Can, I love you? 31

798 74 13
                                    

Setelah aulia selesai membersihkan tubuhnya, putri segera menarik tubuh gadis cantik tersebut dan membawanya ke sofa.

Sedari aulia pulang putri memang sudah begitu penasaran bagaimana aulia menghabiskan sisa hari nya bersama agan. Putri benar-benar masih merasa bersalah pada agan.

"Agan gak marah kan aul?" tanya putri setelah keduanya duduk.

Aulia menyibakan rambutnya yang basah sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari putri.

"Ngapain agan marah? Kan ada aunty aulianya yang siap nemenin dia." ujar aulia sebari menaik turunkan alisnya.

Putri mengkerutkan dahinya, sepertinya ia benar-benar melewatkan banyak hal hari ini. Kenapa tiba-tiba saja aulia berubah jadi pecinta anak-anak, padahal sebelumnya aulia begitu sebal jika harus berhubungan dengan makhluk yang disebut anak-anak.

"Jadi kamu nemenin agan hari ini? Kamu gak marahin dia kan?" Tanya putri lagi yang masih merasa heran.
Aulia menggelengkan kepalanya dengan senyuman bangganya.

"Agan itu anak baik." Ujar aulia dengan tulusnya.

Memang putri tau agan adalah anak yang baik, dan sepertinya pesona agan juga mampu mengubah aulia.
Lihatlah bagaimana gadis yang sebelumnya tidak suka dengan anak anak ini kini justeru berubah.

"Jadi ceritanya udah suka sama anak-anak ni?" Goda putri menyenggol lengan aulia yang seketika tersadar.

Gadis itu menggedikkan bahunya serta menggeleng dengan tegas. "No.! Aku tetep gak suka dengan mahluk yang namanya anak-anak kecuali agan aja." jawab aulia dengan wajah yang jelas di buat-buat sebal.

Putri terkekeh pelan, ia tau bagaimana sikap aulia. Terkadang gadis itu selalu berbicara berlawanan dengan apa yang tengah ia pikirkan.

"Ya,ya terserah kamu lah." Balas putri yang langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya.

"Heh bu guru mau kemana?" Teriak aulia yang sepertinyaa masih membutuhkan teman mengobrol.

"Tidur..!" Teriak putri yang sudah masuk ke dalam kamarnya. Aulia menghela nafas dan memeluk bantal sofa yang ada di sampingnya.

Sedang putri sudah masuk dan berbaring di atas ranjangnya. Sejenak ia memandang ke atas plapon kamarnya yang berwarna putih. Lalu putri pun teringat atas perbincangannya dengan ridho serta sang ibu.

"Kalian sudah lama bersama, dan menurut mamah sudah waktunya kalian menikah. Apalagi usia kalian sudah tidak muda lagi. Mamah pun ingin segera menimang cucu."

Perkataan dari sang ibunda ridho terus saja terngiang di telinga putri.
Putri selalu membenci jika sudah membahas hal yang menurut nya sangat membuatnya bingung ini.

Ia dan ridho memang sudah lama bersama dengan status sepasang kekasih. Namunn...
Putri juga rasanya belum mengerti dengan statusnya dengan randa.

Mereka telah cukup lama berpisah namun putri belum pernah megajukan gugatan cerai begitu juga dengan randa.

"Jika ini soal masa lalu kamu, ayo kita kembali ke jakarta. Kita selesaikan semuanya."

Putri menggeleng kepalanya dengan kencang saat mengingat tawaran ridho yang entah sudah keberapa kalinya.

"Apa yang harus putri lakuin pak?" Gumam putri memejamkan matanya.

Putri dengan cepat membuka matanya lagi ketika bayangan randa lah yang justeru terbesit dalam benaknya.

"Kenapa justeru wajah pria itu yang terbesit sih." Prustasi putri meraup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Putri menggeleng dengan keras, ia tidak boleh mengingat randa lagi. Yang boleh putri rasakan pada randa hanyalah kebencian atas apa yang sudah di perbuat oleh pria itu padanya.

Can, i love you? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang