Part 34 TIRED

8.8K 1.6K 145
                                    

Hazel berjalan setengah berlari. Napasnya memburu. Beberapa kali dia menabrak sesama pejalan kaki yang datang dari arah berlawanan dengannya. Di depan sebuah kedai kopi dengan meja-meja tertata apik di depannya, Hazel tertegun dan menoleh saat segerombolan pemuda yang melintas di jalanan dengan mobil mereka, mengurangi laju mobil dan mengimbangi langkah Hazel.

"Hai cantik. Mau bermalam denganku?" Pemuda yang memegang kemudi menegurnya. Tiga orang pemuda lain yang menjadi penumpang tertawa. Satu orang di ujung terjauh jok mobil terlihat acuh dan menatap ke depan.

Air mata luruh dari pelupuk mata Hazel. Beberapa orang mulai memperhatikannya. Seorang wanita menyapa dan menanyakan apakah dia baik-baik saja?

Hazel menggeleng dan terus melaju langkahnya. Di sebuah pilar penyangga bangunan di depan sebuah toko perhiasan, Hazel berhenti. Dia tidak mungkin kembali ke butik. Apapun alasannya. Sekalipun malaikat memberinya penghiburan. Kali ini iblislah yang berjaya.

Hazel merasa. Inilah titik terendah di hidupnya selama 26 tahun. Menjadi korban pemerkosaan dan menjadi santapan publik setelahnya. Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Hazel berbelok di sebuah blok. Dia menengok ke belakang. Dan kalau ada yang harus dia syukuri saat ini adalah, bahwa para pemuda berandal dalam mobil yang baru saja melecehkannya itu terus melajukan mobil mereka lurus karena blok yang Hazel susuri adalah jalanan yang melarang mobil dalam bentuk apapun melintasinya.

Hazel terus berjalan. Terseok.

Jalanan kian sepi. Hazel bahkan melihat beberapa orang gelandangan melintas. Hazel berbelok. Dia masuk ke sebuah taman dan mengedarkan pandangannya. Di kejauhan dia melihat sebuah bangunan rumah-rumahan yang biasa dipakai bermain oleh anak-anak. Taman itu sepi. Hanya satu dua orang terlihat duduk-duduk dan membaca buku atau bermain ponsel.

Hazel melaju langkahnya menuju rumah-rumahan dan masuk ke bawahnya. Dia terpaku. Dan menangis tanpa suara. Napasnya terasa sesak.

Kalau ada hari dimana Hazel merasa dia kehilangan seluruh harga dirinya, maka hari ini adalah hari itu. Kalau ada hari dimana Hazel merasa dia kehilangan rasa percaya dirinya, maka bisa dipastikan hari itulah waktunya.

Hazel menarik napas dalam. Lalu airmatanya tumpah ruah membasahi pipinya. Matanya terasa perih. Hazel memejamkan mata.

Dia menolak untuk berpikir apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Dia merasa, dunia bahkan tidak lagi menyisakan tempat yang ramah baginya untuk berpijak. Semua orang akan menertawakannya. Lalu kejadian tadi akan menjadi berita di televisi seluruh Amerika. Wartawan akan memburunya. Lalu...keluarga Leandro? Mereka akan mendapatkan malu yang sangat luar biasa.

Tidak. Hazel tidak akan sanggup melihat Ethan hancur karena media.

Dia mencintai pria itu. Dan dia menolak untuk menjadi penyebab kehancurannya.

Hazel lelah.

---------------------------------------------------

"Aku tidak percaya langkah yang diambil oleh keluarga itu. Bagaimana bisa Ayah dan Ibu Gideon membiarkan Giuseppe melakukan semua itu?"

"Aku belum bisa menemukan orangtua Hazel. Dan sekarang Hazel menghilang." Ethan menatap Ibunya.

"Salahku. Seharusnya aku tidak membiarkan Hazel berjalan sendiri."

Dave mengusap pundak Betty lembut.

"Tidak Mom. Jangan berpikir seperti itu."

"Wartawan terlanjur penasaran. Kita tidak bisa membendung rasa keingintahuan mereka yang sangat besar. Yang harus aku lakukan adalah menemukan orang di pertelevisian dan periklanan yang bekerjasama dengan Riina bersaudara. Jangan terpancing Ethan. Kau bisa saja membunuh Gideon sekarang, tapi akan sangat disayangkan kalau tanganmu terkotori darah bajingan ber-jas itu."

UNDERCOVER BOSS (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang