28

3.4K 366 4
                                    

Happy reading🎉

Shamira POV

"Kamu nggak capek apa ngikutin aku mulu?" tanyaku pada Nameera yang kini sibuk membuka-buka buku di hadapannya.

Sejak kami jadi teman sebangku, dia selalu mengekori kemana aku pergi. Seperti saat ini, dia mengikutiku ke perpustakaan.

Dia menoleh kepadaku dan menggelengkan kepalanya.

"Nggak."

"Aku malah seneng. Aku jadi nggak di kelas terus."

"Tapi kamu jadi ke perpus terus."

"Asalkan ada temennya, nggak apa-apa." ucapnya sambil tersenyum.

"Menurutmu kenapa aku nggak punya teman dekat di kelas?" tanyanya sambil menyerongkan tubuh ke arahku.

Selama ini Nameera memang jarang terlihat bergaul dengan teman-teman, sama sepertiku.

Aku menggelengkan kepala tanpa bicara.

"Karena aku pengen kamu tau, kamu nggak sendirian. Sama seperti kamu punya Aika dulu. Aku juga punya Mara. Hanya saja kami tidak sedekat kamu dan Aika."

"Kenapa kamu nggak bisa dekat dengan Mara?" tanyaku penasaran.

"Karena kami berbeda."

"Kamu tau kan, Laksmi, Mara, Kikan, dan Aika adalah anak orang kaya. Sedangkan aku… aku hanya anak dari keluarga yang sederhana. Semuanya serba cukup, nggak ada kata lebih."

"Berteman dekat dengan mereka itu artinya kita harus siap siaga untuk keluar kapan saja. Pergi ke pusat perbelanjaan, jalan-jalan, makan di restoran mahal, bahkan pergi ke tempat hiburan malam."

"Hiburan malam?" tanyaku terkejut.

Nameera mengangguk.

"Kamu nggak tau ya kalo Aika juga pernah ke sana sama Laksmi?"

Aku menatapnya nggak percaya.

"Aku nggak bohong Sha. Mara sendiri yang cerita tapi aku nggak berani tanya macam-macam."

Aku masih nggak percaya.

Kenapa Aika harus pergi kesana?

"Aku memang bukan dari keluarga kaya atau dari keluarga yang sangat taat pada agama. Tapi ibuku pasti akan memarahiku jika tau aku pergi ke tempat seperti itu. Makanya aku nggak bisa dekat dengan Mara. Aku nggak punya cukup uang dan waktu untuk bisa berteman dengan mereka."

"Tapi denganmu, aku merasa punya seseorang yang sama yang bisa memahamiku."

"Karena itu kamu mendekatiku?"

Nameera mengangguk.

"Aku merasa punya banyak kesamaan denganmu. Aku nggak suka bergaul dengan banyak orang, aku selalu senang bisa menghabiskan waktu sendirian. Tapi yang paling membuatku ingin dekat denganmu adalah karena Aika membentakmu waktu itu."

"Aku jadi teringat bahwa dulu aku juga pernah di bentak."

"Siapa yang membentakmu?"

Nameera menatapku dalam seperti sedang mencari tau sesuatu pada mataku.

"Mara." gumamnya lalu mengalihkan pandangan.

"Mara pernah membentakku waktu kelas sepuluh dan sekarang di kelas sebelas Aika membentakmu. Aku jadi merasa lebih yakin untuk mendekatimu, untuk jadi temanmu. Jadi waktu Mara menyuruhku pindah bangku aku melakukannya dengan senang hati. Tanpa dipaksa karena aku sendiri ingin melakukannya."

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang