"Terbang tinggi bebas seperti kau paling bahagia di sana. Ini sama hal nya dengan sebuah mimpi. Apa yang harus dilakukan agar semua menjadi lebih baik?"
(Author **** POV)
Ini sama halnya dengan menangkap matahari pagi dengan telapak tangan. Bukan soal bagaimana kau mendapatkan hangatnya tapi bagaimana kau bisa menikmati setiap yang ada. Ketika Sehun berada di luar dengan senyuman manis tersungging ke samping, saat itulah sebuah petunjuk terjadi. Dia melihat bayangan dirinya berada di atas rumput, kebetulan dia sudah selesai berdoa dan disini menunggu ibunya datang membawa makanan.
Sang ayah pergi untuk memastikan keadaan sang kakak, dia tak apa di sini sendiri karena dia belajar untuk berani. Hanya saja dia terlalu cepat belajar tanpa pengawasan karena keadaannya dikatakan belum bisa.
"Apakah kau yang bernama Park Sehun?" Tiba-tiba seorang wanita datang menyapa, dia terlihat modis dengan pakaian dikenakannya. Bukan hanya itu saja, kacamata hitam memang pantas dia gunakan. Tentu saja namja muda disana langsung mengangguk, tanpa rasa curiga atau takut dia beratnya.
"Lalu bibi siapa aku belum pernah melihat bibi sebelumnya." Sehun mengedipkan beberapa kali mata polosnya, hal menarik adalah bahwa menipu orang bodoh itu menyenangkan dan mudah. Sampai akhirnya wanita itu bersorak dalam hatinya lalu merangkul namja muda itu. "Kebetulan aku kenal kakakmu, apa kau ingin bertemu dengannya?" Bidiknya seduktif sembari melihat sekitar, bisa dibilang cukup aman sekarang.
"Eoh kakak? Emmm... aku punya dua kakak. Maksud bibi kakak yang mana?" Wajah itu nampak penasaran tapi di sisi lain dia selalu ingat untuk tidak percaya pada orang asing. "Park Suho, kakakmu namanya Park Suho bukan? Dia bilang bahwa dia ingin kau menemuinya. Makanya aku menjemputmu." Seperti memberikan pengaruh dan masih memandang situasi.
"Ah Suho Hyung, bagaimana keadaannya aku sangat khawatir. Apakah dia sudah sembuh, pipinya warna merah."
Skakmat!
Wanita itu senang karena mangsanya begitu mudah terpengaruh, sedikit lagi dia akan bisa membujuk namja muda itu untuk ikut dengan nya. "Dia baik tapi dia bilang dia rindu padamu. Ayo kuantar kau sangat sayang pada kakakmu bukan?" Dia mengusap rambut hitam itu dengan lembut akan tetapi terlihat majemuk ketika ketidaksukaan itu muncul dalam senyuman palsunya.
"Tapi, bagaimana mungkin Suho Hyung rindu padaku. Dia selalu memarahi ku dan tidak mungkin dia mencari ku. Kalau aku di rumah pun aku diusir." Sehun mengatakannya dengan wajah polos tapi ucapan cukup masuk akal untuk orang sepertinya. Hanya saja dia tidak tahu bahwa wanita di depannya tak bisa pura-pura.
"Kau sangat sulit di atur ya, sudah aku bilang kalau kakakmu mencarimu Park Sehun." Lama-lama nada bicaranya menjadi menyeramkan, membuat wanita itu seakan tidak.bisa untuk melakukan munafik lagi. Dengan sebuah diamnya saja anak buah di belakangnya turun dari mobil. Mereka memiliki badan yang besar dan tatapan mengerikan menurutnya, tapi satu yang jelas. Sehun mengerti bahwa seseorang di depannya bukan orang yang baik.
"Eomma, appa... Gumamnya takut apalagi dengan tatapan bingung harus apa." Ketika mereka maju maka Sehun memilih melangkah mundur perlahan, ada tatapan takut di sana.
Tubuh gemetar dengan pandangan buram karena mau menangis, Sehun berharap ada orang yang menolongnya atau setidaknya ada ayah dan ibunya. Tapi kenyataannya kerongkongannya seperti tersumbat dan tidak bisa bilang minta tolong. "Aku tidak akan memaksa jika kau tidak keras kepala, ikut aku maka tidak ada yang terluka sayang." Bujuk wanita itu kini bersandar pada sebuah mobil.
Tatapan dimana wanita itu akan selalu menang dengan jabatan dan kekuasaannya. Sementara Sehun hanyalah seorang namja muda dengan keterbatasan mental.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓
Fanfiction"Hyung maafkan, aku hyung... maafkan aku.. aku bukan adik yang sempurna untukmu... maafkan adikmu yang idiot ini hyung..." -Sehun- "Sulit kumenerimamu, menerimamu sebagai seorang adik... karena kau hanya si idiot.." -Suho- "Bertahanlah Sehun, hyung...