- Sadewa -
🌟🌟🌟
Aku duduk di teras indoor dekat ruang makan sambil memangku Mungil yang sengaja kuminta agar dirawat dirumah Mama-Papa saja. Kasihan itu kucing yang hidupnya mirip tentara pindah sana, pindah sini. Tapi hebat juga karena mudah adaptasi. Kakiku yang sakit kuselonjorkan di kursi yang lain.
Sudah tiga minggu ini Mas Nakula dan Mbak Shafa pulang. Hanya selang beberapa hari saja setelah Papi dan yang lain pulang. Sedang baru Mami kemarin. Semuanya karena pekerjaan yang tak bisa ditinggal.
Aku hanya sendiri di rumah ditemani Mama, Papa dan Mbak Ira. Atau kalau siang si kembar Abhi dan Garin yang tinggal sampai Mama atau Papanya jemput. Setelah itu...sepi lagi. Terbiasa ramai di barak dan sibuk...sekarang makan, tidur, duduk, bengong, ke dokter, kadang-kadang ke tempat Bulan.
Arjuna juga tidak ada. Sibuk. Sibuk kerja juga sibuk pengajuan pernikahan. Nasib amat ya diriku...
"Kok ngelamun sih, Mas?" Tegur Mama yang tengah menarik kursi makan ke dekatku dan duduk sana. "Anak Mama kenapa coba?"
"Anak Mama?" Aku meliriknya masih elus-elus mungil yang tidur. "Anak Mami kali."
"Oh gitu..." Mama manggut-manggut sambil bersedekap. "Ya sudah, pulang sana ke rumah Mami. Pulang sendiri tapi."
Aku nyengir. "Ih, Mama sensi amat siiih?"
Mama cemberut. "Mas Dewa kok nyebelin ya sekarang? Efek nggak ketemu Bulan?"
"Eh?" Lha kok aku merasa wajahku panas ya? "Mama ih..." ganti aku yang cemberut dan Mama yang terkekeh.
"Jangan mikirin yang nggak halal, Mas." Nasehat Mama.
"Mikirin juga percuma. Bundanya lebih suka Mas Naku yang lebih ganteng." Aku menghela nafas berat.
"Nggak boleh suudzon ah. Mama nggak suka." Tegur Mama.
"Aku dengar sendiri, Ma."
"Kali aja cuma sekedar bilang Mas Naku lebih ganteng tanpa ada maksud lain?"
"Ya tetep aja gitu..."
"Mas Dewa punya Allah kan?"
Aku mengangguk.
"Allah Maha Segalanya kan?"
Aku mengangguk lagi.
"Ya sudah dong. Menghadap Allah. Kok susah? Jangan hanya takut sama komandan aja dong." Omel Mama.
Aku meringis. "Sudah, Ma. Belum ada jawaban."
"Terus berhenti gitu? Putus asa? Gelinding aja sana!"
"Waaah...Mama kejam nian! Papaaa! Aku diusir Mama nih." Pekikku pura-pura mengadu.
"Teriak aja. Papa lho nggak ada." Kekeh Mama.
Aku cemberut.
"Sejak ketemu Bulan, Mas Dewa berubah ya? Hehehe..." goda Mama. "Sudah fokus sembuh, fokus doa. Jodoh nggak akan kemana."
Aku menghela nafas. Capek.
"Nggak ke rumah Bulan? Dia sudah keluar rumah sakit kan?" Tanya Mama lembut.
Aku menggeleng. "Segan."
"Kenapa? Bulan tahu kalau si Mungil disini?"
Aku menggeleng lagi. "Biar aja, nggak apa-apa. Cuma ini yang bisa aku lakuin."
Mama menatapku lekat. "Kok nggak semangat gitu sih?"
"Dari awal juga nggak ada apa-apa. Rasanya nggak enah tuh Ma, ditolak bukan karena kita sendiri. Ayu menolak aku demi status pacaran dan kebetulan pacarnya pangkatnya lebih tinggi dari aku. Bundanya Bulan lebih suka mantu yang ganteng."
![](https://img.wattpad.com/cover/171378697-288-k421728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadewa & Rembulan [SUDAH TERBIT]
Ficção GeralRank #01 Tentara (13/04/2019) #03 Militer (01/03/2019) #10 Abdi negara (15/09/2019) #22 Fiksi Umum (15/09/2019) #01 Kucing (19/02/2020) #39 Chicklit (22/02/2020) #28 Receh (23/02/2020) #47 Komedi (22/02/2020) Rembulan sangat suka kucing tapi hanya...