Bulan rindu ruang jurnalistik. Semenjak pergantian anggota, Bulan bukan lagi anggota jurnalistik. Karena sekarang ia sudah kelas dua belas dan diharamkan untuk ikut ekstrakurikuler lagi.
Bulan menyempatkan dirinya untuk melihat mading terlebih dahulu. Mungkin isi madingnya lebih banyak dan menarik. Karena penasaran, Bulan melangkah. Dan herannya, tumben sekali peminat mading sebanyak itu.
Bagaimana tidak, Bulan baru saja sampai dan harus menunggu kerumunan itu bubar. Bulan sangat tidak suka jika harus bersempit-sempitan di sana.
Sembari menunggu, Bulan memasang earphone di telinganya. Lagu Lily-Alan walker mengalun lembut di telinganya. Ntahlah. Tapi Bulan sangat menyukai lagu itu. Kata orang, lagu itu mengandung makna menyeramkan lah, mengandung unsur illuminati lah. Bulan tidak peduli. Baginya, lagu cuma hiburan. Yang penting membuatnya senang, Bulan suka lagu itu.
Bulan menstalk akun instagramnya dan kembali keluar dari aplikasi itu. Ponselnya terasa sangat sepi tanpa notifikasi dari Bintang.
Tiba-tiba, Bulan teringat Bayu. Belakangan ini ia seringkali bebas karena Bayu sedang sibuk. Bahkan tentang Bulan yang mempunyai ponsel pun Bayu tidak tahu.
Bulan mendongak dan ternyata kerumunan itu sudah pergi. Hanya tinggal satu dua orang saja yang berdiri di depan mading. Bulan melangkah mendekat, lalu membaca isi dari mading tersebut.
Satu yang paling mencolok dan menyita perhatiannya. Selembar kertas yang mampu membuatnya kaget bukan kepalang. Kertas yang ditempeli foto seseorang itu bertuliskan:
Bintang XII-IPA 4 masuk University Van Amsterdam?
Bulan membaca berita itu dengan seksama. Dan tiap kata yang tertulis membuat hatinya retak.
"Amsterdam? Berarti Bintang... akan pergi." Bisik Bulan pada hatinya. Dadanya sesak. Tubuhnya berguncang hebat. Apa maksud semua ini?
"Ck. Siapa sih yang masang berita ini!" Decakan keras itu muncul tepat di belakang Bulan. Seolah gerak refleks, Bulan membalikkan tubuhnya dan langsung berhadapan dengan seorang cowok. Jarak mereka hanya terpaut dua langkah.
"Bintang?" Ucap Bulan dengan suaranya yang mulai terdengar serak. Bintang juga sepertinya baru menyadari keberadaan Bulan. Nampak jelas dari raut wajahnya yang terkejut.
"Bu-bulan?"
Lagi. Mereka hanya saling mengungkapkan melalui tatapan. Tak ada satu huruf pun yang terucap. Hanya diam dan saling menahan rasa di dalam hati. Hanya ada atmosfer dingin yang menyelimuti keduanya.
Bintang lebih dulu memutuskan pandangannya. Ia memilih untuk berlalu dan meninggalkan Bulan yang hampir menangis di sana.
"Lan?" Bulan menoleh ke Alena yang baru saja datang. Segera ia berhambur ke dalam pelukan Alena.
"Lan, lo sama Bintang gak papa?"
Bulan hanya diam. Tak menjawab pertanyaan yang memang tak seharusnya ia jawab.
"Lan, jawab!"
"Gue... gak papa. Gue sama Bintang cuma lagi ada masalah."
"Bener gak papa?"
Dan Bulan kembali mengangguk meski nyatanya mereka sedang kenapa-napa.
***
Tbc
Comment and vote gaesss
Follow ig: @zkhulfa_
😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)
أدب المراهقينIni kisah tentang Bumi, Bulan, dan Bintang. Kisah yang mungkin akan membuat kalian bernostalgia ke masa-masa SMA. Tentang kehidupan yang nyata adanya diantara kita. Tentang tawa yang melebur perih. Tentang hari-hari yang menyimpan banyak misteri...