Can, i love you? 13

1.4K 142 17
                                    

Putri masuk ke dalam apartementnya dengan senyuman diwajahnya. Namun senyuman itu seketika sirna saat melihat sosok randa yang tengah duduk bersama dengan sang ibu.

"assalamualaikum bu." sapa putri yang langsung mencium tangan sang ibu, namun mata nya tetap menatap randa dengan was-was.

"walaikumssalam. Nah ni dia baru pulang, randa dari tadi sore nungguin kamu loh nak." ucap sang ibu menatap randa dengan senyumannya.
"kalau gitu ibu tinggal ya. Kalian ngobrol lah."

Dengan pengertiannya norma meninggalkan randa serta putri karna ia tau ada sesuatu hal yang ingin disampaikan oleh randa.

"ada apa?" tanya putri akhirnya membuka suara setelah duduk di depan randa.

"ayo kita harus bicara."

Randa menarik putri dan membawanya keluar dari unit apartementnya. Tak mau mengeluarkan protesannya putri hanya menurut saja dan membiarkan saja tangannya yang di tarik sedikit kasar oleh randa.

Setibanya di area kolam renang, randa menghempaskan tangan putri dengan begitu kerasnya. Bahkan putri bisa merasakan sakit di pergelangan tangannya.

"maksud kamu apa sih?!" tanya randa dengan nada pelan namun penuh penekanan. Putri memicingkan matanya karna ia belum mengerti arah pertanyaan randa.

"apa maksud kamu ngajak aku ke bogor hah?! Kan kamu tau selfi lagi disini dan tentu aku harus menemani dia. Kamu sengaja hah?!" tanya randa lagi yang langsung menumpahkan kemarahannya pada putri.

Rasanya hati putri seperti di remas-remas saat mendengar ucapan randa yang sungguh menyayat hatinya. Namun ia pun berusaha menahannya dan masih membungkam mulutnya dengan rapat.

"pokoknya aku gak mau tau, kamu bilang sama ayah kalau aku gak bisa pergi dengan kamu dan mamah. Selfi masih disini, dan dia akan tetap jadi prioritas aku." jelas randa lagi.

Putri tersenyum sinis pada randa. Ia maju beberapa langkah agar bisa mendekati pria tampan tersebut.

"bisakah kamu tidak selalu menyalahkan aku randa hermawan?" tanya putri terdengar lembut. Bahkan senyuman pun masih setia menghiasi bibirnya, walau senyuman itu adalah senyuman palsunya.

"aku bingung. Kenapa disini kesannya aku yang selalu salah ya? Apa kamu tau nda. Aku sudah berusaha bilang sama ayah bahwa kamu sibuk besok, tapi aku yakin kamu lebih tau sikap ayah kamu kan dibanding aku? Jadii. Beliau sama sekali tak mau dibantah, jadi dimana salah aku?" tanya putri menunjuk dirinya sendiri.
Baru saja randa ingin menjawab namun putri sudah lebih dulu memotongnya.

"eitt tunggu dulu, aku belum selesai bicara." ujar putri yang kini sudah tak mau berpura-pura tersenyum.ia benar-benar sudah muak dengan sikap randa yang menurutnya sudah keterlaluan.

"begini saja, kamu gak perlu ikut sama kami besok. Aku akan bilang sama ayah bahwa kamu ikut kami kebogor, dan aku yakin beliau akan percaya sama aku." lanjut putri dengan tegasnya.

"masalah anda sudah beres kan randa hermawan? Jadi silahkan pergi. Saya lelah.!"

Setelah mengatakan itu putri bergegas pergi meninggalkan randa yang terbengong melihat sikap putri ini.
Dalam hatinya randa mengutuki dirinya sendiri karena selalu saja merasa bersalah setiap kali ia memarahi atau menyakiti putri dengan perkataannya.

Memang mulut randa ini begitu tajam pada putri, namun sungguh dalam hatinya yang paling dalam randa selalu saja merasa bersalah pada putri.

"hah.!" teriak randa dengan prustasinya.

Ia pun segera pergi dari area apartement putri dengan perasaan yang tak menentu.

Sedang di kamarnya putri mendudukkan tubuhnya diatas kasur. Ia menghebuskan nafas nya yang terasa begitu berat.

Can, i love you? ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang