Empity ( chapter 18)

1.5K 250 28
                                    

Benci dan sayang, sedikit sama berbeda makna. Seperti sebuah mimpi yang terselip realita..."

........

(Author **** POV)

Hujan....

Tetesan air pernuh akan manfaat dan jutaan cerita di dalamnya. Dimana setiap manusia di dunia menggapi hujan dengan hal berbeda. ada yang merasa senang, sedih, datar, ataupun biasa. menatap hujan dari balik jendela adalah kebiasaan yang dilakukan setiap manusia tanpa mereka sadar.

Lihatlah hujan yang jatuh dari angkasa. Menciptakan cipratan kecil yang menembus tanah. Terdengar suara kodok yang bernyanyi menyambut kedatangan tangisan langit itu, seolah mereka begitu menikmati siraman tetesan hujan.

Hujan tepat dimalam ini....

Andaikan di penjuru dunia ada yang bahagia akan kedatangan hujan. Maka di sisi penjuru seperti disini, justru....

Ada seseorang yang menatap datar. Di balik jendela yang basah akan derasnya hujan. Terlihat dengan jelas bagaimana tatapan kosongnya. Banyak pikiran yang berkemelut di dalamnya, menyimpan beban masalah dalam setiap sel otaknya. Bagaikan amnesti yang begitu memberatkan dirinya.

Terlalu banyak penyesalan dan kecewaan yang tumpah dan jatuh dalam dirinya. Hingga pada akhirnya hatinya terus berteriak.

Kenapa, kenapa dan kenapa....

Ini sangat menyesakan baginya. Terlalu menyakitkan dan terlalu berat untuk ia tahan sendiri.
ya.... seorang Park Chanyeol yang sedang memikirkan nasib adiknya.

"Makanlah, kau hanya manusia biasa yang membutuhkan makanan." Suara tegas dan sedikit serak membuyarkan atensi seorang namja dengan lesung pipitnya.

Ketika namja bermarga Park itu menoleh, ia menampakan wajah terkesan dingin dan datarnya. Seakan dia sangat kesal dengan kedatangan seseorang yang menegurnya.

"Kenapa kau mempedulikanku, dasar iblis!" suaranya menunjukan kekesalan yang sangat berarti. Menunjukan emosi yang begitu besar terhadap namja berstatus sebagai saudaranya. bahkan Chanyeol enggan berpindah dari posisi duduk di pinggir jendela rumahnya.

"Karena aku hyungmu, makanya aku mempedulikanmu." Suho mengatakannya kembali, dengan memasukan kedua tangannya di kedua saku celananya. Tak ada nada suara bergetar dan terkesan biasa ketika mendengarnya.

Ingin rasanya Chanyeol mengucapkan sumpah serapah atas ucapan Suho, sang kakak.

"Kau mengatakannya seolah-olah kau adalah saudara paling baik di dunia ini. ck, tak kusangka wajah malaikatmu berbanding terbalik dengan sifat aslimu. Jangan berdusta, kau hanya membenci adikku!" kata-kata begitu tajam yang Chanyeol ucapkan. Hanya saja, hal itu tidak mempan bagi Suho. Entahlah... sepertinya hatinya sudah tertutup batu es tebal dari Antartika.

"Chanyeol!" sedikit menggeram marah, hanya saja Suho mampu menutupi kemelut amarahnya dengan ekspresi datar tak berbekas.

"Jangan memanggil namaku hyung, kau sangat menjijikan bagiku!" tak tahan, tubuh tinggi itu seketika menjulang berdiri. Menatap sang kakak dengan atensi penuh emosi.

Kaburnya sang adik membawa dampak buruk bagi suasana hati seorang Chanyeol. Bahkan ia melupakan rasa lemah dari efek obat yang ia minum tadi.

"Kau sedang sakit bukan? Pikirkan keadaanmu, kau hanya membuang waktu jika memikirkan anak idiot itu." maju satu langkah, menekuk lengannya di dada. Menatap sang adik tanpa rasa takut karena statusnya sebagai anak pertama dalam rumah ini. tentu saja, membuat ia berani melayangkan tatapan menantang ke arah sang adik yang tengah terkepal tangannya.

Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang