Walau tanpa kata, hanya dengan ekspresi dan tatapan, seakan itu semua bisa menjawabnya.
.
.
.
.
.
Oktober, 2018
Daniel - Rose masih pacaran.
Rose POV-
Kalian sudah berapa kali berpacaran? Atau belum sama sekali? Yah, sebenarnya ini baru pertama kalinya aku berpacaran. Dengan waktu pendekatan yang hanya dua minggu, lalu Daniel menyatakan perasaannya. Siapa bilang aku tidak tahu? Aku tahu dia tertarik padaku, tapi ku kira pria seperti Daniel tidak menyukai gadis sepertiku. Apa yang menarik dariku sebenarnya, aku pun tidak tahu. Mungkin karena aku merasa cocok mengobrol dengannya selama waktu dua minggu itu, aku merasa nyaman dan senang. Tidak bisa dikatakan langsung sayang apalagi cinta. Tapi, pengakuan dan ajakan Daniel aku terima, karena ku pikir, kenapa tidak?
Tapi, sedikit banyak aku menyesali keputusan itu. Kenapa aku tidak berpikir ulang sampai matang? Kenapa aku terlalu terburu-buru. Jadi beginilah, akhirnya.
Tahu perasaan ketika aku melihat ada adik tingkat yang terang-terangan mendekatiku-padahal aku sudah punya pacar, dan ternyata perhatiannya lebih menonjol ketimbang pacarmu sendiri? Itu sebuah guncangan hati bagiku. Lagipula, apa yang aku harapkan dari pria seperti Daniel yang sangat diam itu? Yah, walau ku tahu diamnya dia karena sebuah alasan yang masuk akal dan realistis, bukan karena keterpurukan atau pernah patah hati. Daniel dingin dan misterius dengan caranya sendiri. Tapi apa dia punya cara sendiri untuk jadi romantis?
Cara sendiri untuk jadi romantis seperti Riky sekarang. Hari ini adalah hari jadi Riky dan Sari yang ke-5 bulan. Riky sendiri sudah menyiapkan sesuatu untuk hari jadi mereka. Seperti pagi ini, ketika semua anak di dalam kelas diperintahkan untuk keluar dari kelas sebelum Sari datang, Riky menaruh sebuah buket bunga di kolong meja milik Sari. Ketika Sari datang ia sedikit bingung, tapi langsung terkejut dan tersenyum malu ketika Riky duduk di atas mejanya dengan sebuah gitar di pangkuannya. Menyanyikan sebuah lagu, dan satu-persatu anak kelasku masuk ke dalam, menonton pertunjukan itu. Suara riuh tepuk tangan terdengar, dan mereka saling melempar senyuman.
Ketika Sari hendak menaruh buku yang ditentengnya ke kolong meja, dia terkejut lagi melihat buket bunga disana. Sorakan dan siulan semakin ramai.
Aku? Aku duduk di kursiku, ikut bertepuk tangan dan tersenyum. Tapi di dalam hatiku, aku merasa iri. Kapan Daniel akan menjadi seromantis ini? Walau ku pikir, cara Riky sedikit berlebihan dan mendrama, tapi siapa yang akan pedulikan itu?
Ketika Dosen masuk, semua kembali ke kursi masing-masing. Ramai berkamuflase menjadi sepi. Entah kenapa hatiku ikut terasa kosong. Daniel hanya melirik ke arahku sebelum aku menenggelamkan wajah diantara lipatan tangan.
Apa yang aku harapkan?
- • -
Setelah kelas pertama selesai, aku langsung melesat ke cafetaria, berharap bisa segera menyegarkan tenggorokanku dan mendinginkan kepalaku yang sepertinya sudah mengepul.
Kelas pertama ke kelas kedua Vio dan Rensa hanya selang sepuluh menit, kupikir mereka tidak akan pergi ke Cafetaria. Jadi aku memutuskan untuk sendirian saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Choco Granule
Fiksi RemajaHidup ku gelap. Banyak masa dimana aku mengalami kesepian. Hidupku pahit, seperti Cappuccino tanpa gula. Sedangkan hidupnya? Baik-baik saja. Hampir berjalan mulus. Hampir, karena mungkin aku sudah menjadi sedikit noda dalam hidupnya Kalau aku Cappuc...