22 - ide cemerlang

63.5K 4.1K 79
                                    

Hari ini, tepat dua hari setelah hari kelulusan kelas dua belas. OSIS, bekerjasama dengan anggota ekskul jurnalistik mengadakan rapat mengenai masalah perpisahan minggu depan. Mereka akan merancang dekorasi ruangan, acara yang akan ditampilkan, juga dokumentasi yang terbaik dari anggota jurnalistik.

Di dalam ruangan dengan anggota cukup ramai itu, Bulan dan Bintang duduk di sana. Percaya atau tidak, Bintang, si anak slengean, tukang berantem, dan pembuat onar itu adalah anggota OSIS. Dia masuk ke dalam sekbid kesenian. Ya, cowok itu memang mahir dalam memainkan beberapa alat musik. Makanya ia terpilih.

"Jadi, kita sepakati, kita akan mengadakan acaranya di luar ruangan. Ada yang punya usul untuk dekorasinya?" Ujar Bian, cowok cerdas yang merambat jadi ketua OSIS SMA Pelita.

Dengan percaya dirinya, Bintang mengangkat tangannya tinggi. Bulan mengerutkan alisnya. Pasti ide cowok itu tidak masuk akal. "Garden party. Kayak di acara kawinan-kawinan gitu..." usul Bintang membuat seisi ruangan terbengong heran. Masalahnya, mau diadakan dimana? Rencananya, acara perpisahan akan diadakan di lapangan upacara. Dan fyi, lapangan upacara SMA Pelita itu pelit pohon, rumput saja tidak ada karena lantainya sudah disemen.

"Garden party? Di lapangan?" Tuh kan! Bian saja terheran-heran dengan usul cowok itu. Bulan memijat keningnya, sungguh ide tidak masuk akal. Garden party apanya kalau tidak ada pohonnya sama sekali. Dasar aneh!

"Kita tinggal ganti tempatnya aja. Apa SMA Pelita gak punya taman? Taman belakang sekolah kita cukup luas, lho, kalau kalian lupa. Terus, di sana juga kan banyak pohonnya, banyak bunganya, alasnya rumput, kita tinggal rapihin, terus kita sulap jadi garden party yang wow! Gue yakin, orang-orang pasti bosen kalau melulu perpisahan desainnya kayak gitu. Apa salahnya sih, memberikan kejutan dan persembahan terbaik untuk terakhir kalinya ke kakak kelas kita? Dan kalau kita adain garden party, pastinya slot foto lebih banyak, kan? Iya kan? Iya kan?"

Semua orang terdiam. Betul juga kata Bintang. Dekorasi perpisahan yang sebelumnya mereka rencanakan itu ya memang mirip-mirip seperti tahun-tahun sebelumnya. Sepertinya, ide Bintang boleh dicoba.

"Ada yang sependapat sama Bintang?" Tanya Bian menggema di seluruh ruangan. Semua. Semua manusia di dalam ruangan itu mengangkat tangan mereka. Tak terkecuali Bulan. Baiklah, boleh diakui, ide Bintang sepertinya tak selalu buruk. Seperti ini misalnya.

"Oke, kalau gitu, kita pakai ide Bintang. Terus, apa udah ada yang punya gambaran dekorasinya mau seperti apa?"

Lagi-lagi. Bintang mengangkat tangannya tinggi. "Layaknya garden party wedding yang biasa gue lihat, kita gak perlu menggunakan atap untuk panggungnya, panggungnya gak usah terlalu tinggi, tapi dikasih hiasan bunga-bunga di sisi-sisi panggung. Terus, di depan panggung, kita susun deh kursi-kursi yang ada meja payungnya. Nah, di sekeliling taman, barulah kalian pikirin mau hiasan kayak mana. Otak gue udah males mikir. Yang jelas, harus banyak hiasan bunganya, biar keliatan lebih seger."

Bian mengangguk-anggukkan kepalanya. "Gue setuju, ada yang punya usul lain?" Tak ada yang menyahuti sama sekali. Itu artinya, disepakati menggunakan usul dari Bintang. "Kok gue ngerasa kayak garden party wedding beneran, ya?"

"Iyalah. Kan gue sama Bulan mau numpang nikah di situ!" Celetuk Bintang yang langsung disahuti sorak-sorai dari teman-temannya. Astaga, Bulan malu tentunya. Ia hanya bisa menyembunyikan wajahnya di balik laptopnya yang menyala.

"Cuit cuit! Bintang gebetan baru!"

"Aduhayyy ternyata bang Bintang sukanya cewek modelan Bulan?"

"Gue aja yang jadi penghulunya, Tang!"

"Berarti bonus makan gue double ya, Tang!"

Ya. Kurang lebih begitulah teriakan-teriakan anak OSIS juga jurnalistik di ruangan tersebut. Sial. Bintang benar-benar membuatnya malu. Namun, tak ayal pula wajahnya tetap bersemu merah.

Bumi, Bulan, Dan Bintang (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang