Extra chapter: married you!

98.1K 4.9K 1.9K
                                    

Bintang baru saja menghembuskan napasnya dan matanya terpejam erat. Membuat Bulan membulatkan matanya dan mengguncang tubuh itu semakin erat.

"BINTANG!!!"

Bulan memeluk tubuh itu dengan air mata yang turun semakin deras. Ia tidak sanggup jika harus kehilangan lagi. Bulan bisa gila!

"Hahahahahaha...." derai tawa dari seseorang yang sedang ia peluk membuat Bulan membulatkan matanya kaget. Apa-apaan ini?

Bulan melepaskan pelukannya. Wajah girang Bintang membuatnya ingin membunuh Bintang saat ini juga. Ia baru saja dibohongi?!

Sial.

"Becanda lo gak lucu!" Rajuk Bulan seraya menghapus air matanya kasar. Ditatapnya satu persatu orang dalam ruangan itu. Semuanya tertawa, meski tawa Bintang yang paling keras. Jadi, semua ini settingan? Argh! Bulan kesal!

Ia berjalan ke jendela kaca besar di sudut ruangan. Kesal. Tentu saja. Jantungnya hampir saja copot, dan ternyata Bintang hanya main-main.

Bintang melangkah mendekat dengan sisa tawa yang ia punya. Bulan masih menatap lurus ke luar jendela. Ia kesal tentunya. Tapi ia bersyukur, karena ia tidak jadi kehilangan Bintang.

Bintang meraih pundak Bulan agar menatapnya. Tapi, Bulan malah memalingkan wajahnya. Bintang meraih dagu itu dengan telunjuknya. Lalu, tersenyum dan menyigkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Bulan. "Marah, hm?" Tanya Bintang tak lagi tertawa jenaka.

Bulan menggigit bibir bawahnya. Tapi, tetap saja ia kembali menangis. "Gue khawatir bego! Dari Indonesia, gue udah gak tenang! Gue... gue... takut... kalau... kalau lo...hiks" ucap Bulan dengan sesegukan. Bintang menangkup tubuh mungil itu dalam pelukannya.

"Gue gak papa. Jangan nangis dong..." Bisik Bintang masih memeluk Bulan. Bulan tetap menumpahkan air matanya. Tapi, tak lama. Karena ia kembali mengurai pelukan mereka.

"Tang!"

"Hmm?"

"Gue laper..." rengek Bulan membuat tawa seisi ruangan tersebut pecah. Dan Bulan hanya bisa menutupi wajah merahnya di balik dada bidang Bintang.

"Oke oke." Ucap Bintang namun kembali tertawa mengingat wajah menggemaskan dan lucu milik Bulan.

"Jangan ketawa ih! Maluuu" ucap Bulan pelan seraya mencubit pinggang Bintang keras. Membuat Bintang meringis kesakitan, tapi ia tak marah.

"Laper banget tah?" Tanya Bintang menguraikan pelukan mereka. Bulan mengangguk semangat.

"Dari tadi siang gak makan aneh! Lo pikir gue bisa makan setelah dengar kabar lo kritis?"

Bintang terkekeh. "Maaf maaf. Berarti lo sayang kan sama gue..."

"Nggak!"

"Beneran nih? Kalungnya gue jual lagi nih..."

"Kalung apaan?"

"Jawab duluuu. Lo sayang sama gue kan?"

"Lo nembak gue?"

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang