"Niyel, kita putus." kataku tanpa menatap matanya.
"Apa? Nggak, aku gamau." dengan nada tidak percaya dan protes dia berkata padaku.
"Tapi, Nyel, gue udah ga bisa." bahkan aku sudah menggunakan gue-lo kepadanya.
"Rose ... Please ... Tapi kenapa?" aku diam. Aku tidak sanggup melihat kedalam matanya. Keputusanku sudah final. Aku tidak boleh goyah dan luluh lagi.
"Gue udah bilang sama lo. Gue udah gabisa kayak gini terus. Lo terlalu protektif sama gue. Lo ga peka. Lo beda dari Rasen!" Shit, dari banyak alasan yang aku punya, kenapa nama Evil itu yang keluar dari mulutku.
"Rasen? Tapi kenapa? Karena dia lebih care? Lebih sweet dari aku? Rose, kamu tau banget aku beda dari kebanyakan cowok. Aku gabisa bersikap manis, tapi aku mulai berubah dan berusaha peka karena kamu! Kamu pacar pertama dan terakhir buat aku!"
Okay, kesabarannya mulai habis. Jujur, perkataan Daniel benar. Rasen lebih care dan sweet dari dia, tapi bukan maksudku membandingkannya. Aku hanya... Masih menyayangi evil yang satu itu sialnya.
"Niel, gue terus-terusan buat lo repot. Gue suka kambuh-kambuhan ga jelas. Dan gue gamau terus bikin lo khawatir!"
Itu juga salah satu alasanku memutuskannya. Aku terlalu lemah untuk Daniel. Hal terakhir yang aku inginkan adalah, melihat Daniel berlarian mencari bantuan karena aku hampir pingsan. Memang sakitku tidak parah, hanya Anemia dan maag. Tapi mereka sering muncul ketika aku sedang bersama Daniel.
"Aku ga masalah. Aku gapeduli kamu sakit apapun! Aku gamau putus sama kamu Rose, please." dia berusaha menggapai tanganku, tetapi aku menepisnya, matanya yang keemasan itu sedikit membuatku goyah. Tapi alasan itu tidak cukup untuk membuatku bertahan.
"Gue udah bilang—"
"Oke. Oke kalau itu mau lo. Tapi setelah ini, gue gabisa jadi gue yang dulu. Gue perlu waktu, Rose." setelah mengucapkan itu, dia pergi dari hadapanku.
Aku tau, setelah ini pasti banyak hal yang berubah. Kebiasaanku, bahkan pikiranku yang dulu dipenuhi namanya kini perlahan berubah. Disitulah awal kebodohanku.
- tbc -
sedikit
sekali
ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Granule
Ficção AdolescenteHidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir berjalan mulus. Hampir, karena mungkin aku sudah menjadi sedikit noda dalam hidupnya Kalau aku Cappuc...