Can, i love you? 04

1.7K 157 26
                                    

Putri sudah duduk di meja kerjanya, ia tengah mengetik ulang schedule randa untuk satu minggu ke depan.

Saat tengah mengetik sosok randa yang baru saja datang sudah berdiri tegap di depan meja kerja putri.

"selamat pagi pak randa." sapa putri sedikit menundukkan kepalanya.

Randa mengkerutkan dahinya saat melihat sikap putri ini. Tidak biasanya gadis ini bersikap dingin kepadanya. Biasanya putri akan menyapanya dengan wajah riangnya.

"bawakan dasi saya." ujar randa yang langsung berlalu masuk ke dalam ruanganya.

Putri langsung membuka laci yang di khususkan untuk menyimpan dasi randa. Ia meraih sebuah dasi berwarna biru dongkar dengan motif pulkadot berwarna putih.
Setelahnya dengan membawa sebuah tab besar putri pun masuk ke dalam ruangan randa, dan kali ini gadis itu memilih untuk mengetuk pintu lebih dulu.

"silahkan masuk." ujar randa tanpa melirik ke arah pintu. Ia lebih memilih tetap mengecek laporan yang ada di hadapannya saat ini.

"ini adalah laporan keuangan bulan ini pak, saya sudah rekap semuanya di dalam tab bapak." ucap putri menyerahkan tab ke arah randa.

Pria tampan itu masih terlihat bingung dengan sikap putri hari ini namun ia pun belum berani bertanya secara langsung.

"dan nanti siang anda ada janji dengan pak kim dari korea untuk makan siang bersama." lanjut putri lagi. Ia semakin mendekati randa dan dengan gerakan lembutnya putri mulai memasangkan dasi untuk randa.

Sejenak randa menatap wajah putri yang terlihat begitu kaku dibanding biasanya. Dan gadis dihadapannya ini juga tidak banyak mengomel hari ini.
"ada apa?" tanya randa yang sudah tak tahan melihat perubahan putri ini.

Putri yang sudah selesai mengikatkan dasi di leher randa kini sudah kembali berdiri dengan tegapnya.

"maksud bapak?" tanya putri yang pada akhirnya menarik sudut bibirnya dengan terpaksa.

Randa bedehem sejenak dan kembali ia pun memperhatikan wajah putri yang baru ia sadari begitu murung. Padahal biasanya gadis cantik ini selalu saja bersemangat di setiap harinya.

"kamu lebih pendiam hari ini?" tanya randa memgusap dagunya.
Putri semakin melebarkan senyumannya sebari menggelengkan kepala.

"emm mungkin perasaan bapak saja, jika sudah tidak ada lagi boleh saya permisi kembali ke meja saya pak? Masih ada beberapa pekerjaan yang harus saya kerjakan." pamit putri dengan nada formal nan sopannya.

Merasa tak memiliki alasan menahan putri randa pun hanya menganggukkan kepalanya saja.
Ia terus saja memandangi langkah putri yang mulai meninggalkan ruangannya. Bahkan sampai pintu ruangannya telah tertutup randa tetap memperhatikan putri melalui jendela tembus pandangnya.

"ada apa dengan dia?" bisik randa pada dirinya sendiri.

Rasanya ia sudah bisa mengenali putri selama 1 tahun ini. Namun mengapa hari ini gadis cantik itu terlihat begitu berbeda. Seakan-akan bukan sosok putri lah yang bersemayam dalam tubuhnya saat ini.
Sampai jam makan siang putri masih saja bersikap dingin dan lebih pendiam. Bahkan gadis itu hanya berbicara jika randa yang bertanya lebih dulu padanya.

"kamu gak ikut aku?" tanya randa yang baru saja keluar dari ruangannya.

Putri menaikkan wajahnya dan menatap wajah randa yang masih kebingungan dengan sikap putri hari ini.

"apa perlu pak?" tanya putri dengan ragu. Seingatnya makan siang ini tidak berkaitan dengan pekerjaan jadi seharusnya putri tidak perlu ikut dalam makan siang ini.

Can, i love you? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang