9 - Nyusahin

75.1K 5.4K 336
                                    

"Katanya lo mau pulang bareng gue."

Wajah Bintang saat ini sudah tidak bisa dikondisikan. Perpaduan antara wajah orang sedih, kecewa, marah, dan cemburu. Silahkan berekspektasi seperti apa wajah Bintang sekarang.

Bulan menggigit bibir bawahnya gugup. Dengan suara yang sangat pelan, Bulan berkata, "Lo duluan aja. Gue mau ngobatin Bumi dulu."

Shit!

Bintang merasa hatinya sudah sangat panas sekarang. Ingin sekali rasanya menggaruk tembok sebagai ungkapan kekesalannya.

"Ya udah. Gue tungguin."

"Gak usah." Jawab Bumi dengan cepat. Membuat Bintang langsung menoleh dengan rasa kesal.

"Gue gak nanya ke lo!"

"Bintang, lo duluan aja. Nanti gue bareng Bumi."

Bintang mengepalkan tangannya kuat-kuat. Rahangnya mengeras, pertanda bahwa ia sedang sangat marah saat ini. Tanpa mengatakan apapun, Bintang nyelonong pergi melewati Bulan dan Bumi. Namun, tangannya sempat ditahan oleh Bulan.

"Tang, lo marah?"

Bintang menarik tangannya dengan paksa. Membuat Bulan sadar kalau cowok itu sedang marah. "Ternyata janji itu lo anggap remeh, ya?" Tanya Bintang dengan nada super dingin. Tak ada lagi raut menyebalkan yang biasanya Bulan lihat. Sekarang tersisa wajah super dingin yang tak pernah Bulan lihat sebelumnya.

Bintang kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang. Entah mengapa, tapi Bulan merasa khawatir. Cowok itu akan melakukan apa saja untuk memuaskan emosinya yang tertahan seperti saat ini. Bulan khawatir, Bulan takut, Bulan... merasa bersalah. Sepertinya, ia memang sudah kelewatan.

"Lan?" Sentuhan di tangannya membuat Bulan menoleh. Bumi sedang menatapnya sekarang, tapi rasanya, tatapan itu tak membuatnya merasa lebih tenang. Ketenangan yang ia dapat dari tatapan Bintang, tak ada di tatapan Bumi saat ini. Ya. Bintang memang selalu bisa membuatnya merasa tenang, mungkin sejak kemarin. Cowok itu membuat Bulan merasa benar-benar terlindungi. Apakah sekarang cowok itu marah?

"Kita ke UKS sekarang." Ucap Bulan tanpa mengindahkan tatapan heran Bumi karena cewek itu berubah dingin.

...

"Lan, lo kenapa sih?"

"Ayo, pulang sekarang! Nanti gerbangnya ditutup, lagian itu luka lo udah beres semua!"

"Lan!" Bulan tersentak kaget karena teriakan Bumi. "Lo aneh." Ucap Bumi melanjutkan ucapannya.

"Aneh?"

"Lo berubah dingin dan ketus sejak Bintang marah tadi. Lo kenapa sih?"

"Feeling gue gak enak, Bumi! Gue takut Bintang aneh-aneh di jalan! Cowok itu akan lakuin apa aja kalau dia gak bisa ngelepasin emosinya ke orang itu!"

"Lo tau darimana?"

"Pokoknya kita pulang sekarang!"

Dan perkataan Bulan barusan tak terbantahkan lagi. Mereka benar-benar meninggalkan sekolah.

...

Sebuah kerumunan orang-orang di tengah jalan membuat perasaan Bulan semakin gundah-gulana. Setelah menyuruh Bumi untuk menghentikan laju motornya, Bulan segera turun dan bertanya pada salah seorang penduduk.

"Pak, pak! Itu ada apa ya?" Tanya Bulan to the point.

"Ada yang kecelakaan, dek! Gak ada yang berani nolongin, udah dari setengah jam yang lalu."

"Hah? Orangnya sekitaran umur berapa, pak? Cewek atau cowok?"

"Cowok. Anak SMA, seragamnya putih abu-abu."

Bulan melirik seragam yang ia pakai. Kebetulan, hari ini ia mengenakan seragam putih abu-abu. Sialnya, ia semakin merasa ketakutan.

Bulan berlari menerobos kerumunan, beruntungnya karena tubuhnya kecil. Jadi, ia bisa dengan leluasa menyelinap diantara kerumunan orang-orang ramai itu.

Sesampainya di depan kerumunan, Bulan merasa sangat lega. Jantungnya kembali berdetak dengan normal. Beruntung, karena cowok yang tergeletak di atas aspal itu bukan Bintang. Lumuran darah di sekelilingnya membuat Bulan merasa kasihan. Mengapa tidak ada yang mau menolongnya, padahal, orang yang berdiri di sini lebih dari satu. Bulan hendak menolong orang itu kala sebuah sirine ambulans terdengar. Jadilah ia mengurungkan niatnya untuk membantu.

Jantungnya kembali seolah berhenti berdetak kala sebuah suara seperti gesekan motor dengan aspal hinggap di telinganya. Bersamaan dengan itu, Bulan berusaha menerobos kerumunan untuk kembali ke luar dan melihat apa yang terjadi.

Kali ini, matanya benar-benar mau meloncat keluar. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Cowok yang berusaha untuk bangun di sana. Cowok yang masih berbalut seragam putih abu-abu yang baru saja jatuh dari motornya, dan sedang berusaha bangun dibantu petugas kesehatan.

Beruntung karena cowok itu tidak terluka parah seperti korban kecelakaan terdahulu. Beruntung karena ia hanya mendapat luka di bagian siku juga lututnya. Namun, tetap saja luka yang ditorehkan aspal itu besar, bahkan sampai celana juga jaket yang ia gunakan robek.

Bulan berhambur mendekati cowok itu. "Lo apaan sih bego banget! Ngapain make jatoh? Buat gue jantungan aja! Liat itu, kan luka! Liat baju lo, robek kan! Beli baju itu mahal, goblok!" Maki Bulan super cepat, melebihi kecepatan cahaya. Bahkan ia berbicara dalam satu tarikan napas. Tak ayal juga, air matanya tetap jatuh membasahi pipi.

Bintang hanya terkekeh mendengar ocehan Bulan. Ia malah merasa senang. Emosinya sudah meluap begitu saja melihat cewek ini begitu khawatir padanya. Luka-lukanya langsung diobati petugas kesehatan yang tadi sampai bersamaan dengannya.

"Lo khawatir sama gue?" Goda Bintang dengan senyuman jahilnya setelah semua lukanya diobati dan diperban.

"Iyalah bego!"

Bintang hanya tersenyum semakin lebar ketika mendengar makian yang terdengar manis di telinganya.

Bintang hendak bangun, namun kembali terduduk seraya meringis kesakitan.

"Kaki gue sakit."

"Iyalah. Kan luka, aneh deh lo!" Sahut Bulan dengan cepat.

"Bukan! Kayaknya, gue keseleo deh."

"Apa?! Nyusahin aja sih lo!"

***

Wkwk. Nyusahin tapi tetep bikin sayang❤

Jangan lupa vote sama comment nyaa

Instagram:
@zkhulfa_

💋

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang