23. bukan untukku

60.8K 4.1K 124
                                    

Mereka semua, anggota ekskul jurnalistik dan OSIS sudah berkumpul di aula sekolah. Semua sudah bersiap untuk berlatih hari ini. Tentu saja berlatih drama cinderella. Memangnya apa lagi?

"Kita mulai sekarang?" Tanya Bian dengan suara lantangnya. Sorakan semangat menggema di dalam aula tersebut. Astaga, seperti mereka sudah sangat tidak sabar.

Niken, sang narator mulai mengawali cerita. Ia berdiri di tengah-tengah aula, sedangkan yang lain bersiap di posisi masing-masing. Dan cerita dimulai. Bintang masih duduk di pinggir seraya menatap wajah konsisten Bulan yang memerankan tokoh antagonis. Sangat cocok, karena cewek itu memang garang. Tapi, akan lebih cocok menjadi cinderellanya.

Mereka melakukan pengulangan sampai berkali-kali, Bulan juga nampak lelah. Bintang justru menarik sebelah sudut bibirnya. Ayolah, mau sejelek apapun wajah Bulan, Bintang akan tetap mengaguminya.

"Oke! Kita istirahat lima menit! Abis ini, kita latihan buat pangerannya! Tang, siap-siap!" Ujar Bian dari tengah aula. Bintang yang sedang selonjoran di pinggir mengacungkan jari jempolnya.

Ia bangkit, bukan untuk menemui Bian. Tentu saja untuk menemui Bulan. Cewek yang sedang duduk tanpa alas seraya mengipas-ngipaskan tubuhnya itu tentu saja menyita tatapannya. Bintang menyodorkan air mineral yang sejak tadi ia bawa. Bulan menerimanya dengan senang hati.

Bintang mengambil tempat di samping Bulan, lalu duduk bersila di sana. Menatap wajah secantik bulan purnama itu dari samping membuatnya senyum-senyum sendiri.

"Apa lo liat-liat! Mesum ya?!" Tuduh Bulan seraya memercikkan air ke wajah Bintang. Sontak saja membuat cowok itu mengalihkan pandangannya.

"Kalo nggak lo berani cium gue emang?"

"Tuh kan! Mesum! Sana lo jauh-jauh!!!" Usir Bulan memberi sedikit jarak antara mereka. Bintang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya gemas. Beruntung sekali Bumi bisa dicintai cewek semanis Bulan. Sayang, dirinya tak seberuntung Bumi.

"Lan, ukuran sepatu lo berapa?" Tanya Bintang tiba-tiba seraya menatap lamat sepatu Bulan.

"Mau apa emang?" Ketus cewek itu.

"Kecil banget! Kalo kaki gue masuk mungkin cuma setengah."

"Sial! Ini itu udah gede, bego! Nih liat nih, ukuran 40!" Ucap Bulan seraya menunjukkan nomor sepatunya tepat ke wajah Bintang. "Lo aja yang kayak bagong!" Lanjutnya membuat Bintang menjitak kepalanya pelan.

"Ngomong jelek sekali lagi gue resmiin lo jadi pacar gue di depan umum!"

"Dih. Ogah!"

"Masa sih ogah? Ya udah, kalau emang ogah, gak usah deket-deket gue lagi!"

"Yang deket-deket mah elo!"

"Iyaya?"

"Ayo ayo! Kita mulai latihan lagi! Waktu kita gak banyak!" Ujar Bian seraya menepuk-nepukkan tangannya di tengah-tengah aula. Dan setelahnya, latihan kembali dimulai.

...

"Lan, nanti ke ruang musik, ya!" Ucap Bintang saat mereka berjalan di koridor. Tadi, mereka tidak sengaja bertemu di parkiran sekolah dan berangkat bersama ke kelas.

"Mau apa? Kan mau latihan drama lagi," tanya Bulan agak heran. Ya, mereka latihan drama sudah berjalan tiga hari dan belum juga bagus-bagus.

"Latihan musik dong, sayang! Kan kita mau duet!" Bintang mengerling pada Bulan. Membuat Bulan segera membuat mukanya, astaga. Kenapa wajahnya terasa panas begini?

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang