38 - kecelakaan

56.2K 3.6K 9
                                    

Hari minggu. Astaga, Bulan benci hari ini. Tapi, beruntung karena Bayu tiba-tiba ada meeting mendadak di luar kota. Bayu sudah pergi sejak pukul lima pagi tadi. Dan tentunya, Bulan sangat bahagia.

Ia menoleh ke jendela kamarnya dan melihat melalui kaca tembus pandang itu sebuah mobil baru saja memasuki pekarangan rumahnya.

Aruka.

Siapa lagi kalau bukan perempuan itu? Bulan berlari menuju ke bawah. Langkah yang ia ambil kelewat lebar. Bahkan dua anak tangga sekaligus ia lompati supaya lebih dulu sampai di balik pintu dibanding Aruka.

Bulan menahan tangan Mbok Asih yang hendak membukakan pintu. Lantas menariknya agar sedikit menjauhi pintu.

"Mbok! Please, bilang Bulan masih sakit kepala. Suruh dia pulang lagi, Bulan mohon, mbok..." mohon Bulan dengan puppy eyes miliknya.

Mbok Asih hanya bisa menuruti keinginan putri majikannya itu. Meski ia tahu, resikonya sangat berat jika sampai diketahui Bayu.

Bulan tersenyum manis dan mengacungkan jempolnya. Lalu, ia bersembunyi di balik sofa. Sedangkan Mbok Asih keluar untuk menyampaikan apa yang dikatakan Bulan.

"Bu Aruka? Mencari Non Bulan?" Sapa Mbok Asih ramah. Aruka tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Di tangannya sudah terdapat lembaran-lembaran kertas yang akan membuat kepala Bulan meledak.

"Non Bulan masih sakit kepala, katanya dia tidak mau menambah sakit kepalanya dengan kertas-kertas itu."

Aruka sedikit terkejut. "Bibi yakin? Tadi, waktu saya menghubungi pak Bayu dia bilang Bulan sehat-sehat saja."

"Tuan Bayu sudah pergi sejak subuh tadi. Dan Non Bulan baru sakit kepala waktu bangun tidur, jam enam tepatnya."

"Bu Nia ada?"

Huh! Menyebalkan sekali perempuan ini! Bulan saja sampai pegal bersembunyi di balik sofa.

"Tidak ada. Sudah ke butik."

"Oke. Kalau gitu, bilang sama Bulan, saya akan kembali lagi minggu depan. Saya permisi." Pamit Aruka seraya kembali ke mobilnya. Dan akhirnya, Bulan dapat bernapas lega serta keluar dari persembunyiannya.

Mbok Asih kembali masuk ke dalam rumah. Dan Bulan langsung memeluk wanita itu erat. "Makasih, Mbok... jangan bilang-bilang Papah ya kalo Bulan sakit kepala bohongan..."

"Iya, Non Bulan yang cantikk!"

...

Daripada bosan sendirian di rumah, Bulan memilih untuk mengunjungi Angkasa. Ia sudah siap dengan gaun maroon selututnya juga rambutnya yang dikuncir kuda. Ia menekan tombol bel rumah itu dua kali. Dan sesudahnya, Bumi muncul dari dalam rumah.

"Lho, Lan. Mau ketemu bang Angkasa?" Tanya Bumi seraya membukakan pintu gerbang.

Bulan mengangguk dengan lengkungan lebar di bibirnya.

"Tapi, bang Angka sama bang Alex lagi pergi ke luar tadi."

"Ngapain?" Tanya Bulan penuh selidik.

"Kerjalah!"

"Hah?! Kak Angka kerja?! Bukannya masih kuliah, ya?"

"Emang salah? Kalo ada yang mau terima, kenapa enggak? Lagian mereka juga tinggal tunggu wisuda."

"Oh..."

Sejenak. Suasana hening dan tiba-tiba menjadi awkward. Membuat rasa canggung menyelimuti keduanya. Bagaimanapun, rasa itu masih bertengger manis di hati keduanya.

"Eum... jadi lo mau masuk atau pulang aja lagi?" Tanya Bumi memecah keheningan.

Bulan nampak berpikir. Lalu, ia mendapatkan jawabannya ketika sebuah mobil berhenti di depan rumah Bumi.

Seorang cewek keluar dari sana. Masih seperti dulu. Cantik. Membuat Bulan merasa rendah jika harus bersaing dengan perempuan itu, dulu. Siapa lagi kalau bukan Zara.

"Pulang aja deh! Nanti kalau kak Angka udah balik, lo kabarin gue aja." Ucap Bulan setelah mengalihkan pandangannya dari Zara.

"Loh, ada Bulan?" Sapa Zara ketika sampai diantara keduanya. Bulan tersenyum.

"Iya, lo apa kabar?"

"Baik. Lo?"

"Sama." Bulan mengalihkan pandangannya pada Bumi. "Gue pulang, ya! Takut ganggu date lo berdua!"

Bumi terhenyak. Date? Dia bahkan baru tahu kalau Zara akan datang. Lantas, seolah gerakan refleks, tangannya mencegah tangan Bulan yang hendak membuka pintu mobilnya.

"Apa lagi sih, Bumi?" Kesal Bulan.

"Gue bukan mau date sama Zara! Please, lo jangan salah paham"

"Emang kenapa kalau gue salah paham?" Sinis Bulan diikuti dengan gerakan naik sebelah sudut bibirnya. "Gue kan bukan siapa-siapa lo! Inget, kita gak ada hubungan apa-apa!"

Bulan menepis tangan Bumi. Ia hendak membuka pintu mobilnya. Tapi, lagi-lagi Bumi menghalanginya. Bahkan sekarang cowok itu berdiri menutupi pintu mobilnya. "Mau lo apa, sih?!" Teriak Bulan kesal. Sampai-sampai, tasnya terlempar ke jalan.

"Lan, gue cinta sama lo!"

"Gue tau! Tapi lo juga cinta sama Zara, kan?! Udah deh! Lo lupain gue, dan balikan aja sama Zara!"

"Tapi gue gak bisa, Lan!"

"Kenapa?! Lo anggap gue apa, hah?! Mainan?" Pekik Bulan membuat mulut Bumi terbungkam. Bulan menarik napasnya kesal. Ia mengambil tasnya yang terlempar ke jalan.

Tiiiitttt!!!!

Bulan menoleh ke samping kirinya. Mobil dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang lambat melaju mendekat ke arahnya. Bulan berteriak sekencang mungkin. Dan secepat mata berkedip, tubuhnya terhempas ke pinggir jalan.

***

Jangan lupa vote sama comment nyaa

Ig: @zkhulfa_

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang