33 - Pergi

54.7K 3.9K 99
                                    

Bulan masih berjalan ogah-ogahan di belakang Bintang dengan satu tangannya yang digenggam cowok itu.

Bintang menoleh ke belakang dan berkata, "Jalannya cepetan dong."

"Langkah lo yang kelebaran bloon!" Maki Bulan yang memang itulah faktanya. Bintang yang memiliki kaki lebih panjang dari Bulan tentu langkahnya lebih lebar.

"Hehe, sorry sorry." Cowok itu nyengir kuda dan menyejajarkan langkahnya dengan Bulan.

"Mau kemana sih? Perut gue udah teriak-teriak ini."

"Makanya kalau beli makanan itu, langsung dimakan, bukannya ditabung buat nanti-nanti. Kebiasaan."

Bulan hanya mengerucutkan bibirnya kesal. Perutnya sudah meronta-ronta minta makan sejak tadi. Pasalnya, dia baru saja membakar kalori dengan ikut lomba basket. Ya... hanya lomba dalam rangka classmeeting sebelum pembagian raport. Dia sangat lapar. Sangat.

Dan Bulan mengetahui tujuan mereka setelah Bintang mengarahkannya untuk naik ke atas tangga. Tentunya mereka akan menuju rooftop.

"Enak ya kalo mau nyulik lo?"

"Kenapa?"

"Lo nya gak berontak-berontak."

Bulan merotasi bola matanya sejenak sebelum ia mengatakan kalimat yang membuat Bintang terkekeh. "Kalau pun gue berontak, gue akan kalah sama badan lo yang segede dugong itu! Lagian, lo lupa, terakhir kali gue berontak, malah berujung lo diskors"

"Lo gak takut kalo gue culik?"

"Nggak. Lagian emang ada yang mau gue omongin ke lo. PENTING!" Bulan dengan sengaja menekankan pada kata 'Penting'

"Masa sih? Apaan?"

"Ntar aja kalo perut gue udah keisi."

Dan Bintang kembali terkekeh. Kekehan yang akan terdengar merdu di telinga kaum hawa lainnya, kecuali Bulan. Bagi Bulan, kekehan itu sudah mirip seperti tawa mak lampir.

...

"Jadi, apa yang mau lo omongin?" Tanya Bintang seraya menopang wajahnya dengan kedua tangan. Sejak tadi, matanya terfokus pada satu gadis yang memakan nasi uduknya hingga habis tak bersisa ini.

Setelah menenggak habis air mineralnya, Bulan menatap Bintang. Dan tatapannya berubah menjadi sangat serius. "Lo baik sama gue kenapa? Balas budi doang, karena dulu pernah hampir nabrak gue?"

Dan Bintang berubah diam. Cowok itu mengernyit bingung, baru saja hendak menjawab, cewek itu kembali melanjutkan perkataannya.

"Tang, gue mohon jauhin gue. Ada hati lain yang harus gue jaga. Gue rasa, kedekatan kita cukup sampai di sini."

"Tapi..."

"Gue gak bisa terus-terusan deket sama lo. Gue gak mau kesannya gue sama lo punya hubungan lebih. Jadi, sebelum kita lebih deket, gue mau lo jauhin gue."

"Lan?"

"Bintang, lo denger kan?!"

"IYA! GUE DENGER!" Bintang menaikkan volume suaranya hingga membuat cewek itu terkesiap. Melihat Bulan yang bahkan hampir menangis, Bintang menarik oksigen ke tubuhnya sebanyak-banyaknya. Berharap oksigen itu bisa menetralisir amarahnya sendiri.

"Lan, sebelum gue ngomong lebih lanjut, gue bisa minta lo jawab jujur?" Bulan mengangguk, namun ia masih belum berani menatap manik hitam legam cowok di depannya. "Apa hati itu hatinya Bumi?"

Dan detik itu juga, Bulan menaikkan kepalanya dan menggeleng cepat-cepat. Bintang bisa melihat kalau cewek itu jujur. Lalu, siapa yang dimaksud Bulan?

"Terus siapa?"

"Gue belum bisa jawab."

"Oke. Gue mau lo tau gue siapa Lan. Gue paling gak suka kalau lo maksa-maksa gue berhenti untuk melakukan apa yang hati gue kehendaki. Termasuk mencintai lo. Lo boleh gak mencintai gue, tapi lo gak bisa dan gak akan pernah bisa memaksa gue untuk menjauh dari lo. Gue pemaksa? Gue egois? Keras kepala? Gue rasa lo udah tau jawabannya. Iya, Lan, iya..."

"Tapi Tang, lo gak tau..." air mata sudah siap untuk menetes dari pelupuk matanya.

"Gak tau apa? Gue rasa lo gak jauh egois dari gue, Lan. Lo gak mau menyakiti hati satu orang yang gue bahkan gak tau siapa. Tapi, apa lo sadar? Lo nyakitin gue, Lan. Apa itu gak egois?"

"Ma-maaf Tang..."

Bintang menghirup oksigen sekali lagi. Ia memejamkan matanya sejenak, lalu kembali membukanya dan tersenyum. Bulan tahu, dan siapa pun tahu. Senyum itu dipaksakan. "Oke, Lan. Gue gak akan egois buat orang yang gue sayang. Lo mau gue menjauh? Mulai besok, gue janji, lo gak akan pernah lagi ngeliat muka gue. Asalkan dengan itu lo puas, lo bahagia, lo seneng, gue ikhlas."

"Bintang?"

"Udah, Lan. Jangan nangis, gue janji, kok akan pergi. Thanks udah pernah mau deket sama gue. Gue cuma bisa berharap, semoga lo bahagia."

Bulan tidak lagi bisa membendung air matanya. Sedangkan Bintang, cowok itu malah tertawa. Namun, tawa itu tak terdengar merdu, melainkan terdengar sendu. "Lo lucu, sih Lan. Kan lo yang minta gue buat jauh, kok lo yang nangis?"

"Gue pamit undur diri, ya..." ucap Bintang seraya mengacak pelan rambut Bulan. Setelahnya, cowok itu meninggalkan rooftop tanpa berbalik lagi. Dan Bulan hanya bisa melihat punggung tegap itu menjauh. Entah mengapa, tapi rasanya, ada sebuah retakan di hatinya yang pasti akan lama disembuhkan.

***

Maaf ya kalo cerita ini makin aneh dan gak nyambung. So sowry

Jangan lupa vote cama comment nya babe

Ig: @zkhulfa_

😷

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang