Mysterious: 14

1.2K 65 0
                                        

Maisya Branson POV

"Tapi gimana cara batalinya" ucap gue sambil berfikir.

"Ha! gue tau, jalan satu-satu nya kalau kita berusaha ngebatalin nih perjodohan gue rasa nggak mungkin, cuman kalau lo mau milih nikah sama gue terus beberapa bulan kita nikah lo ceraiin gue." usul gue.

"Lo gila ya, amit-amit dah gue nikah 2x, menurut gue pernikahan itu sakral tidak buat main-main, gue mau nikah cuman sekali." ucap Marcell.

Gue ngelihat cowok itu lagi mikir sesuatu, beberapa lama gue nunggu dia ngomong.

"Kita jalanin aja." ucap cowok itu
-Marcell- dingin dan langsung berbalik ke ruang tamu.

Gue tercengang dengan usulan dia, padahal dia yang tadi nya nggak mau nikah sama gue.

"Apa!, lo apa-apaan sih tadi lo yang nolak, sekarang dengan enteng lo nerima, lo ughhhh ... pokok nya ini nggak boleh terjadi." teriak gue tetapi  dia ngacangin gue.

"Tu cowok paras aja yang lumayan nyata nya nyebelin ... ugghhhh." geram gue.

Gue pun melangkah ke ruang makan dengan kesal. Sesampai gue diruang  makan gue ngelihat yang lain.

"Hmmm saya menerima perjodohan ini." ucap cowok itu (Marcell) dengan datar.

Belum gue duduk udah langsung di semprot.

"Menurut kamu gimana Sya?" tanya dady.

"Tapi Maisya belum siap dad." jawab gue sambil memelas.

"Kamu tidak usah khawatir, kalian tidak akan menikah dalam waktu dekat, kalian akan menikah ketika kamu dan Marcell tamat sekolah," ucap Richard.

"Tapi dad...." ucap gue yang langsung dipotong sama Marcell.

"Nih bocah nyosor aja, ugggh ... coba aja kalau nggak ada bonyok gue sama keluarga dia pasti tuh muka udah gue cakar-cakar." bantin gue.

"Maisya siap dijodohkan sama saya om, tinggal atur tanggal pertunangannya saja." ucap Marcell dengan datar, karna gue terkejut, gue ngelototin Marcell.

"Iiiss ... nih bocah ko nyebelin banget." bantin gue.

"Lo apa-apaan sih, gue nggak pernah bilang siap ya." bentak gue.

"Maisya yang sopan." ucap Momy.

"Au ah!" ucap gue.

Dengan emosi yang gue tahan dari tadi gue langsung melangkah dan meninggal kan ruang makan menuju kamar gue.

"Maisya mau kemana kamu?." ucap Dady tegas.

Gue nggak dengarin ucapan dady, bukannya gue nggak mau dengarin tapi gue udah terlanjur marah.

Dikamar...

Sesampai gue dikamar, gue langsung merebahkan badan gue ke king size bed. Gue nahan air mata gue biar nggak keluar, tapi gagal.

"Hiks ... hiks ... hiks kenapa harus di jodohin sih kayak gue nggak laku aja atau gue yang kelamaan jomblo makanya dady sama momy ngejodohin gue, dady sama momy mungkin udah nggak sayang aku hiks...hiks...hiks dady sama momy jahat hiks..hiks." ucap gue di selah-selah tangis gue.

"Pokok nya gue hiks ... hiks nggak mau dijodohin hiks ... hiks ... hiks" isak tangis gue.

"Gue nggak mau, kenapa harus gue hiks..hiks." tangis gue makin menjadi-jadi.

Gue ngedengar ada yang manggil gue palingan juga momy.

"Maisya ... sayang buka pintu nya mom mau bicara." ucap momy.

"Apaan lagi sih mom, Maisya ngantuk jangan ganggu Maisya." balas gue dengan serak.

"Mom mau bicara sama kamu bentar, buka pintu nya dong sayang." ucap momy.

"Iisss" gerutuh gue, sambil melangkah membukakan pintu kamar gue.

Setelah gue buka pintu, gue langsung ke king size bed gue dan langsung sembunyi dibalik selimut. Momy masuk dan duduk ditepi tempat tidur gue.

"Maisya dengarin mom dulu sayang, momy dan dady ngelakuin ini buat kebaikan kamu juga." ucap momy sambil berusaha membuka selimut yang nutupi gue.

"Apaan sih mom, untuk kebaikan apa?
Momy kira ini zaman Siti Nurbaya yang di jodoh-jodohin berasa aku kayak nggak laku aja." celoteh gue.

"Momy sama dady jodohin kamu itu biar kamu berubah menjadi lebih baik, bukan seperti ini perilaku kamu yang nggak pernah berubah, lagian Marcell kan baik,ganteng dan keluarga mereka mom udah kenal." ucap momy.

"Tapi mom aku nggak cinta sama dia." ucap gue.

"Maisya kalau ngomong itu lihat orang yang kamu ajak bicara, mom nggak pernah ngajarin kamu gini ya." marah momy.

Gue langsung keluar dari dalam selimut dengan air mata serta hidung yang sudah merah karna menangis. Gue langsung duduk menghadap momy.

"Gitu dong, kenapa nangis sih, cengeng." ucap momy sambil menghapus air mata gue.

"Cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu Sya, momy hanya ingin kamu bahagia Sya, kamu anak mom satu-satunya, cuma ini permintaan mom." ucap momy.

Gue yang ngelihat momy seperti mau nangis, gue nggak tega, benar juga kata momy.

Gue diam dan berfikir.

"Hmmm gimana ya, kalau gue nggak nerima ntar momy sama dady sedih, mungkin cuma ini yang bisa gue lakuin buat momy sama dady, baik lah gue akan jalanin ini walau terpaksa." batin gue.

"Mom, maafin Maisya yang nggak mau dengarin dady sama momy, baik lah Maisya menerima perjodohan ini." ucap gue pasrah.

"Yang benar?" ucap momy yang nggak percaya.

"Iya momy." ucap gue meyakini mom.

"Makasih ya Sya udah mau dengarin mom, maaf kalau ini buat kamu terpaksa nerima perjodohan ini." ucap momy.

"iya ... gak papa ko mom, Maisya nggak terpaksa ko mom." ucap gue bohong.

"Ya udah sekarang kamu tidur soal nya sudah larut malam kan kamu besok sekolah." ucap momy.

"iya mom" balas gue.

"Good night honey" ucap momy sambil mencium kening gue.

"Too mom" balas gue.

Lampu kamar gue di matikan sama momy dan momy melangkah keluar kamar gue.

Gue pun tidur dan memasuki alam mimpi bukan nyata😪

Tbc

Thank you😘
Buat yang sudah baca.

Kalau ada typo atau ejaan yang salah, tolong kritik & sarannya🤗

Dont forget! Tinggalin jejak yaaa!
Comment and vote guys.

Mysterious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang