34

3.3K 380 78
                                    

Selamat datang di dunia baru Hafidz!

Dia udah bukan lagi anak SMA yang jatuh cinta diam-diam. Dia udah kerja dan mapan. Banyak wanita yang menyukainya tapi dia belum menikah di usianya yang udah hampir 25 tahun. Kenapa? Silakan cari sendiri jawabannya!

Happy reading🎉

Hafidz POV

Jum'at.

Orang bilang, hari jum'at itu waktunya singkat. Aku setuju. Dari dulu aku juga merasa kalau hari jum'at itu waktunya singkat. Tapi jum'at kali ini, aku merasa waktunya lebih lama dari biasanya.

Aku mengendarai mobil menuju butik milik Mama yang ada di Solo. Ingin menjemputnya untuk berbuka puasa bersama, dengan Ayah dan Fillea. Pada akhirnya Ayah dan Mama bisa bersikap seperti dulu lagi. Bercanda bersama kami, dan tersenyum juga bersama kami.

Aku melirik jam di pergelangan tanganku dengan cemas. Sudah pukul lima sore dan sekarang aku terjebak kemacetan. Riuh klakson dari pengendara tak sabaran saling bersahutan. Aku hanya bisa mengetukkan jemariku diatas setir. Aku dan Mama pasti akan terlambat datang, Ayah, Fillea, dan Kanaya sudah ada di rumah makan daritadi. Tinggal menungguku menjemput Mama.

Aku menoleh ketika kaca mobil diketuk dari luar. Menggerakkan tangan untuk menurunkan kaca mobil, aku terpaku ketika akhirnya melihat sosok itu lagi.

Shamira.

Dia ada di Solo!

Setelah bertahun-tahun nggak lagi melihatnya aku tetap masih bisa mengenalinya karena hampir nggak ada yang berubah dari dirinya kecuali jilbabnya yang lebih panjang menutupi dada, dan dia terlihat lebih dewasa.

Mulutnya bergerak mengucapkan sesuatu tapi aku nggak bisa mendengarnya karena suara klakson yang bersahutan nggak mau berhenti. Shamira memberikanku sebuah bingkisan yang kutebak berisi takjil, setelah itu dia pergi ke pinggir jalan dengan tergesa.

Bahkan dia hampir tertabrak pengendara motor!

Ya allah semoga dia baik-baik saja.

Aku kembali menjalankan mobil begitu jalan di depan ku lengang.

Aku melirik ke sisi jalan ketika melihat segerombolan wanita dan laki-laki.

Itu Shamira!

Dan itu Aika.

Lalu nggak jauh dari mereka ada Arka dan Apit juga. Masih ada beberapa orang tapi aku nggak kenal.

Mereka ada acara apa di sini?

Sampai kapan?

Tiba-tiba pikiranku dipenuhi pertanyaan, bahkan sampai akhirnya aku tiba di butik Mama, pertanyaan itu nggak kunjung dapat jawaban.

"Maaf terlambat. Tadi macet, Ma," ucapku begitu Mama memasuki mobil.

"Nggak apa-apa, Pid."

"Ini apa, Pid?"

"Takjil. Tadi di jalan ada yang bagi-bagi takjil, Ma."

Mama mengangguk.

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang