2

10.1K 822 11
                                    

Selamat membaca🎉

Brak…

Hafidz berjengkit kaget kemudian menatap orang yang telah menggebrak mejanya. Dia mendengus kesal.

"Apaan sih Ka. Bikin kaget aja." ucap Hafidz sembari menatap kesal Arka.

"Lagian kamu juga ngapain sih pagi-pagi udah ngelamun aja?" kata Arka sembari duduk kursi nya.

"Nggak."

"Nggak apaan, orang tadi kamu kagetkan. Itu tandanya kamu lagi ngelamun. Ngelamunin apaan sih emang?" tanya Arka sembari menatap Hafidz yang sedang memandangi sebuah handuk kecil ditangannya.

"Itu handuk siapa?" tanya Arka lagi.

"Punya Shamira."

"Shamira?"

"Iya."

"Shamira siapa?" tanya Arka heran. Hafidz mendengus kemudian menatap Arka.

"Nggak tau." ucapnya lesu. Dia tidak tau harus mencari Shamira dikelas apa.

"Kok nggak tau sih. Kan handuknya di kamu, masa nama lengkapnya gitu…nggak tau?"

"Aku lupa nanya namanya kemarin." ucap Hafidz sembari menatap handuk itu lagi.

"Kemarin?" tanya Arka.

"Iya. Jadi, sabtu sore kemarin aku mau fotocopy di depan sekolah. Tapi pas ditengah jalan hujan, yaudah deh aku balik trus berteduh dihalte depan. Trus tau-tau ada yang manggil, dia Shamira. Dia ngasih aku handuknya supaya aku bisa ngeringin rambut sama muka, belum sempet aku nanya nama dia udah naik angkot duluan pas ujannya reda. Yaudah deh." jelas Hafidz. Arka mengangguk mengerti, jari telunjuk tangan kanannya diketuk-ketukkan kemeja sembari otaknya terus mengingat. Sepertinya Arka tidak asing dengan nama itu.

"Kamu tau mukanya dia nggak?" tanya Arka. Hafidz terdiam sesaat kemudian mengangguk pelan.

"Tau, tapi samar. Soalnya aku cuma sebentar natap dianya."

"Aku tau. Kamu mana mau natap lawan jenis dalam waktu yang lama." ucap Arka sembari terkekeh. Hafidz hanya mendengus kesal, jangan berpikir Hafidz seorang gay ya. Karena itu sama sekali tidak benar. Hafidz masih normal, hanya saja dia menjaga pandangannya agar tidak menatap perempuan kecuali keluarga dan istrinya kelak, begitu prinsipnya.

"Shamira yang kamu temui itu pakai jilbab nggak?" tanya Arka. Hafidz terdiam sejenak sembari mengingat wajah Shamira kemudian mengangguk.

"Kayaknya aku kenal deh."

"Beneran!" seru Hafidz sembari menatap senang kearah Arka.

"Duh…suaranya pelanin dikit kek. Sakit nih telingaku." protes Arka sembari mengusap telinga kirinya.

"Maaf maaf. Nggak sengaja." ucap Hafidz sembari terkekeh pelan.

"Jadi, kamu kenal Shamira?" tanya Hafidz.

"Shamira Putri Aisyah. Dia ketua PMR sekaligus anggota Rohis, dia satu kelas sama adikku." jelas Arka.

"Adikmu si Aika? Yang kelas 10. 1 itu?" tanya Hafidz.

"Iya, aku kenal dia karena dia sering kerumahku ketemu adikku. Adikku juga sering cerita tentang dia, jadi ya aku lumayan tau tentang dia." jelas Arka sembari mengambil topi didalam tasnya karena sebentar lagi upacara akan dimulai.

"Oh. Okee. Nanti aku kesana deh, siapa tau dia emang Shamira yang aku temui kemarin." ucap Hafidz sembari ikut mengambil topi yang tadi dia letakkan dikolong mejanya. Arka mengangguk.

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang