- Rembulan -
🌙🌙🌙
Aku bukan tipe yang terlalu suka jalan-jalan tidak penting. Tapi malam ini pengecualian. Aku menemani Savita yang sedang pendekatan dengan rekan Arjuna. Promosi Arjuna sih rekannya itu baik. Mari kita coba percayakan saja pada Arjuna.
Rekannya ini menurut Arjuna, yang bernama Indra dan berpangkat Prajurit Kepala ini dulunya salah satu kepercayaan komandannya. Komandan yang hampir menjadi mertua, kata Savita. Eh...tapi bukannya sekarang Arjuna seperti anak angkat mantan calon mertuanya itu ya?
"Savita belum datang?" Tanya Bunda yang datang dari dapur. Di belakangnya mengekor si gembul, Mungil.
"Belum." Aku menggeleng. "Masih lima belas menit lagi dari waktu janjian." Kurasakan bulu-bulu halus nan hangat di kakiku. Aku menunduk dan melihat Mungil tengah menggosok-gosokkan kepalanya di kakiku lalu duduk dengan kakiku jadi tumpuan badannya. "Eeeh...aduuuh...Mungil gembul!" Rasanya hangat-hangat gimana gitu...
Tin! Tin!
Terdengar klakson motor. Saat aku bangkit, untung Mungil tidak ikutan, Bunda juga. Kami keluar teras dan Savita juga sudah masuk teras.
"Assalamu'alaikum, Bunda." Savita langsung menyalim Bunda.
"Wa'alaikumsalam." Balas kami berdua.
"Langsung aja ya, Lan?"
"Oke." Aku mengangguk dan menyalim Bunda diikuti Savita. "Bun, kita pergi. Assalamu'akaikum."
"Pamit ya, Bun. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati. Jangan pulang kemalaman." Pesan Bunda.
"Iya." sahut kami serempak.
Tak lama kami pun sudah di perjalanan. Kami akan menuju kedai seafood.
"Lan, kok aku deg-degan ya?" Ujar Savita.
Aku tertawa. "Wajar. Anggap aja taaruf. Nggak cocok ya udah. Nggak usah terlalu dimasukin hati." Sahutku sambil berusaha mendekatkan mulutku di telinga Savita.
Savita mengangguk. "Iya. Bismillah."
Karena belum tahu tempatnya, hanya tahu daerahnya saja, kami harus sedikit putar-putar dulu sampai akhirnya ketemu.
"Assalamu'alaikum." Sapaku dan Savita pada dua lelaki muda di depan kami ini.
"Wa'alaikumsalam." Balas Arjuna dan lelaki yang diduga sebagai Indra.
"Telat ya?" Tanyaku.
"Duduk dulu." Arjuna menyilahkan."
"Maaf, tadi nyariin dulu soalnya." Kata Savita.
Aku dan Savita pun duduk. Kami berhadapan.
Lelaki yang kuduga Indra itu tersenyum. Senyumnya manis. "Nggak kok. Kami yang terlalu cepat. Bisa dibilang kabur."
"Hah?" Seruku dan Savita serempak.
Arjuna dan rekannya itu tertawa.
"Oh iya, ini Bang Indra. Bang, ini Bulan dan itu Savita." Arjuna memperkenalkan kami. "Bukan kabur yang apa gitu. Cuma tadi kita berangkat dari rumah Papa, disana ada Garin. Minta ikut dianya. Eh, mau pergi ada Bianca."
"Cucu-cucunya Papa angkat kamu itu?" Tanya Savita.
Arjuna dan Indra mengangguk.
"Kalau Garin memang lengket sama Juna tapi Bianca itu suka ikut kalau ada yang mau pergi. Untungnya tadi sama Papinya, ada pawangnya yang lain." Terang Bang Indra. Kupanggil Abang karena lebih tua dari kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa & Rembulan [SUDAH TERBIT]
General FictionRank #01 Tentara (13/04/2019) #03 Militer (01/03/2019) #10 Abdi negara (15/09/2019) #22 Fiksi Umum (15/09/2019) #01 Kucing (19/02/2020) #39 Chicklit (22/02/2020) #28 Receh (23/02/2020) #47 Komedi (22/02/2020) Rembulan sangat suka kucing tapi hanya...