Part 28 THE TARGET

10.3K 2.3K 253
                                    

"Ikuti."

Ethan menutup ponselnya. Lalu membuka lagi sebuah sambungan telpon dengan seseorang.

"Bisa kita bertemu, Sayang? Berdandan lah yang cantik. Aku menunggumu satu jam dari sekarang di hotel."

"Tentu saja."

Dan hanya seperti itu. Ethan bergegas keluar dari mansion Leandro dan melajukan mobilnya menuju sebuah tempat.

Hotel Leandro di pusat Manhattan.

Ethan tersenyum sinis. Sebuah kelicikan baru saja dilakukan oleh seseorang yang tengah terpojok. Ethan melihat jam tangannya. Lalu pandangan matanya terpaku pada sebuah layar di depannya. Pergerakan seseorang yang sudah diperkirakan nya. Ethan menggeleng.

Mobil terus melaju bersamaan dengan Ethan yang mengangkat telponnya.

"Amankan."

Ethan menghela napas perlahan dan mengusap dagunya. Semua bergerak bersamaan saat Ethan memantau pergerakan keluarganya di layar monitor di depannya. Layar berkedip setiap kali sebuah titik berhasil dieksekusi.

Dan sekarang adalah puncak dari segalanya. Ethan merasa tidak perlu berlama-lama mendiamkan semuanya. Ada banyak hal yang lebih penting untuk dilakukan selain mengurusi seorang Gideon Riina.

Ethan meregangkan tubuhnya dan melakukan beberapa kali tinju menghantam udara bebas. Lalu dia terdiam ketika mobil memasuki hotel keluarganya dan menuju sebuah parkiran khusus. Ethan bergegas keluar dari mobil. Seorang pengawal kepercayaannya sudah menunggu di pintu lift dan mereka masuk.

"Bagaimana dengan target?"

"Sudah diamankan, Sir."

"Bagus."

Ethan keluar diikuti oleh pengawalnya dan menuju sebuah ruangan. Pengawal Ethan terus berjalan menyusuri lorong sebelum akhirnya masuk ke dalam sebuah ruangan lain berselang tiga pintu dari ruangan yang Ethan masuki.

---------------------------------------------------

Hazel berjalan dengan canggung. Berulangkali dia menyeka hidungnya yang tiba-tiba berair. Dia berjalan menuju ke meja penerima tamu yang terasa sangat jauh. Hazel menarik napasnya perlahan dan menyapa penerima tamu.

"Halo, aku ada sebuah janji dengan Tuan Gideon Riina."

Penerima tamu di depan Hazel tersenyum.

"Tuan Riina sudah menunggu di kamar no 21 lantai 7 Nona."

Hazel mengangguk dan berterimakasih. Dia bergegas berjalan ke sebuah lift dan masuk bersama dengan dua orang tamu lain. Hazel keluar dari lift ketika dia sudah sampai di lantai 7 dan berjalan dengan sangat hati-hati mencari kamar bernomor 21.
Hazel terus menyusuri lorong panjang benderang itu dan langkahnya terhenti ketika dia mencapai pintu kamar dimana pria itu menunggunya.

Hazel mendorong pintu itu cepat. Dia berjalan masuk dan segera menemukan ruang tamu hotel yang kosong. Pintu yang mengarah ke balkon sedikit terbuka dan Hazel dapat melihat sesosok pria dengan topi berdiri menghadap pemandangan kota Manhattan dengan gedung-gedung tingginya.

"Tuan Riina." Hazel menyapa tanpa merasa perlu menunggu degup jantungnya yang bertalu keras, mereda. Atau setidaknya menunggu tungkai kakinya yang tiba-tiba lemas menjadi lebih kuat.

Pria itu tidak menjawab. Atau sekedar menoleh. Gerakan yang Hazel lihat hanyalah bagaimana pria itu bersedekap.

"Hapus video itu dan aku akan melakukan apapun yang kau mau, Tuan Riina. Termasuk...menghabiskan semalam lagi bersamamu."

UNDERCOVER BOSS (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang