu saja hal itu membuat Alliya kebingungan.
"Astaghfirullah aku kaget Letta" ujar Alliya.
"Hiks hiks, gue, gue ketemu hantu All. Dia menyerupai eloo, terus pas gue tau lo disini dia bisikin gue. Dia bilaaang, dia bilang dia kenalan sama gue. Dia terus ketawa All, gue takut" Alliya mengusap bahu Valleta dengan lembut. Gadis itu kemudian menyuruh Vakleta untuk membaca Ayat kursi bersamanya. Namun-
"Mau saya bantu bacain ayat kursi Valleta?" Seketika itu juga Alliya dan Valleta semakin memperkeras bacaannya. Pengalaman horor pertama kali dalam hidup Alliya dan Valleta adalah saat ini. Semoga saja nanti mereka tidak lagi menemui pengalaman-pengalaman ghaib lainnya.
Pagi harinya, Alliya sedang berada di bawah pohon rindang bersama Valleta untuk sekedar beristirahat dan menghafalkan Hadits-hadits untuk disetorkan kepada Ustadzah yang memimpin. Valleta berdecak terus-terusan karena tak bisa menghafal Hadits tersebut kemudian menggerutu "Ck ah, otak gue lemah bet dah"
"Sabar Lett, kan semua butuh proses" nasihat Alliya sambil tersenyum
"Alliyaa Alliyaa..."
"Alliyaa" Gadis itu mengedarkan pandangannya kesekeliling, hingga suara yanf memanggilnya tadi kini berada persis di depannya.
"Alliya.. huh huh huh"
"Astaghfirullah Sifa.. kenapa kamu lari-lari??" tanya Alliya menarik tangan Syifa untuk duduk di sampingnya.
"Hufttt.. anu.. Huh huh keluarga kamu huh huh"
"Tarik nafas panjang Faaa!" Syifa menarik nafas panjang, namun tak segera ia buangm gadis itu menepuk pundak Alliya berulang kali
"Buang nafasnya Faa. Lo ngapain nahan nafas lama gitu." Timpal Valleta heran.
"Lah si Alliya cuman bilang tarik nafas enggak bilang buang. Yah akunya tarik doang enggak buang" Alliya menepuk jidatnya sebal. Bagaimana bisa Sifa sepintar itu heh?
"Keluarga kamu nelfon All" ujar Sifa kemudian.
"Seiurs?'
"Iya udah sana"  Sifa mengusir Alliya pergi, gadis itu pun akhirnya segera ke rumah ndalem. Karena di sanalah informasi dari wali santri dan untuk wali santri di beritahukan. Gadis itu kemudian duduk di salah satu bangku dekat dengan telpon genggam. Mengangkat telpon itu dan kemudian berbicara.
"Assalamualaikum Mama"
"Wa'alaikumsalam sayang, gimana kabar kamu?"
"All baik kok Ma, Mama sama semuanya gimana Ma? Baik kan?"
"Semuanya baik kok sayang, tapi suami kamu lagi sakit nggak mau makan, Udah dibujuk segala macem tetep gak mau dia nya"
"Astaghfirullah, terus gimana Maa? Apa All pulang ajah? Nanti Mama izinin yah"
"Yaa enggak apa-apa sih, nanti biar di urus Papa kamu. Yaudah All Assalamualaikum, Mama tunggu"
"Wa'alaikumsallam"

Alliya kembali kekamar nya dan langsung ditanya-tanya oleh kedua sahabatnya itu

"Dari mana lo??"

"Ngapain ae??" Dan masih banyak lagi

"Duhh nanyanya tuh satu-satu dong!!" Alliya kesal dengan sahabat nya itu

"Iyahh maap. Abiss kita kepo!!"

"Aku dari ruang informasi, keluarga aku telpone dan katanya suami aku lagi sakit, so!! Aku harus pulang seminggu"

"Yahh jadi sepi.." jawab Mayang lesu

"Jangan gitu dong!! Aku jadi gak tega nihh buat pergi" katanya sambil mengerucutkan bibirnya

"Makannya jangan pergi" Dasarnya Valleta yang cuek dan berwajah datar, mengatakan tanpa ekspresi. Wajah datar nya ae kalah serem sama hantu muka rata wkwk

"Aduh aduh aduh... plisss yahhh!! Aku cuman pulang seminguu Mayang, Valleta!!"

"Hemm.. jangan lama-lama yahh All.. kan kita bentar lagi pisah karena kita bentar lagi lulus, dan pastinya lo kan bakal balik ke Surabaya sedangkan kita tetep di Jakarta" Kini wajah datar Valleta berubah menjadi lesu seperti Mayang

"Haduhh Mayang!! Valleta gini yahh, kita kan masih bisa chat-chat an. Dunia udah cangi woeyy"

"Hemm iyadehh, ehh tapi gimana kalau kita sama-sama kuliah ke Surabaya dan gue juga bakal ambil jurusan keperawatan"

"Hah?? Seriusan lo Lett?? Lo kan bermuka datar!? So! Apa yang lo rawat nggak takut gitu ama lo??" Alliya dengan nada mengejek ke Valleta

"Apaan sih lo All.. kalo ngomong suka benerr ihh"

"Hahahahha"

Dan mereka bercanda hingga waktunya All untuk packing menuju rumahnya. Dipesawat, Alliya hanya diam dan banyak melamun, entahlah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu

Sesampainya dibandara Juanda, Alliya menunggu keluarga untuk menjemputnya

Dan, mereka sudah ada ditempat

Alliya menuju kerumahnya, rasanyaa rinduu karena sudah 2 tahun ini dia tidak berkunjung, selain jarak yang jauh, dan juga karena dia sibuk

Alliya langsung ke kamar nya, tentunya kamar itu juga kamar yang ditempati oleh Varlan

"Yaallah kak.. Kakak kenapa?? Kok jadi sakit gini?? Kakak makan yahh?! Kakak mau apa?? Nanti All bikinin kok!! Minum obat yah Kak!!" Ujarnya beruntun

"Gua gak apa All!!"

"Gak apa gimana sih kak?? Orang ini badan Kakak ajah panas, kayak udah ada dimatahari ajah?? Kakak berenang aer panas yahh makanya badan nya jadi panas gini"

"Duhh All.. panjang amat sih kalo ngomong, mending lo mandi ganti baju terus temenin gua!! Gua mau ngomong ama lo!!"

Nah lo!! Mau ngomong apaan nih??

Always happy guys!!

Tbc

Alliya Jodohnya Kak Varlan (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang