💫Bingung💫

13K 507 130
                                    

Kemarin aku pulang ke Malang untuk nyekar/ziarah. Biasanya H-1 sebelum Ramadhan tapi karena ada satu dan lain hal, bude yang kakak ipar papa menjemput bersama mas sepupuku, anak terakhirnya dan keponakanku dari anak kedua bude. Pakde yang sakit nggak bisa ikut. Dari rumah kami hanya berlima. Sebelum ke pesarean/makam, bude ditelpon adiknya untuk datang ke nikahan saudaranya. Jadilah dari pesarean kami yang bau makam meluncur ke nikahan. Enggak banget ya? 😅.

Karena dadakan akhirnya bude ngajakin kakak-adiknya yang harusnya datang siangan atau sorean pergi bareng.

Dan kebetulan adik bude adalah mantan Ibu Persit (apa sih sebutannya untuk yang pensiun? Warakawuri?) Setelah memberanikan diri, aku berharap bisa dapat narasumber dengan bantuan si om eh gagal 😅 terus bertanya kepada si tante tentang Persit. Banyak berbeda, dulu dan sekarang. Tapi ada banyak hal pelajaran dan pengetahuan buatku walau hanya pembicaraan singkat dengan tante. Hanya saja semakin aku ngobrol, aku jadi semakin merasa menggali kubur terlalu dalam. Semua peringatan papa tentang dunia militer yang sudah lama aku dengar dan semakin sering papa ulang...jangan menggali terlalu dalam. Rahasia.

Apakah tante memberitahuku rahasia militer? Jelas tidak. Tapi apakah obrolan singkat dan ringan dengan tante bisa kubagi dengan kalian, kawan-kawan yang kusayangi? Jelas juga tidak.

Aku ngobrol apa sih kok kesannya rahasia dan misterius gitu? Biasa aja sih hanya saja biasa menurutku, biasa untuk istri prajurit dan biasa untuk kawan-kawan atau sipil, pengertiannya bisa jadi beda.

Niatku menulis militer adalah ingin sedikit berbagi dan menyemangati adek-adek atau kawan-kawan yang ingin jadi istri prajurit. Juga...mungkin sedikit membantu meluruskan apa dan bagaimana militer dan pasangannya. Apa yang boleh diceritakan dan mana yang enggak. Maaf, bukannya menggurui karena pengalamanku nol. Apa yang kutulis hasil riset dan pengalaman sana-sini yang nggak sempurna.

Tapi setelah aku ngobrol dengan tante...rasanya...aku takut meneruskan ceritaku. Padahal sih nggak militer-militer amat.

Saat pulang dari nikahan dan pulang ke rumah keluarga papa yang berseberangan dengan kompleks militer, membuat aku menatap jauh ke dalam seolah aku bisa melihat menembus dinding hijau itu dimana papa pernah tinggal di asrama sana terus ketika dalam perjalanan pulang, demi menghindari macet kami lewat jalan alternatif yang merupakan komplek AU, gelap, minim penerangan, jauh di pelosok, jalan berlobang, hujan dan banjir sedikit tapi mampu membuat kuyup pengendara motor, nyaris saja kami lurus masuk komplek AU. Apakah itu markas biasa. Bukan. Markas apa? Lupa 🙈. Bodoh ya? 😩

Tapi kondisi gelap nyaris nyasar membuatku kembali ingat bahwa seperti itulah militer. Mereka ada. Terlihat tapi juga tidak. Kuat tapi halus. Dan...akhirnya bikin aku bimbang.

Apa aku nulis cerita militer ini nggak apa-apa? Apa sudah tepat? Aku takut. Itu kesimpulannya. Ada banyak hal yang harus kusimpan sendiri tapi ada sedikit hal yang ingin kubagi juga.

Aku bingung...

Aku harus gimana, kawan-kawan?

😔😔😔

- Berlin WG -

Sadewa & Rembulan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang