🐾 18

15.9K 1.3K 121
                                    

- Sadewa -

🌟🌟🌟

Begitu mendengarku kecelakaan, Mbak Fafa sekeluarga yang tugas di Kodam XIV/Hasanuddin Makassar, Mbak Shafa sekeluarga yang di Tanggul, Jember bahkan Mas Nakula di Mataram datang ke Malang.

Awal datang Mas Nakula bertindak sebagai dokter dan polisi. Setelah puas dengan investigasi dan hasil kesehatanku baru dia menunjukkan wajah seorang saudara.

"Dek..." panggil Mas Nakula yang duduk di kursi dekat brankarku.

"Hmm..." rasa ngilu ini membuatku susah tidur.

"Bulan itu tangguh ya?" Komentarnya.

Sore ini di kamar hanya ada kami berdua. Entah kemana itu si Mami sama Papi. Kalau Mbak Fafa dan Shafa sekeluarga sih ke rumah Eyang Kusuma di Batu sana.

"Iyalah tangguh. Wong nggak pernah mau kalah sama aku." Sahutku asal.

"Kalau itu kaki kamu yang sebelah aku patahin juga seru kali ya?" Kata Mas Nakula kalem.

Aku meliriknya malas. "Terus aku harus bilang wow gitu?"

"Serius nih."

"Ngilu nih."

Mas Nakula menghela nafas dalam.

"Ya udah...apa? Bulan tangguh kenapa?" Tanyaku akhirnya.

"Tangguh apa sok kuat ya?" Gumam Mas Nakula.

"Apa sih? Yang bener yang mana? Aduduh..." aku sedikit bergerak niatnya mau ganti posisi yang ada malah sakit.

"Waktu aku sama Mama, Mbak Fafa dan Mbak Shafa jengukin dia...dia pasang wajah santai. Padahal aku tahu dia lagi nahan ngilu." Mas Nakula menatapku dalam. "Kayak segan gitu sama kita."

Ganti aku yang menghela nafas dalam. "Memang. Dia sungkan karena kita masukin VIP. Kira-kira dia jadi tambah stres nggak ya?"

"Bisa jadi."

"Tapi ya masa dia ditaro di kelas tiga sih? Celakanya bareng kok kamar dirawatnya beda." Kataku. "Mana dia kena yang paling parah lagi." Aku langsung menatap kembaranku tajam. "Serius Bulan bisa sembuh kan? Bisa jalan lagi kan?" Tanyaku penuh kecemasan.

Tatapan Mas Nakula semakin intens. "Kalau seandainya dia betulan nggak bisa jalan, gimana dan kenapa?"

Aku merasakan wajahku memucat. Jantungku berdebar kencang. "Mas..." bahkan suara pun seolah hilang.

"Kan bukan salahmu kecelakaan itu terjadi. Kalau menuntut pertanggungjawaban ya yang nabrak kalian itu. Pemicu kecelakaan beruntun yang katanya satu lewat tuh kemarin di ICU." Mas Nakula bersiul. "Anaknya pejabat cuy."

"Yang nyetir?"

Mas Nakula menggeleng. "Bersyukurlah kamu nanti bisa ketemu di persidangan kalau Allah mengizinkan. Kondisinya sudah stabil."

Ah ya, tadi pagi Mas Nakula dari rumah sakit tempatku pertama dirawat dan operasi.

"Pasal berlapis sih yang jelas. Mabok. Nyimpen ganja. Ck! Ck! Anak sekarang..." ujar Mas Nakula. "Eh...lha kok nangis?" Tapi tak lama kudengar suara tawanya.

Dengan kasar kuusap air mata yang dengan kurang ajarnya berani keluar ini lalu aku buang muka. "Adududuh!" Seruku. Sakit, Ya Allah!

"Dek, kamu suka Bulan ya?" Tanya Mas Nakula enteng.

Aku otomatis menoleh dan mendapati dia duduk dengan sebelah kaki bertumpu diatas yang lain dengan jumawa dan tangan bersedekap.

"Aku?"

Sadewa & Rembulan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang