Flashlight (49)

342 51 14
                                    

"Cahaya kecil penunjuk jalan, aku membutuhkannya karena aku seperti berada di sebuah kegelapan. Tolong aku, aku membutuhkanmu.."

(Author ***** POV)

Sekarang Chanyeol sangat sekarat, dokter seakan angkat tangan karena ternyata kanker sudah menyerang di bagian pusat otaknya. Jika otaknya mati maka semua usai, kedatangan kedua orang tuanya sejak satu jam yang lalu juga tidak bisa membuat Sehun menjadi tenang. Dia masih menangis dan terus menangis sampai kedua matanya sembab. Perasaan dan hatinya kacau hingga dia tidak tahu harus melakukan apa, berharap bahwa sakit kakaknya bisa sembuh.

"Eomma kenapa Chanyeol Hyung belum bangun, apakah sakitnya semakin parah."

Kapan harus selesai berbohong, kapan bisa mengatakan dengan sebenarnya. Tapi bagaimana janji mereka pada Chanyeol padahal sang anak akan mengatakannya sendiri, hingga kedua orang tua disana menatap dengan pandangan bingung mereka. Otak mereka sudah buntu dan tak bisa lagi mengatakan alasan.

Ibu dia bahkan tak bisa menahan air matanya, bukan kesalahan Sehun karena membuat dia menangis. Ini salahnya karena tidak bisa menjaga ketiga anaknya. "Kita doakan saja agar kakakmu sehat, kau bisa berikan semangat pada kakak mu bukan?" Dengan suara bergetar nya dia memaksa untuk tetap tersenyum juga jemari itu mengusap kepalanya. Diantara rambut hitamnya itu juga dia memberikan kasih sayangnya.

Sehun mengangguk, tatapan dan wajahnya sangat kacau juga pucat. Dia belum makan siang sama sekali mungkin inilah sebabnya Sehun nampak tak sehat. Sudah lama ketiganya menunggu di luar dengan harapan dan lafal doa belum ada habisnya.

Kyungsoo datang dengan wajah sendunya, di antara tatapan buramnya dia merasa bahwa seperti mendekati kegagalan. "Bisakah aku membuat senyum mereka mengembang, kenapa tidak bisa aku lakukan. Aku dokter seharusnya aku!"

Kyungsoo memukul dinding di sampingnya dengan keras dia menggigit bibir bawahnya untuk melepaskan semua emosinya begitu saja. Keras, dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Chanyeol benar-benar menyerah. Padahal dia sudah membuat janji agar bisa membuat kebahagiaan di sana.

Dia melihat Sehun tak bahagia sama sekali, menangis dan pucat ini bukan keinginannya. Ini bukan harapan dirinya sebagai seorang dokter, rasanya menyesakkan ketika dia harus melihat kegagalan dalam dua kali. Dulu dia tidak bisa menyelamatkan adiknya, lalu apakah sekarang dia tidak bisa menyelamatkan seseorang lagi?

"Soha aku harus apa, kenapa aku tidak bisa melakukannya. Dulu aku ingin menolong mu tapi gagal." Tubuhnya merosot dengan perlahan, kepalanya teramat pusing dengan perasaan bersalahnya. Terjebak dalam masa lalu dia tidak menyukai hal ini, apakah dia seorang pengecut yang mencoba lari dari masa lalu gelap.

Kehilangan kuasa ketika dia tak sanggup untuk bertemu langsung dengan Sehun, memejamkan mata dan menangis pada akhirnya. Hembusan nafas kesedihan dengan derai air mata dia ingin minta tolong agar lepas dari perasaan bersalah. Tidak sadar bahwa seseorang berada di sampingnya, sebuah pelukan hangat mengenai tubuhnya. Pelukan tiba-tuba datang menghampirinya dengan untaian kata yang bisa membuat dia tenang.

"Kyungsoo Hyung, jangan menangis apakah kau sakit. Aku rindu Kyungsoo hyung." Memeluk sayang dan hangat, ini sama seperti ketika dia memeluk kakak kandungnya. Sehun tidak menangis dia akui dia lelah menangis sepertinya sudah tidak ada air mata yang jatuh dari kelopak matanya. Kyungsoo tidak tahu harus mengatakan apalagi. Tubuhnya diam membeku dengan posisi menerima pelukan sang adik.

"Hikkss... Hiksss... Aku tidak suka semua kakak ku sedih aku tidak suka kalian sakit. Kenapa kalian harus sakit, aku tidak suka sakit tapi kenapa kalian sakit hikksss..." Sehun tidak suka perkara menyakitkan ini, dia seperti terjebak dalam labirin kesulitan. Tak ada yang mengatakan secara gamblang bahwa waktu kakak kandungnya hidup hanya dihitung beberapa hari.

Gomen nasai. ご免なさい (sad story Oh Sehun) END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang