Happy reading🎉
Hari ini hujan mengguyur kota Surabaya dengan derasnya. Tidak peduli bahwa sekarang banyak orang sedang berlalu lalang ingin segera pulang kerumahnya. Bertemu dengan anaknya, ayahnya, ibunya, pasangannya, ataupun keluarga lainnya.
Seperti Shamira, seharusnya dia sekarang sudah dalam perjalanan pulang. Namun karena hujan sore ini dia harus menunggu angkot hingga hujannya reda dulu. Sebenarnya Shamira ingin sekali menari dibawah guyuran derasnya hujan, namun sayangnya keadaan tidak mengijinkan.
Shamira merasa sedang tidak enak badan dan akan lebih parah jika dia hujan-hujanan.
Saat ini Shamira sedang duduk di halte depan sekolahnya, sendirian. Temannya yang lain sudah pulang daritadi, namun Shamira masih menunggu angkutan umum yang sampai saat ini belum datang.
Shamira mendongakkan kepalanya ketika merasakan kehadiran seseorang dihadapannya. Seorang laki-laki dengan pakaian yang basah kuyup sedang berdiri membelakanginya. Laki-laki itu mengenakan seragam sekolah persis seperti dirinya. Shamira ingin menegurnya tapi dia ragu.
"Permisi," tegur Shamira lirih.
Tidak ada jawaban.
Mungkin laki-laki itu tidak mendengarnya karena suara Shamira yang terlalu lirih ditelan oleh suara derasnya hujan.
"Permisi!" ucap Shamira sedikit berteriak.
Laki-laki itu menoleh kemudian menatap Shamira sebelum akhirnya dia menundukkan pandangannya.
"Oh, maaf. Saya nggak tau kalau ada kamu disitu. Pakaian saya jadi membasahi tubuhmu ya? Maaf banget, saya nggak sengaja," ucap laki-laki itu dengan nada menyesal kemudian menjauh dari Shamira.
Shamira tersenyum kecil, laki-laki ini memang berbeda dari laki-laki yang lainnya. Begitu pikir Shamira.
"Nggak apa-apa," ucap Shamira kemudian dia mengambil handuk kecil yang selalu dia bawa didalam tasnya.
"Ini, ambillah. Seenggaknya untuk mengeringkan muka kamu," ucap Shamira sembari menyodorkan handuk kecil miliknya.
"Terimakasih," kata laki-laki itu menerima handuk pemberian Shamira.
Hening.
Yang terdengar hanyalah suara rintik hujan yang mulai mereda. Laki-laki itu masih sibuk mengeringkan rambut serta mukanya sedangkan Shamira menatap jalanan kalau-kalau ada angkot lewat. Beberapa menit kemudian angkot yang ditunggu Shamira tiba. Shamira tersenyum kemudian bangkit dari duduknya.
"Saya duluan ya," pamit Shamira.
Shamira berjalan memasuki angkot tanpa menoleh ke arah laki-laki itu, tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu.
Laki-laki itu memandangi angkot yang perlahan mulai menjauh. Dia tersenyum kecil, terima kasih. Ucapnya dalam hati.
Beberapa detik kemudian dia teringat.
"Ya allah! Aku belum sempat nanya namanya, terus gimana cara ngembaliin handuknya?" ujarnya bingung.
Dia membolak-balik handuk dengan harapan ada satu tanda yang bisa membuatnya tahu siapa pemilik dari handuk itu.
"Shamira," gumamnya sembari meraba bordiran nama diujung handuk.
***
A/n :
Gimana? Udah suka sama ceritanya belum? Kalo belum baca lagi lanjutannya siapa tau jadi suka wkwkwk.
Yang udah suka sama ceritanya jangan lupa klik tombol bintang ya? Komen juga boleh. Mau follow penulisnya?
Boleh banget dongg😂
See you next part!
***
With love,
Mala❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fatimah & Ali
أدب المراهقين[Dipublish pertama kali September 2019 dan selesai Desember 2020] Namanya, Shamira Putri Aisyah. Dia adalah seorang wanita yang diam-diam memperhatikan Hafidz dari kejauhan. Mencintainya dengan ketulusan, mengaguminya dalam diam, serta mendoakannya...