Akhirnya. Hari-hari Bulan yang tersiksa oleh buku-buku selesai. Hari ini ia kembali sekolah seperti biasa. Tahun ajaran baru telah dimulai. Namun, keadaan hatinya tak kunjung menemukan kata baru.
Bulan menata langkahnya menuju mading sekolah. Kelas pasti sudah dibagi dan dipajang di sana. Bulan tak lupa melemparkan senyum pada adik kelas yang menyapanya. Adik kelas baru sudah kenal Bulan? Wajar saja. Banyak adik kelasnya dari SMP sekarang satu sekolah lagi. Dan Bulan memang terkenal dari dulu. Karena status keluarganya, dan karena kecerdasannya.
Setibanya di depan mading, Bulan langsung menghela napasnya kesal. Kenapa sangat sesak seperti ini?
Dan Bulan memilih untuk diam di kejauhan. Saat siluet Bintang ditangkap retinanya, Bulan tak lagi memindahkan pandangannya. Cowok itu benar-benar pergi seperti keinginannya. Tapi, kenapa Bulan justru merasa kehilangan?
Alena berjalan mendekati Bulan. Cewek itu baru saja keluar dari kerumunan. Dengan senyumannya, Bulan dapat menyimpulkan bahwa mereka sekelas lagi.
"Agrita Bulan Maheza! Kayaknya kita emang jodoh! Kelas XII-IPA 1 babe!" Teriak Alena histeris. Dan Bulan hanya menarik sudut bibirnya untuk tersenyum seadanya.
Bintang melewati mereka begitu saja. Bulan hanya menatap cowok itu melalui lirikan mata. Alena merasa ada yang tidak beres di sini.
"Bintang! Kelas berapa?!" Tanya Alena membuat langkah Bintang terhenti.
"XII IPA-4." Jawabnya singkat lalu kembali berjalan menjauh. Bulan menghela napasnya kecewa. Dan dapat dilihatnya bahwa Alena juga melakukan hal yang sama. Sepertinya, Alena memang menyukai cowok itu.
"Kok dia dingin, ya?" Tanya Alena heran. Bulan mengangkat bahunya acuh. Lalu, berjalan mendahului Alena.
"Kelas yok, Na!"
...
Bulan hanya menatap bakso di depannya tanpa selera. Disentuh pun tidak. Membuat Alena berdecak kesal. "Lo kesurupan jin apa sih? Jin iprit?"
Bulan terkekeh geli. "Nggak selera makan gue. Ke toilet dulu, ya!" Bulan bangkit dari kursinya. Tapi, Alena menahan tangannya.
"Mau ngapain?"
"Makan bakso! Emang mau ngapain lagi sih ke toilet?"
"Oh ya udah. Gue tungguin!"
"Gak usah. Kalau lo udah selesai makan langsung kelas aja. Gue males balik lagi ke kantin." Ucap Bulan sebelum sosoknya benar-benar melangkah pergi meninggalkan kantin. Di sepanjang jalannya, Bulan terus mencari sosok Bintang. Tapi, cowok itu tidak ada di sini. Lantas, kemana?
Bulan membelokkan arah langkahnya ke taman. Dia berhenti berjalan kala ponsel di saku bajunya bergetar.
Bulan langsung membukanya. Satu harapannya. Bintang lah pelaku ponselnya berbunyi. Dan harapannya musnah begitu saja ketika yang ia lihat adalah pesan dari nomor tak dikenal.
Bulan terheran karena pesan yang dikirim melalui whatsapp itu tanpa basa-basi. Hanya mengirim sebuah video, dan langsung memblokir Bulan. Bulan sendiri heran, siapa pemilik nomor asing ini?
Bulan duduk di kursi depan kelas yang sedang ia lewati. Dengan seksama, Bulan menonton video itu.
Awal videonya hanya menampilkan seorang gadis kecil yang berjalan di jalan sepi. Gadis itu nampak riang dan ceria. Dengan menggendong tas ranselnya, gadis itu berjalan seraya melompat-lompat kecil. Gadis berseragam SMP itu tersenyum melihat bunga-bunga di pinggir jalan.
Bulan bingung, ada apa dengan video itu? Awalnya memang ia berpikir begitu. Tapi, ia mengerti apa yang salah. Seorang bocah laki-laki dengan seragam yang sama seperti gadis itu bersembunyi di balik pohon. Bulan terkejut kala bocah laki-laki itu membawa pistol dan menggerakkannya tanpa gemetar sedikit pun. Dapat dipastikan, bahwa orang itu sudah terlatih sejak kecil.
Dan secepat mata berkedip, gadis itu sudah tak sadarkan diri dan jatuh di lantai. Bocah laki-laki menghampirinya dan hanya melihatnya dari jauh. Karena mereka menggunakan cctv, Bulan tak mendengar bocah itu mengatakan apa. Yang jelas, saat dia menoleh ke belakang, dia kembali berlari mengejar gadis lain yang memergoki dirinya.
Video selesai.
Napas Bulan memburu. Mungkinkah...
"Agrita Bulan Maheza?" Panggil seorang cowok dengan tubuhnya yang menjulang berdiri di depan Bulan. Bulan mendongak untuk melihat orang yang baru saja menyebut namanya.
Sekejap. Air matanya jatuh. Mengalir tanpa permisi saat melihat wajah itu. Tubuhnya berguncang hebat, ponselnya pun sampai terjatuh. Dengan bibir yang bergetar, Bulan mengucapkan satu nama penuh harap agar ini bukan mimpi.
"Kak Angka?"
***
Tbc
Jangan lupa vote sama comment nyaa
Jangan lupa follow ig akuu @zkhulfa_
Ntar difollback kok, :v😈
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)
Ficção AdolescenteIni kisah tentang Bumi, Bulan, dan Bintang. Kisah yang mungkin akan membuat kalian bernostalgia ke masa-masa SMA. Tentang kehidupan yang nyata adanya diantara kita. Tentang tawa yang melebur perih. Tentang hari-hari yang menyimpan banyak misteri...