Can i love you? 38

833 82 22
                                    

Sudah hampir 24 jam kondisi randa masih saja belum memiliki kemajuan. Pria tampan itu kini hanya bisa berbaring dengan alat-alat medis yang menempel ditubuhnya.

Salama itu putri tidak meninggalkan randa sama sekali. Ia terus berdiam di sisi ruangan ICU dimana randa masih berbaring, sedang aulia ia suruh pulang bersama agan yang sejak kemarin tidak berhenti menangisi sang ayah.

Seketika putri teringat ia harus menghubungi keluarga randa di jakarta karna bagaimana pun mereka harus mengetahui berita buruk ini. Dengan tangannya yang masih lemah, putri mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya. Sebelum menghubungi keluarga randa putri lebih dulu menghubungi norma dan memberitahukannya lebih dulu.

"Astagafirullah, mamah akan segera kesana ya. Kamu harus kuat." Ujar norma yang juga langsung terdengar khawatir. 

Setelah norma barulah kini putri menghubungi lesty. Putri tidak tau bagaiamana tanggapan keluarga randa nantinya karena seingat putri keluarga randa masih begitu membenci randa.

Di dering yang ke 2 barulah sambungan telepon putri diangkat oleh lesty yang saat itu tengah bekerja di kantornya.

"Hallo put, ada apa?" Tanya lesty langsung.

Putri menelan salivanya dengan sulit, ia bingung harus mulai dari mana memberitahukan lesty perihal kondisi randa saat ini.

"Les," Ucap putri yang entah mengapa justeru menitikan air matanya. Mendengar isak tangis putri membuat dahi lesty seketika berkerut.

"Kamu kenapa put? Apa ada masalah?" Tanya lesty yang seketika merasa khawatir dengan kondisi putri.

"Aku, aku gak apa-apa. Tapii..."

Tenggorokan putri rasanya tercekat, ia benar-benar tidak mampu menyampaikan berita buruk ini.

"Randa kecelakaan les."

Setelah mengatakan itu putri kembali menangis tersedu-sedu. "Setelah operasi, randa belum juga bangun." Lanjut putri dengan nada bergetar.

Tak ada jawaban dari lesty, dan putri bisa dengan jelas mendengar isakan gadis itu di sebrang sana.

Putri tau seberapa besar pun mereka membenci randa namun tetap saja ikatan darah dalam diri mereka tidak bisa di putus begitu saja. Dan ikatan itu juga yang membuat lesty menangisi sang abang.

"Hallo les, kamu masih disana kan?" Tanya putri sebari menyeka air matanya.

"A-a-aku.. Aku akan kesana put." Ujar lesty yang sudah siap pulang kerumah. Ia harus memberitahukan kondisi sang abang pada sang ibu.
Setelah mematikan sambungan teleponnya lesty benar-benar langsung pulang kerumah.
Namun ketika melihat kondisi sang ibu yang tengah sakit membuat lesty tak tega menyampaikan berita ini.

Ia dengan lemah masuk ke dalam kamar sang ibu dan duduk di sisi ranjang lili yang tengah berbaring lemah.
Kondisi lili akhir-akhir ini memang mulai menurun.

"Bu." Panggil lesty menyentuh lengan sang ibu. Lili membuka matanya dan menatap putri keduanya itu dengan wajah pucatnya.

"Apa ibu sudah membaik? Atau perlu kita berobat lagi?" Tanya lesty dengan lembutnya.
Lili seketika menggelengkan kepalanya dan memposisikan tubuhnya agar bisa lebih nyaman ketika mengobrol dengan lesty.

"Ada apa nak? Ada yang menganggu pikiran kamu?" Tanya lili menganggkat wajah lesty yang tengah tertunduk lesu.

"Bu.." Panggil lesty dengan lirih.

"Ada apa? Bicaralah." Titah lili dengan penasarannya. Tidak biasa lesty bersikap aneh seperti ini dan seertinya tebakan lili benar putri nya ini tengah menyembunyikan sesuatu dalam pikirannya.

Can, i love you? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang