31

3.8K 385 26
                                    

Tandain typo yakk!

Happy reading🎉

Hafidz POV

Aku kembali ke kamar setelah Kanaya menyadarkanku dari lamunan masalalu.

"Kok belum ganti baju, Pid?" tanya mama dari balik pintu kamar yang sedikit terbuka.

Aku menanggapinya dengan gelengan kepala sambil tersenyum kecil.

"Boleh mama masuk?" tanyanya.

"Boleh."

"Kopermu dimana?"

"Diatas lemari, Ma."

Mama kemudian menatapku.

"Kamu udah beresin sendiri?"

Aku mengangguk.

"Mama kan udah bilang, kamu istirahat aja… barangmu biar mama yang beresin."

"Mama juga capek kan. Tadi katanya mau istirahat?"

"Udah kok, mama udah istirahat tadi."

"Tapi cuma sebentar."

"Tetep aja mama udah istirahat kan?"

Aku menghembuskan nafas pasrah.

Mama mulai membongkar isi tasku yang ada di meja belajar.

"Mama istirahat aja deh, biar Hafidz nanti yang beresin." tawarku seraya berjalan ke arahnya. Mama menggelengkan kepala menolak tawaranku.

"Kamu ganti baju aja sana! Mandi sekalian biar nggak gerah."

Lagi-lagi aku menghembuskan nafas pasrah, akhirnya aku memutuskan menuruti kata Mama. Mengambil baju di lemari lalu berjalan ke kamar mandi.

🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐

"Mama baca apa?" tanyaku sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

Aku menghampiri Mama yang duduk di pinggir tempat tidur dengan satu buku terbuka di pangkuannya.

"Kamu masih menyimpannya?" gumam Mama.

Aku mengernyitkan dahi,

menyimpan apa memangnya?

Tanyaku dalam hati.

Kernyitan di dahiku menghilang ketika aku melihat apa yang sedang dilihat oleh Mama, bukan di baca tapi dilihat. Sebuah album foto keluarga. Ayah, Mama, Aku, dan Kanaya sedang tersenyum bahagia di foto itu. Saat itu Kanaya masih bayi, aku menggendongnya, Ayah dan Mama berada di belakang kami. Memeluk kami. Kami semua tersenyum bahagia di foto itu, Kanaya kecil juga.

"Ma…" panggilku ikut duduk disampingnya.

"Kamu menyimpannya dengan baik ya?" tanya Mama sembari tersenyum, tangannya bergerak membuka lembar selanjutnya.

Aku dan Kanaya sedang bermain pasir di pantai sedangkan Mama mengawasi kami sembari tersenyum, gambar itu diambil oleh Ayah. Aku ingat momen itu terjadi sebelum Kanaya memakan pasir pantai. Aku tersenyum ketika mengingatnya.

"Pid…" panggil Mama yang sudah menutup album foto itu. Aku menoleh.

"Sebenarnya kamu marah nggak dengan keputusan Mama dan Ayah untuk berpisah?"

Keheningan di antara kami terjadi untuk beberapa detik karena aku belum juga menjawab.

"Nggak."

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang