Without (48)

430 56 15
                                    

"Berada dalam luar batas dimana setiap harinya mencoba mengenali dan memahami, sebenarnya apa yang terjadi. Aku hanya ingin tahu tanpa harus berdebat dengan takdir."

(Author **** POV)

(Flashback **** POV)

Ketika masih bayi siapa yang menjaganya, saat kedua orang tuanya sibuk dan adik mengikuti lomba juara sepak bola tingkat kelas.

"Sehun apa kau suka pemandangan di sini sangat cantik." Hangat sekali dengan cahaya matahari mengenai wajahnya, ada senyum bahagia di sana ketika sang kakak sengaja melakukan aktifitas menjemur sang adik di bawah matahari pagi hangat.

"Hei bayinya lucu sekali apakah dia laki-laki?" Seorang pelajar tak sengaja melewati sang kakak dan dia menyentuh pipi gembul bayi itu dengan senyum manisnya. Terpukau dengan ketampanan bayi mungil itu hingga berani untuk mencubit sayang. "Iya dia adikku, dia memang tampan oh iya apakah kakak akan berangkat sekolah?" Suho sangat ramah dia tak pernah sekalipun menunjukkan wajah judesnya. Tak jarang para tetangga menganggap dia seperti seorang malaikat.

"Suho bagaimana kabarmu, apa kau sedang menemani adikmu berjemur?" Itu adalah nenek Choi, sedang menyiapkan dagangan buahnya. Senyuman manis di guratan keriput tuanya, menunjukkan bahwa dia adalah wanita ramah. "Aku baik saja bibi, senangnya bisa menikmati pagi bersama adikku."

"Biasanya kau mengajak Chanyeol dimana dia apakah dia sudah berangkat sekolah, oh iya ini kan Minggu." Ucapnya dengan mengingat hari apa ini, dia memasukkan satu kantung berisikan beberapa apel di dalamnya.

"Ah, iya... Chan punya lomba sepak bola hari ini. Karena eomma dan appa kerja jadi aku yang menjaga Sehun." Dia menunjukkan betapa bahagianya dia melakukan hal ini. Dalam gendongannya Sehun menggeliat lucu dan bibirnya bergerak manis. Membuat kedua pipi Suho merah karena menahan gemas. "Oh astaga Hunie kau membuat Hyung merasa paling beruntung sekarang."

Bangga sekali...

Bahkan dia tidak tahu bahwa ungkapannya terlalu berlebih menurut beberapa orang. "Dia memang sangat lucu dan sangat tampan, aku harap kalian tetap akur sampai dewasa."

Anggap saja ucapan adalah sebuah doa, sama halnya dengan dia yang berkata baik agar Tuhan selalu mengabulkan nya. "Terima kasih untuk doanya nenek, aku juga kedua adikku pasti akan selalu akur."

"Nah ini hadiah untukmu makan di jalan atau saat kau istirahat, kebetulan nenek beli rasa madu di pengepul." Memberikan secara cuma-cuma, warna merah cantik dan menggoda. Apel yang manis dan wangi dari baunya. "Eh apakah ini tidak merepotkan, aku rasa nenek harus menjual buah ini bagaimana kalau nenek rugi?" Suho merasa tidak enak hati hingga dia mencoba untuk memberikannya lagi apel itu.

Tapi sang nenek menolak dan mengatakan bahwa dia ikhlas memberi.

"Tidak ada yang rugi karena aku berbagi, sebaiknya kau makan saja karena buah punya banyak khasiat."

Kagum dia ingin seperti nenek di depannya yang murah hati. Ucapan adalah doa, oke mulai sekarang Suho akan mengatakan hal baik agar akan selalu ada kebaikan dalam hidupnya. Dia sangat bersyukur pada Tuhan karena mempunyai dua orang tua utuh dan sayang padanya. Sehun kecil pasti bahagia jika punya kakak baik sepertinya juga Chanyeol.

Dalam perjalanannya sesekali Suho mencium kedua pipi sang adik dan menempelkan kulit nya dengan halus itu. "Aigu aku sangat sayang padamu Sehun. Kau adik kesayanganku..." Peluk dengan hangat dan adik kecil menggeliat lucu.

Banyak tetangga kagum dengan perasaan Suho yang mengatakan bagaimana manisnya sang adik. Pamer karena dia bangga menjadi kakak dari dua adik membuat dia tidak sombong, bahkan dia menunjukkan estetik keindahan alam di depan bayi dalam gendongannya itu. Dia ingin mengajarkan pada Sehun apa itu rasa bersyukur walaupun dia tidak akan mengerti karena masih bayi.

Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang