"Datang dengan membawa luka sama saja itu menyakiti dengan teramat sangat, saat sebuah syair kerinduan di ucapkan ada hal yang menarik di dalamnya. Bukan rintihan tangis yang di dengar akan tetapi sebuah ungkapan sedih dari seorang manusia. Bukan mengharap belas kasih akan tetapi, sebuah impian kecil bagaikan harapan asa. Walau, Tuhan belum mengijinkan kata menyerah belum terlintas dalam benaknya. Semoga tidak...."
.
.
.
(Author **** POV)
Bertarung bukanlah keahlian namja polos yang sudah jatuh ambruk dengan memegang kaki seorang pria yang terus menendang dan menghajarnya. Tak ada ampun dan masih saja menyerang tanpa ada belas kasih juga bagaimana dia yang membabi buta dengan segala penyerangannya. Sehun yang sudah terpental beberapa kali masih saja bertahan dengan luka lebam cukup parah. Nafasnya sesak dengan dada yang seperti terjepit dan juga bagaimana pria itu seperti kesetanan tak peduli.
Sementara salah seorang temannya hanya terdiam dengan senyum mentertawakan tingkah namja yang dia pandang berwajah bodoh itu. Sosok Sehun dianggap sebagai sebagian sampah masyarakat yang cacat. Keduanya tak peduli jika Sehun jungkir balik memohon ampun untuk tidak dipukuli mereka. Hanya saja ini sebuah kesenangan yang jarang datang pada anak berandal seperti mereka. Seorang anak idiot yang sepertinya tahan banting untuk di permainkan. Manusia kuat melawan manusia lemah yang nyatanya hanya menimbulkan petaka dan keresahan. Sadar atau tidak tindakan mereka mengundang publik yang melihat tercengang.
"Cha lihatlah namja bodoh ini! dia menangis dan meminta ampun hahaha..."
Habis menendang dengan tubuh Sehun yang ambruk sembari menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Darah merembes di sekitar telinganya, benturan hebat membuat dirinya pusing seketika. Penampakan penglihatannya juga memburam, dia yang tak berdaya hanya bisa menangis dan memohon dengan lirih. Jiwa bocahnya tak bisa menerima hal seperti ini.
"Hikkssss.... hikksss... tolong berhenti.., hikksss ak-aku minta maaf." Mohon Sehun yang tak berujung sebuah jawaban ya. Namja yang menghajarnya tak peduli apa dan bagaimana keadaan di bawahnya bahkan dia meludah dan mengenai wajah Sehun yang menangis terlanjur. Entah kenapa dia sangat remuk menerima perlakuan ini dan melihat betapa hancurnya skuter yang dia pakai saat beberapa menit tadi. Apakah orang sepertinya pantas menerimanya hanya karena sebuah kekurangan yang dia sendiri pun tak ingin.
"IDIOT SEPERTIMU MANA PANTAS DIMAAFKAN, HAHAHA.."
BRAAAKKK! BRUUGHHH!!
Dengan sekali injak skutter itu rusak. Wajah si tersangka tertawa terbahak dengan senyum kemenangan yang berbangga, beberapa orang disana ingin membantu tapi terlalu bingung apa lantaran mereka sendiri juga sedikit takut. Mereka tahu bahwa kedua pria itu preman jalanan yang menguasai wilayah sekitar dan selalu memalak anak kecil, bahkan mereka selalu lolos dari polisi setempat.
"Hikkssss... sakit, tolong jangan pukul aku."
Sehun tak salah dan dia bukan penjahat yang pantas menerima hal ini. Hukum tak mengijinkan sebuah penindasan apalagi sejak lahir dia punya hak untuk dilindungi dan melindungi.
Akan tetapi sebagian orang disana melupakan hal seperti itu, harfiah dari Tuhan.
Keduanya tertawa terpingkal, mereka sekali lagi menendang tubuh itu sampai kepalanya tertunduk dan menangis. Sehun yang tak kuasa akan rasa sakit hanya bisa mengepalkan tangannya di atas jalanan yang kasar itu. wajahnya semakin lebam saja dan pucat akan tetapi dia masih meminta tolong dan memohon pada keduanya untuk melepaskan dirinya, dia ingin mengunjungi kakaknya. melihat kakaknya dan memberikan semangat pada kakaknya untuk sembuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓
Fanfiction"Hyung maafkan, aku hyung... maafkan aku.. aku bukan adik yang sempurna untukmu... maafkan adikmu yang idiot ini hyung..." -Sehun- "Sulit kumenerimamu, menerimamu sebagai seorang adik... karena kau hanya si idiot.." -Suho- "Bertahanlah Sehun, hyung...