Happy reading🎉
Hafidz POV
Di dunia ini ada beberapa rasa yang sulit atau bahkan nggak bisa di definisikan dengan kata.
Seperti pagi ini.
Ada rasa bahagia luar biasa yang kurasa nggak cukup kalau hanya menyebutnya luar biasa.
Aku lega, bahagia, haru, dan nggak nyangka kalau akan mendengar kata, "Ya." dari bibir seseorang yang selama ini ku cintai. Dalam diam. Dalam keheningan sepertiga malam.
Sampai beberapa bulan kemudian, ketika aku duduk menghadap Ayah dari calon istriku. Semua rasa itu bercampur menjadi satu.
Mataku perih, sampai rasanya ingin mengeluarkan air mata waktu kata,"Sah!" terdengar.
Hingga akhirnya air mata itu benar-benar keluar pas lihat Shamira berjalan kearahku, dengan Aika dan Nameera di sisinya.
"Hah," gumamku sambil mengusap air mata yang jatuh dari ujung mata.
Aku menatapnya, Shamira, yang saat ini berdiri tepat di depanku.
Dia tersenyum.
Cantik sekali.
Dia cantik sekali.
Shamira cantik sekali.
Istriku... cantik sekali.
Aku menunduk waktu air mataku jatuh lagi, rasanya benar-benar nggak percaya kalau sekarang Shamira sudah jadi istriku dan aku sudah jadi suaminya.
Aku mengangkat kepala ketika pembawa acara menyuruh Shamira mencium punggung tanganku.
Shamira menatapku sekilas, seolah meminta ijin.
Aku mengulurkan tanganku lebih dulu yang kemudian disambut oleh tangan kanannya. Ada perasaan aneh yang hinggap di tubuhku waktu Shamira mencium punggung tanganku.
Rasanya aneh.
Kalau biasanya yang mencium punggung tanganku adalah anak-anak di panti asuhan, maka saat ini berbeda, karena wanita yang mencium punggung tanganku adalah Shamira, cinta pertamaku, wanita pertama yang mencium punggung tanganku.
Sekarang giliranku, mencium keningnya.
Aku mencium keningnya, lama.
Sambil berkata dalam hati bahwa...
Aku akan menjaganya, mencintainya, melindunginya, dan memberikan kebahagiaan untuknya. Aku nggak akan membiarkan dia terluka.
Semoga, aku bisa menepati semua ucapanku, semua janjiku.
Semoga, kita, Hafidz dan Shamira, bisa menjadi suami istri nggak hanya di dunia tapi di akhirat juga.
Aku membuka mataku yang sempat tertutup ketika mencium kening Shamira, menatap tepat di mata Shamira dan tersenyum.
Senyumanku semakin lebar waktu Shamira nundukin pandangan setelah lihatin aku beberapa detik.
Aku nggak tau itu memang riasannya atau dia emang lagi blushing?
Pipinya merona dengan cantik, meskipun riasannya hanya setitik.
Hhhhhhh.
Rasanya membahagiakan sekali.
Shamira POV
Aku terbangun pas jarum jam dinding nunjuk ke angka dua pagi.
Ngerjapin mata pelan terus mau ngangkat kedua tangan ke atas, tapi nggak bisa, karena aku baru sadar kalau sekarang ada satu sosok lain di sebelahku. Tertidur lelap dengan kedua tangan memelukku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fatimah & Ali
Novela Juvenil[Dipublish pertama kali September 2019 dan selesai Desember 2020] Namanya, Shamira Putri Aisyah. Dia adalah seorang wanita yang diam-diam memperhatikan Hafidz dari kejauhan. Mencintainya dengan ketulusan, mengaguminya dalam diam, serta mendoakannya...