Bintang menata langkahnya secepat mungkin untuk sampai di taman. Ia butuh udara segar saat ini. Cowok itu berjalan dengan diikuti oleh sahabatnya, Galang dari belakang.
"Kok bisa berantem, sih Tang?" Tanya Galang yang entah keberapa kali tanpa mendapat respon sedikit pun dari Bintang.
Sesampainya di taman, Bintang melampiaskan emosinya kepada pot-pot bunga yang tersusun manis. Ia tendang satu persatu pot-pot itu hingga pecah dan berserakan.
"Lo liat kan, Lang?!" Ucap Bintang seraya menendang satu buah pot bunga. Galang tidak berani menyahuti lagi. Ia memilih untuk diam, sepertinya Bintang menahan emosinya kepada Bumi tadi. Dan jujur, ini adalah kali pertama Galang melihat Bintang menahan emosinya. Biasanya, Bintang akan memenuhi amarahnya hingga tuntas, tak peduli jika lawannya sampai sekarat. Namun, kali ini berbeda. Yang Galang lihat, Bintang seperti orang yang menahan BAB. Dan sekarang, barulah ia lampiaskan kepada benda lain.
"Gue udah belain dia, Lang! Tapi dia gak ada niatan buat makasih atau apa kek, sama gue!" Ucapnya lagi seraya menendang dua buah pot bergantian.
"Gue benci Lang! Gue benci!" Ia kembali menendang pot di depannya.
"Apa karena gue nakal, gue gak boleh dicintai?!" Ucap Bintang masih menendang pot, sepertinya ia tidak akan berhenti sampai pot di taman ini habis.
"Oke! Gue gak minta dicintai! Tapi, apa gak bisa dia hargai gue?!" Bintang masih terus menendang pot-pot tak berdosa itu sampai sebuah tangan kecil memeluknya erat dari belakang. Dan seketika, Bintang diam membeku. Ia bersumpah akan memaki siapa pun yang memeluknya tanpa izin.
Terdengar suara sesegukan dari belakangnya, diikuti dengan ucapan tulus dan lirih, "Maaf."
Dan Bintang membatalkan niatnya kala mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Suara yang memang ia ingin dengar sekarang. Suara yang ia harapkan untuk meleburkan amarah yang tadi ia tahan.
Cewek di belakangnya masih sesegukan, lalu kembali berkata, "Maafin gue karena lupa bilang makasih sama lo. Makasih, lo udah belain gue. Makasih, lo udah sampain apa yang hati gue pengen bilang ke Bumi. Sekali lagi, makasih."
Bintang tersenyum. Baiklah, amarahnya sudah hilang sejak suara cewek itu ia dengar beberapa detik yang lalu. Ia melepaskan tangan Bulan, lalu menghadap ke belakang demi melihat cewek dengan wajah berlinang air mata tersebut.
"Gue seneng kalo akhirnya lo seneng. Dan gue harap lo juga puas, karena gue gak melukai dia kelewatan. Dan jujur, itu susah buat gue yang memang mudah kemakan emosi. Tapi, biar lo gak sedih karena pangeran lo itu babak belur, gue bela-belain buat nahan emosi. Dan tadinya gue kecewa, karena lo bahkan gak nahan gue untuk bilang makasih, lo malah lari ke Bumi."
"Maaf... tadi gue kelewat panik liat dia kayak gitu."
Kuatkanlah hati Bintang yang sudah sangat sesak ini. "Gitu ya, kalo orang udah jatuh cinta?"
Bulan hanya diam.
"Terus, sekarang, Bumi dimana?" Bulan hanya mengedikkan bahunya pertanda tidak tahu.
"Kok gak tau?"
"Sama Zara tadi." Ucap Bulan menahan tangisnya. Nampak jelas dengan suaranya yang bergetar.
Bintang belajar untuk tidak egois. Bukan hanya hatinya yang sedang terluka saat ini. Tapi, hati Bulan juga. Ia menggenggam tangan Bulan, lalu tersenyum dengan tulus. "Lo punya gue buat jadi tameng hati lo. Gue siap buat jagain hati lo biar gak terluka lagi, meski gue bukan siapa-siapa lo."
Bulan mengerjapkan matanya dua kali. Bintang bersiap menjaga hatinya? Bahkan, mereka baru kenal kemarin rasanya.
Bintang yang melihat ekspresi bingung Bulan, hanya berusaha untuk mencari kalimat lain. "Gue boleh jadi temen lo?"
Bulan tersenyum dan mengangguk. Sepertinya Bintang sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kriteria sebagai temannya. Bintang sangat sangat melindunginya.
"Luka lo gak mau diobatin?"
"Kalau lo yang ngobatin, ya mau lah!"
"Dasar. Ya udah, ayo ke UKS." tawar Bulan yang langsung diangguki oleh Bintang. Saat Bintang mengedarkan pandangannya, cowok bernama Galang sudah tidak ada lagi di taman. Kebiasaan. Cowok itu sangat suka menghilang tiba-tiba.
"Lan, nanti pulang sama gue, ya?" Kata Bintang tanpa menghentikan langkahnya menuju ke UKS.
"Eummmm?" Bulan nampak berpikir, membuat Bintang merasa gemas sendiri.
"Bilang iya aja susah amat sih!"
"Maksa!"
"Lah emang."
***
Jangan lupa vote sama comment nyaa
Jangan lupa follow ig:
@zkhulfa_Lup lup💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)
Teen FictionIni kisah tentang Bumi, Bulan, dan Bintang. Kisah yang mungkin akan membuat kalian bernostalgia ke masa-masa SMA. Tentang kehidupan yang nyata adanya diantara kita. Tentang tawa yang melebur perih. Tentang hari-hari yang menyimpan banyak misteri...