Mungkin beberapa diantara kalian menganggap kalau mantan itu seperti hewan atau sampah yang harus dilupakan. Kasarnya seperti itu. Atau beberapa diantara kalian menganggap mantan adalah masa lalu dan sepatutnya diabaikan. Mantan? Kelaut aja. Ya kira-kira begitu.Tapi lain hal denganku. Mantan itu, seperti sebuah guru. Ia memberikan pengalaman, pelajaran, dan sesuatu yang berharga. Bagaimanapun, ia tetap pernah menjadi bagian hidup ku, sebrengsek apapun dia ketika berpisah dengan ku.
Kalau tidak ada mantan, mungkin aku akan buta dengan perasaan sakit hati, kecemburuan, atau bahkan cinta. Dia yang mengajarkan rasa, dia yang membuat kita merasakan pahit manisnya kehidupan, lika-liku percintaan, dan yang pasti membuat kita jauh lebih kuat hatinya untuk menghadapi rasa pada orang selanjutnya.
Dia mantanku, Daniel. Yang sekarang malah bersama seseorang—yang bahkan tidak pernah terpikir olehku akan dia pilih menjadi orang selanjutnya.
Bella. Cewek yang dipilih Daniel jadi orang selanjutnya menggantikan aku.
Ini gila. Bener-bener gila. Bahkan Daniel nggak pernah sedikitpun dikabarkan dekat sama Bella anak The One. Tapi mereka tiba-tiba pacaran?! Terus bagaimana dengan Jelita? Selama ini Daniel PHP sama dia?
"Roseanne."
"Ya Mister!"
Aku tersadar dari lamunan. Seluruh anak kelas menoleh kearahku karena teriakkan tadi. Berapa lama aku mengabaikan Mr. Martin di depan sana? Astaga, memalukan!
"Apa yang kamu pikirkan?"
"Ah, itu Mister ... kenapa Indonesia masih jadi negara berkembang." ucapku cepat. Cuma itu yang ada dipikiranku sekarang.
Tapi apa? Beberapa anak kelas menahan tawa mereka, dan beberapa tertawa tanpa malu.
"Roseanne, ini kelas Semantik, bukan kelas Kewarganegaraan."
Dan sekarang, seluruh anak kelas tertawa. Beruntunglah aku tidak dapat satu kelas dengan Daniel. Karena sungguh, ini memalukan.
"Ah, maaf Mister." ucapku. Mr. Martin kembali melanjutkan penjelasannya. Sedangkan aku, bersembunyi dibalik buku.
— • —
Keluar dari kelas Mr. Martin, aku berharap bisa mendapat sebuah ketenangan. Tapi yang aku dapat sekarang malah pemandangan yang menyesakkan.
Jelita, sedang memperhatikan Daniel yang sekarang sedang berjalan beriringan dengan Bella. Rumit sekali. Aku mantan Daniel, yang masih berharap suatu saat kami akan kembali. Jelita, teman cukup dekatku, orang yang di PHPkan oleh Daniel. Dan Bella, orang yang pernah melabrakku—bisa dibilang musuh, sekarang menjadi pacar Daniel. Ini gila.
Astaga, berapa kali aku sudah menyebut kata gila dalam sehari hanya karena Daniel?
"Jelita?"
Dia terkejut mendapati aku disebelahnya. Pandangannya lepas dari Daniel, dan sekarang dia tersenyum padaku.
"Eh, Rose. Ada apa?"
"Boleh gue bicara sama lo? Tapi nggak disini." Jelita mengangguk.
Aku langsung membawanya keluar gedung Fakultas Bahasa dan Seni, menuju ke Fakultas Teknik. Setidaknya, tidak akan ada Daniel melihat kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Granule
Novela JuvenilHidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir berjalan mulus. Hampir, karena mungkin aku sudah menjadi sedikit noda dalam hidupnya Kalau aku Cappuc...