20

1.2K 148 23
                                    


Yewon terbangun dari tidurnya ketika hidungnya mencium aroma lezat. Ia melihat Sinb yang meletakkan semangkuk nasi dan beberapa lauk di meja nakas.

"Sinb--"

"Habiskan makananmu!" Sinb hanya menjawab dingin lalu segera beranjak pergi. Meninggalkan Yewon yang kebingungan.

Hyunjin datang menggantikan Sinb. Membuat Yewon menunduk tak berani menatap pria itu.

"Kenapa Ye? Kau tidak ingin makan?"

Yewon menggeleng masih dengan menatap kebawah. Jari-jarinya bertautan sambil sesekali memainkan selimutnya.

"Aku suapi ya?"

Yewon melirik Hyunjin sekilas.

"Kenapa?" Yewon bertanya pelan.

"Heemmm?"

"Kenapa kau masih mau menemuiku?"

Hyunjin tersenyum. Ia paham maksud Yewon.

"Karena aku ingin."

"Kau tidak ehm.... merasa jijik padaku?"

"Kenapa harus?"

"A-aku kan sudah----"

"Sssshhtt!"

Hyunjin memotong kalimat Yewon lalu menggenggam tangannya.

"Yewon, setiap orang punya masa lalu. Entah itu baik ataupun buruk. Garis hidup setiap orang sudah ditentukan. Apa yang terjadi padamu memang harusnya begitu. Jangan pernah berpikiran dirimu kotor karena memang kenyataannya tidak Yewon. Kau hanya harus percaya bahwa setiap rasa sakit itu punya balasan yang lebih indah."

Yewon yang masih menunduk mulai terisak. Lalu menangis keras ketika Hyunjin mendekapnya.

"Gwaenchana! Kau boleh menangis sekarang." Hyunjin mengelus surai panjang Yewon sambil sesekali mengecup kepalanya. Membiarkan bajunya basah dengan tangisan Yewon.

Mereka bertahan dalam posisi itu sampai Yewon tenang dan melepaskan pelukan Hyunjin. Hyunjin menempelkan dahi mereka berdua.

"Setelah ini, berjanjilah kau tidak akan menangis lagi."

Yewon tanpa sadar tersenyum mengangguk mendengar kalimat Hyunjin. Matanya lurus menatap netra hitam pria itu. Hanya ada ketulusan disana. Membuat Yewon kembali berdebar. Tidak, dirinya memang selalu berdebar jika di dekat Hyunjin.



Beberapa saat kemudian Yewon dan Hyunjin sudah terlihat bercanda bersama dengan Yewon yang memakan nasinya sambil sesekali menyuapi Hyunjin.

"Hyunjin-ah! kau tidak kembali ke kantor?"

"Nanti saja. Sekalian mengantarmu pulang."

"Baiklah."


Tok tok

"Kalau sudah selesai kita pulang."

Sinb membuka pintu lalu berucap dingin. Setelahnya pergi lagi.

"Hyunjin-ah! Ada apa dengan Sinb?"

"Entahlah."

Hyunjin berbohong. Ia tahu yang sebenarnya. Hanya saja, itu bukan haknya jika harus bicara. Biarlah dua sahabat ini yang menyelesaikannya sendiri. Ia yakin Sinb hanya butuh waktu.

"Ayo kita pulang." Ajak Hyunjin.

Yewon bangkit keluar menemui Bibi Hyunjin sebelum pulang.

Trust (Yewon-Hyunjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang