"Seperti lo yang udah jadi favorit gue, dan selamanya akan tetap begitu.".
.
.
.
.Rose menatap pria dihadapannya tidak percaya. Bahkan Rose mengucak matanya beberapa kali agar lebih terlihat jelas. Tapi pria itu, hanya tersenyum seperti orang bodoh, membidikan kamera ke arahnya dan diam-diam menatap lewat lensa kemeranya.
Kaki Rose bahkan bagai terpaku ke bumi, tidak bisa bergerak. Pria itu terkekeh melihat Rose yang masih diam dengan mulut setengah terbuka. Saat sampai di hadapan Rose, ia mengacak surai coklat milik Rose.
"Bengong aja, lo! Di culik bule mesum baru tahu!" suaranya jelas. Rose juga merasa ada usapan lembut di wajahnya. Jari-jari panjang itu membawa rasa dingin di kulit wajah Rose.
"Yo-Yo ... Yovino?!"
"Iya gue, siapa lagi?"
Rose masih tidak percaya. Ia menutar badannya, menatap lekat-lekat dan memastikan bahwa dia benar-benar di Venesia dan ini bukan mimpi. "Lo beneran disini?! Lo- lo ... Astaga!"
"Kenapa?"
"Tapi gue denger di telepon, lo ..."
"Gue disini, Rose. Disebelah lo."
Rose hanya mengangguk seperti orang linglung. Kemudian ia menoleh ke arah Edgar yang berjalan mendekat pada mereka sambil membawa dua cup ice cream dan kamera dibiarkan tergantung di lehernya.
"Dek?" Edgar melirik Yovino dan Rose bergantian. Seakan bertanya apa yang terjadi.
"Bang, ini ... Ini temen aku. Ah, maksudnya dia senior aku, Yovino. Dan Yo, ini abang aku satu-satunya-"
"Yang paling ganteng, Edgar." potong Edgar sambil menyambut uluran tangan Yovino. Rose hanya menatap jengkel ke arah Edgar yang begitu percaya diri.
"Iya Bang, lo ganteng pertama, gue keduanya. Ya nggak, Rose?" bukannya malu, Yovino malah membalas candaan Edgar. Mereka tertawa bersama seakan sudah akrab. Rose sendiri hanya menatap aneh ke arah mereka. Dua bobrok di pertemukan, apakah besok kiamat? Batin Rose.
"Lo yang waktu itu dateng ke rumah ya tengah malem?"
Mereka memutuskan berjalan-jalan sambil sesekali memotret. Hobi mereka sama, dan itu sukses membuat Rose seperti orang asing yang mengganggu kencan mereka.
"Tahu aja bang, hehe."
"Klakson lo berisik, untung mobil lo bagus."
Ya Tuhan ...
"Bang, aku makan ya ice cream punya abang?" Rose berusaha masuk kedalam obrolan asyik mereka. Yakali gue di anggurin, enakan stoberi lagian.
"Abisin aja, dek."
"Gue aja yang makan. Lo jangan kebanyakan, nanti flu." Yovino tanpa malu merebut ice cream ditengan Rose dan melahapnya. Edgar yang melihat perhatian kecil itu tersenyum samar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Granule
Fiksi RemajaHidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir berjalan mulus. Hampir, karena mungkin aku sudah menjadi sedikit noda dalam hidupnya Kalau aku Cappuc...