20

4.1K 417 11
                                    

Happy reading🎉

Shamira POV

Satu bulan terakhir menuju Penilaian Akhir. Kami disibukkan dengan ulangan harian yang jadwalnya berurutan, mengejar materi yang tertinggal sampai rasanya tidak ada waktu untuk pergi menghibur diri. Mungkin itu berlaku bagi manusia sepertiku.

Beberapa materi yang diselesaikan secara terburu-buru membuatku bekerja keras untuk memahaminya kembali. Bahkan beberapa hari terakhir ini aku selalu sibuk dengan buku, tidak ada waktu untuk pergi ke kantin ataupun sekedar duduk di gazebo sekolah.

Seperti saat ini.

Aku duduk disalah satu bangku perpustakaan dengan beberapa buku dihadapanku, membaca dan memahami kembali apa yang dijelaskan ibu guru tadi.

Aku tidak bisa lagi memfokuskan pikiran pada buku yang sedang kubaca ketika telingaku mendengar suara samar yang sangat familiar.

"Aku nggak bisa yah…. Habis ini aku ada ulangan."

"Yah!" protesnya dengan suara rendah.

"Dia udah besar. Dia udah bisa jaga diri sendiri harusnya."

Perkiraanku benar, dia sedang menerima telepon. Tapi aku tidak bisa mendengar apa yang lawan bicaranya katakan.

"Kalo gitu kenapa bukan ayah aja yang jagain dia? Kenapa ayah nggak ajak dia aja keluar kota? Kenapa harus aku?"

"Kenapa selalu aku yang dikorbanin untuk segala kesalahan yang ayah lakukan?"

"Kenapa harus dan selalu aku yah?" ucapan samarnya semakin melirih dan aku tidak bisa mendengar apa-apa lagi kecuali deru nafasnya yang menggebu.

Beberapa saat kemudian, semuanya kembali tenang. Kecuali pikiranku yang tidak bisa fokus lagi.

Aku menahan nafas ketika Kak Hafidz berjalan tepat dihadapanku. Beruntungnya, dia tidak melihatku.

Sembari menatap punggung lebarnya menjauh, aku bertanya-tanya.

Kak Hafidz kenapa?

Dan kenapa aku masih saja peduli?

Berhenti Shamira.

Berhenti.

Tapi ternyata, tidak semudah itu ya.

🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐🍐

"Tumben udah balik dari perpus Sha? Biasanya pas mau masuk baru balik." ucap Aika ketika melihat kedatanganku.

"Iya." percuma juga lama-lama disana kalo aku udah nggak bisa fokus.

"Lagi baca apa Ai?"

"Buku ilmu kedokteran." ucapnya tanpa menatapku.

"Kamu mau masuk kedokteran?" tanyaku terkejut.

"Nggak."

"Ini bukunya Raja, tadi dititipin ke aku. Jangankan masuk kedokteran Sha, lihat buku ini aja aku udah pusing, nggak ngerti apa yang dibahas." ucapnya polos.

Aku tertawa kecil.

"Terus kenapa masih dibaca?"

"Aku nggak baca, cuma lihatin gambarnya aja." cengirnya.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum.

"Omong-omong kamu mau masuk jurusan apa Ai?"

Akhirnya aku menanyakan hal ini juga, udah lama sebenarnya mau tanya ke Aika tapi selalu lupa.

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang