Aku, Vio dan Rensa memilih cabut kelas terakhir kami. Sebenarnya aku tidak cabut, kelasku berakhir jam satu siang, sedangkan kelas mereka seharusnya jam empat sore.
Mereka memaksaku ikut. Yasudah, lagipula itu keputusan mereka untuk bolos kelas. Tidak masalah kan kalau sekali-kali?
Jadi disinilah kami. Setelah beradu argumen tentang kemana kita akan pergi, akhirnya Rensa menengahi dengan mengajak kami ke rumahnya. Aku sih oke-oke saja. Lagipula rumah Rensa sangat nyaman. Lain kali aku ceritakan bagaimana rumahnya. Sekarang, mereka harus cerita soal kisah cinta mereka.
"Sa, katanya ada anak BEM yang suka sama kamu ya?" itu suara Vio. Rensa menoleh kaget.
"Hah? Masa iya?"
"Iya, kalau ga salah namanya Bryan."
"WHAT? KAK BRYAN YANG CAKEP ITU?" aku tidak bisa menahan keterkejutanku. Kak Bryan semester 5 anak BEM itu memang benar-benar tampan. Mirip Baekhyun EXO.
"Yah, sayangnya ... gue suka sama temennya." aku dan Vio saling lirik-lirikan.
"Beneran? Siapa?"
"Namanya Thomas."
"Thomas mana deh?"
Huh, kenapa nama senior di UMS banyak sekali yang mirip orang bule. Eh wait, sebenarnya namaku dan kedua sahabatku ini juga seperti nama orang Bule kan?
Hahahaha, memang iya. Kami kan blasteran.
"Thomas Versey."
"Beneran kayak nama bule." gumam ku. Sepertinya Vio mendengar, lalu dia tertawa.
"Panggilannya TV." lalu dia tertawa lagi. Iya juga ya. Thomas Versey kalau disingkat jadi TV. Tapi katanya, kak Thomas lebih sering dipanggil V dengan teman-temannya. Karena dikata wajahnya persis seperti Kim Taehyung BTS.
"Kamu sendiri Vio? Gimana sama kakak senior waktu itu, siapa namanya ... Ten? Ted?"
"Ted." koreksinya. Ah Ted. Tedy maksudnya?
"Simpel banget namanya." Kata Rensa. Ah, ternyata pikiran kami sama.
"Iya namanya simpel, tapi orangnya enggak. Ribet banget deh. Kesel." kata Vio
"Loh kenapa?" wajah Vio seakan membunuh ketika aku bertanya seperti itu.
"Roseanne Eustachia Isabel, kamu tuh sebenernya beneran pinter atau enggak sih?" geramnya. "Kamu tau sendiri kan waktu dia minta aku nunggu. Katanya dia pengen nambak langsung ketimbang lewat chat."
"Loh, bagus dong kayak gitu. Berarti dia gantle."
Yah, setidaknya kak Ted tidak seperti Daniel yang hanya menyatakan lewat telepon. Memalukan sekali. Ah, sudahlah.
"Tapi aku nya malu, Oce!"
Benar juga sih. Karena kami tidak tau harus berkata apalagi selain menepuk-nepuk pundaknya menyabarkan, kini tersisa hening. Kami memutuskan sibuk dengan ponsel masing-masing. Tapi lirikan Vio padaku membuatku curiga. Dia pasti akan bertanya sesuatu.
"Oh ya, Ce. Kamu harus tau ini." oh, dia ingin memberikan informasi. Aku mendekat, begitupun Rensa.
"Apa?"
"Tapi kamu janji jangan bilang siapapun. Janji?" Vio menyodorkan jari kelingkingnya.
"Janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Granule
Teen FictionHidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir berjalan mulus. Hampir, karena mungkin aku sudah menjadi sedikit noda dalam hidupnya Kalau aku Cappuc...