"Aku melihat sebuah kemustahilan yang menggila. Seperti seseorang mengalami sakaratul maut. Lalu, bagaimana jika kedua mata itu akhirnya terpejam? Sebagian kisah cerita akan tertinggal pada saudara atau keluarga lainnya."
(Author ***** POV)
Orang yang keras kepala....
Sang ayah tidak bisa lagi menasihati anaknya ini. Dengan wajah kelabu dimana gurat akan ketakutan jika penyakit sang anak akan kambuh. Sama seperti hal nya latar belakang dimana setiap deretan cerita bagaikan waktu mulai habis. Chanyeol baru saja keluar dari toilet saat memuntahkan semua isi perutnya, efek sebuah obat benar-benar mengerikan.
Berharap jika dia tidak akan minum rasa pahit dengan kadar efek samping menggila. Bukan manisnya gula yang sering dia konsumsi untuk menambah tenaga karena kandungan manisnya. Dulu dia seperti atletis dengan tubuh bisa dikatakan sangat bagus, tapi sekarang dia seperti manusia lumpuh tak berdaya.
Beberapa orang memperhatikan mereka yang mendorong kursi roda menuju halte, berbekal ijin seorang dokter membuat sang ayah merasa yakin bahwa anaknya akan baik saja. Kemungkinan juga sang istri akan marah karena sudah menuruti keinginan Chanyeol.
"Apa kau tidak masalah Chan, disini appa khawatir dengan mu." Ayahnya berbisik di telinga sang anak, jujur penglihatan Chanyeol makin buruk. Dia memakai masker, syal juga pakaian hangat karena hawa dingin sekarang. Kebetulan sekali musim gugur dan angin nya membuat siapapun terkena flu. Sekarang dia menyesal pernah mengeluh sakit flu, padahal sakit flu lebih baik ketimbang sakit kanker. Jika bisa dia ingin kembali ke masa lalu tapi sepertinya itu mustahil.
"Tidak appa, aku ingin ke suatu tempat. Aku mohon... Ada satu hal yang ingin aku lakukan." Tangan itu bergetar tapi dia sembunyikan melalui kepalan tangan. Sebenarnya rasa dingin merasuki tubuhnya tapi enggan akui hal itu. "Bagaimana kalau keadaan mu memburuk, appa sangat khawatir Chan. Jika memungkinkan besok kau bisa kesana." Ungkap sang ayah, dia merasa bahwa keinginan anaknya seperti mutlak. Walau bibirnya bilang untuk tidak tapi tubuhnya seperti memberikan izin dengan membantunya keluar dari rumah sakit.
Chanyeol mengulas senyum tipisnya, dia sekarang lebih menerawang. Memperhatikan langit sekitar dan mengakui benaknya. "Jika besok aku takut tidak bisa appa, segala kemungkinan ini membuatku takut." Bibirnya bergetar menahan sedikit pusing, dia butuh obat. Tangan kurusnya menarik lengan baju sang ayah dan meminta pil yang dibawanya.
"Bolehkah aku meminta obat itu appa?" Ujarnya dengan wajah tersenyum palsu, beruntungnya sang ayah tahu kalau anaknya hanya berusaha menyembunyikan bebannya sendiri. "Minumlah dengan perlahan, appa tidak ingin kau tersedak." Dengan cepat dia memberikan air minum itu, Chanyeol bisa merasakan bahwa tenggorokannya tidak kering seperti tadi.
Jujur dia sendiri belum minum sedari kemarin, tapi dia seperti manusia sehat. "Terimakasih appa, aku sudah lebih baik sekarang." Bibir yang pucat itu mengecap rasa, dalam setiap ungkapan katanya terdapat ucapan mengenai kebohongan. Sekarang dia lakukan karena lebih baik sekarang tidak dia alami. Rasanya semua tubuhnya ingin ambruk, beruntung dia bertopang pada sebuah kursi roda.
Lemas...
Chanyeol melihat beberapa bus berlalu lalang, kapan dia bisa seperti mereka. Seperti dulu yang tidak merepotkan keluarganya, menjadi manusia lemah bukan keinginannya. Dia seperti kehilangan kunci solidaritas nya dari Kai yang merupakan sahabatnya.
"Appa, bolehkah aku memakai earphone?" Permintaan begitu sederhana saat rasa bosan mencoba merasuki setiap jengkal tubuhnya. Asa yang tak sampai dan puing-puing buram tatapan itu kian menusuk. Kedua matanya kehilangan kendali atas kesadaran. Ayahnya mengangguk dan membantu anaknya memasangkan dua buah tape kecil itu ke lubang telinganya. Suara musik klasik menenangkan jiwa sengaja dia pilih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓
Fanfiction"Hyung maafkan, aku hyung... maafkan aku.. aku bukan adik yang sempurna untukmu... maafkan adikmu yang idiot ini hyung..." -Sehun- "Sulit kumenerimamu, menerimamu sebagai seorang adik... karena kau hanya si idiot.." -Suho- "Bertahanlah Sehun, hyung...