🐾 10

17.9K 1.2K 148
                                    

- Sadewa -

🌙🌙🌙

Pagi ini aku selesai lari rutin. Setelah itu kami akan kurvey.

"Mas Dewa..." panggil Arjuna sambil menyapu.

Aku menoleh lalu melanjutkan bersih-bersih lagi.

"Kemarin Mama tanya..."

"Apa?"

"Ate pus itu siapa?"

Walaupun pertanyaannya biasa tapi tak urung aku menoleh juga. "Memang kenapa?"

"Eyang penasaran kok Bi antusias gitu sama Ate pus, terus tanya ke Mama. Nah, berhubung Mama nggak tau jadinya tanya aku gara-gara Mas Dewa bilangnya Ate pus itu temanku. Masalahnya kan aku nggak tau. Siapa sih?"

Aku menatapnya datar tapi perasaanku campur aduk. "Serius nggak tau?" Lagipula, Mama kan sudah pernah ketemu Bulan? Kok bau konspirasi ya?

Arjuna mengangguk.

"Kamu sepintar Bi ya? Coba tanya aja tuh si Bi, siapa Ate pus."

Arjuna menatapku dengan mata menyipit. "Ck! Bikin penasaran deh. Masa tanya Bi?"

"Tanya deh." Jawabku cuek.

"Main rahasia nih?" Goda Arjuna.

"Suka-suka kamu deh."

Arjuna tertawa.

Tapi kalau dipikir juga kenapa aku nggak ngomong terus terang aja ya?

Dan kalau dipikir-pikir lagi juga aku tidak pernah terus terang tentang Bulan. Kenapa ya?

Selesai kurvey, kami masih ada beberapa pekerjaan lagi.

Dan sorenya saat baru akan pulang, aku ditelepon Dek Mia diminta kesana.

Karena sepertinya mendesak, aku pun segera kesana.

Dan begitu sampai rumah sepupuku itu ternyata sudah ditunggu Dek Mia dan si kecil Bianca.

"Papa De, Ate pus." Rengeknya yang langsung menghambur ke arahku.

Aku yang baru saja memarkir motor di carport langsung mengulurkan tangan mencegah agar Bianca tak menempel padaku. "Jangan dekat Papa De. Bau keringat, nanti Adek ikut bau."

"Papa De bau ya?" Tanyanya polos.

Aku mengangguk lalu berjongkok. "Adek kenapa?"

"Ke umah Ate pus yok?" Ajak Bianca dengan kedua mata mengerjap. "Adek mau liak pus."

"Tapi Papa De baru pulang kerja, Sayang. Masih capek. Ate pus juga mungkin nggak di rumah."

"Papa De puwang keja capek?" Tanya Bianca. Aku menganguk lagi. "Tapi Adek mau liak pus." Katanya melas.

Aku menghela nafas dalam. Susah nih. Aku sayang sama semua keponakanku tapi Bianca beda. Paling tidak bisa menolak permintaannya. Aku terlalu memanjakan dia ya?

"Papa De, pus..." suara imut Bianca membuyarkan lamunanku.

"Ya sudah, Papa De pulang dulu ya, mandi. Kan bau." Dengan berat hati kukabulkan juga akhirnya.

Bianca menggeleng. "Dak mau. Sekayang aja pegina."

"Nggak usah pergi aja kalau Adek gitu." Celetuk Dek Mia tegas.

"Adek mau pus, Mama." Bianca berputar menghadap Mamanya dengan bibir mencebik.

"Papa De mandi dulu. Nanti sini lagi." Tegas Mia.

Sadewa & Rembulan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang