Untuk yang kemarin mau mundur buat vote chapter yang kelewatan, belum di vote, saya ucapkan terima kasihh bangett❤
Matur nuwun sanget❤
It means a lot to me❤
Happy reading🎉
Hafidz POV
Kalian para cowok…
Pernah nggak sih ngerasain satu titik dimana kalian ngerasa lemah banget. Cengeng.
Yang biasanya bisa ketawa bareng temen di sekolah sampe semua orang ngeliatin dan nyuruh berhenti ketawa karena berisik, tiba-tiba jadi diem, nggak pengen ngelakuin apapun kecuali diem, bengong mikirin apa yang lagi terjadi terus tau-tau…
Nangis.
Aku nggak tau ini akunya yang emang lagi sensitif atau karena masalah yang aku hadapi…
Sangat rumit.
Awalnya aku berpikir perpisahan Ayah dan Mama adalah keputusan terbaik. Aku nggak mau Mama terus terluka dan bertahan hanya demi aku dan Kanaya. Mama berhak bahagia, pikirku waktu itu.
Tapi setelah aku tau kalau ternyata Mama suka nangis diam-diam di gudang sambil mandangin foto kami berempat, aku rasa, Mama juga nggak bahagia… pisah dari Ayah.
Fakta itu kuketahui beberapa hari sejak aku tinggal bersama Mama. Aku nggak melihat itu terjadi satu kali, tapi berkali-kali. Bukan suatu kebetulan. Kupikir itu sudah jadi kebiasaan Mama setelah berpisah dengan Ayah.
Jujur aku masih bingung.
Jika Ayah dan Mama masih bersama, Mama akan dihantui perasaan tidak menyenangkan tentang kesalahan yang dilakukan Ayah. Tapi ketika akhirnya mereka berpisah, Ayah dan Mama… sama terlukanya.
Perceraian adalah hal yang di benci Allah.
Tapi aku tau, kebohongan dan penghianatan yang dilakukan Ayah bukanlah suatu hal yang mudah untuk dimaafkan. Mungkin Mama menangis sambil memandangi foto kami karena Mama merasa menyesal. Menyesal karena membuat aku dan Kanaya harus berpisah rumah, menyesal karena telah membuat hubungan kami jadi renggang, dan menyesal karena telah mencintai Ayah begitu dalam.
Dari sini aku tau.
Hubungan yang tidak di dasari dengan kejujuran akan jadi boomerang untuk hubungan itu sendiri nanti.
Mama dan Ayah,
Secinta apapun Mama sama Ayah. Mama tetap nggak akan bersedia untuk kembali bersama Ayah dan sekuat apapun Ayah berusaha untuk bilang ke Mama kalau Ayah mencintai Mama. Ayah tetap nggak akan berani, Ayah masih cukup tau diri kalau Ayah adalah patah hati terbesar Mama.
Ayah dan Mama,
Hanya perlu waktu untuk bisa bersikap seperti dulu. Menjadi orang tua yang baik untuk kami meskipun mereka bukan lagi suami istri.
Aku nggak menyesali apa yang pernah terjadi dalam hidupku. Karena aku tau, Allah sudah menyiapkan skenario terbaik untukku. Perpisahan Ayah dan Mama mengajarkanku untuk selalu jujur dan terbuka pada pasanganku nanti, supaya dia nggak kecewa, supaya dia nggak sakit hati, dan supaya dia nggak merasa dihianati.
"Pid, lagi ngapain?" tanya Mama mengagetkanku.
"Nungguin Mama kan." ujarku sambil berdiri dari kursi taman untuk berjalan ke arah Mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fatimah & Ali
Teen Fiction[Dipublish pertama kali September 2019 dan selesai Desember 2020] Namanya, Shamira Putri Aisyah. Dia adalah seorang wanita yang diam-diam memperhatikan Hafidz dari kejauhan. Mencintainya dengan ketulusan, mengaguminya dalam diam, serta mendoakannya...