Kemarenan sempet ngilang karena lagi sakit, matanya nggak bisa kena cahaya dikit, kalau kena cahaya pasti pengennya merem mulu, jadinya nggak bisa ngetik lama-lama, terus juga ada gangguan paket data. Notif di wattpad muncul tapi pas diklik ngga bisa kebuka, jadi baru bisa update sekarang. Maafin ya :))
Happy reading🎉Hafidz POV
Setelah lebaran, aku tinggal di Surabaya untuk beberapa waktu. Di sela kesibukanku aku menyempatkan diri mengunjungi sebuah rumah yang dari dulu nggak berubah. Rumah itu tetap sama, sejuk, hijau, menenangkan, oh ada satu hal yang berubah, warna dindingnya. Jika dulu rumah itu berwarna hijau muda, sekarang berubah menjadi biru cerah.
Mengunjungi rumah itu versiku adalah melihatnya dari jauh seperti ini, seperti aku mencintai salah satu penghuni rumah itu dari jauh yang anehnya nggak pernah membuatku jenuh.
Aku mengerutkan dahi ketika ada satu motor yang berhenti tepat di depan rumah Shamira. Nggak berselang lama, Shamira keluar menghampirinya. Waktu pengendara motor itu melepas helmnya, aku tau itu Apit. Dia turun dari motornya dan mengambil beberapa barang di jok motor. Setelahnya Apit pamit pergi dan Shamira masuk kembali ke rumahnya.
Aku nggak tahu apa yang dibawa Apit untuk Shamira, yang kutau aku ngerasa nggak rela waktu Shamira lambaiin tangannya ke Apit pas Apit pergi menjauh dari rumahnya. Perasaan nggak rela ini berubah jadi rasa takut yang menghantuiku beberapa hari belakangan.
Aku takut kalau ternyata Apit lebih cepat dariku.
Aku takut kalau ternyata Shamira sudah dilamar lebih dulu.
Ketakutan-ketakutan lain itu membuatku nggak bisa tidur dan berakhir dengan aku memasak makanan di dapur.
Memasak apa saja. Semampu dan sebisaku yang penting aku memasak lalu memakannya sendiri, maka perlahan rasa kantuk akan datang.
"Pid?" suara lembut seorang wanita menyapaku dari belakang. Tanpa menolehpun aku tau itu Mama.
"Ma," sapaku pas Mama berdiri di sampingku.
"Nggak bisa tidur lagi?"
"Hm," gumamku.
Mama menghela nafas pelan dan berjalan mengambil piring.
"Nih," ucap Mama mengangsurkan piring yang tadi di ambilnya.
"Makasih, Ma."
Aku meletakkan nasi goreng yang sudah matang ke piring yang tadi diambilkan Mama. Aku hanya membuat satu porsi karena aku nggak berfikir Mama masih terjaga.
Mama berjalan menuju meja makan setelah mengambil air putih dari lemari pendingin, aku menyusulnya, dan kami duduk berhadapan.
"Mau nggak, Ma?" tawarku. Mama menggeleng dan tersenyum lembut ke arahku.
Aku memakan nasi goreng buatanku dalam diam, seperti yang pernah aku bilang, Mama nggak suka kalau ada yang bicara pas lagi makan.
"Pid," panggil Mama sewaktu aku lagi minum air putih.
"Hm?"
Ada jeda untuk aku mencuci piring dan kembali duduk sebelum akhirnya Mama berbicara,
"Apa yang lagi mengganggumu sampai nggak bisa tidur akhir-akhir ini?"
Aku tersenyum kecil dan menatap mata Mama dalam,
"Nggak ada kok, Ma," kataku meyakinkan.
"Beneran," tambahku tegas waktu beliau memberiku tatapan curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fatimah & Ali
Fiksi Remaja[Dipublish pertama kali September 2019 dan selesai Desember 2020] Namanya, Shamira Putri Aisyah. Dia adalah seorang wanita yang diam-diam memperhatikan Hafidz dari kejauhan. Mencintainya dengan ketulusan, mengaguminya dalam diam, serta mendoakannya...