Happy reading🎉
Shamira POV
Setelah kepergian nenek, aku harus tetap melanjutkan hidupku. Berangkat kesekolah dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Tapi aku tetap tidak bisa melupakan rasa bersalahku pada nenek, aku sudah mengiklaskan kepergiannya. Sungguh. Hanya saja rasa bersalah itu kadang datang menghampiriku.
Hari ini aku lebih memilih menghabiskan waktu istirahat di gazebo ketimbang di perpustakaan seperti beberapa hari yang lalu. Menutup telinga dengan earphone yang sedang memutar murottal al-qur'an.
Aku tidak ingin mendengarkan musik ketika perasaanku sedang tidak baik. Karena menurutku ketika aku mendengarkan musik dalam keadaan tidak baik, aku malah akan ikut hanyut dalam emosi musik tersebut. Bukannya membuatku tenang tapi malah membuatku ikut hanyut dalam nyanyian yang dibawakan.
Tapi ketika aku mendengarkan murottal qur'an dalam perasaan yang tidak baik. Aku akan mendapat ketenangan, kedamaian, dan perasaan yang lebih baik.
Aku memejamkan mata sambil memeluk lutut. Menikmati lantunan ayat suci dan angin semilir pagi ini. Aku tidak perlu merasa takut akan ada orang yang menatapku aneh karena di gazebo ini sepi. Baru akan ramai ketika siang hari nanti.
Murottal qur'an berhenti itu tandanya sudah 10 menit aku mendengarnya.
"Astagfirullah!" pekikku ketika aku mengangkat kepala lalu menemukan seseorang dihadapanku.
"Aku nggak bermaksud bikin kamu kaget lho Sha." ucapnya sambil menyengir.
"Ya tapi kan bisa kasih aku tanda dulu kalo kamu ada disini."
"Maaf."
"Kupikir kamu lagi tidur tadi."
"Mana bisa aku tidur ditempat kaya gini Pit."
"Nah itu juga yang ada dipikiranku tadi, bisa aja kamu pingsan kan."
Aku menggelengkan kepalaku bingung.
"Mau balik ke kelas ya Sha?" tanyanya ketika melihatku turun dari gazebo.
Aku mengangguk.
"Iya, lima menit lagi udah mau masuk kan."
"Iya juga." ucap Apit sambil melihat jam tangannya.
"Yaudah bareng ya." ucapnya lalu mengekoriku yang sudah berjalan lebih dulu.
"Kok Aika nggak nemenin kamu Sha?" tanya Apit setelah berhasil mensejajari langkahku.
"Kenapa dia harus nemenin aku?"
"Ya… karena dia temen kamu?"
"Meskipun dia temen aku, dia nggak mesti nemenin aku kemanapun kok. Lagian dia juga punya teman yang lainnya bukan cuma aku aja."
Apit menganggukkan kepalanya.
"Laksmi ya?" gumamnya.
Aku tersenyum.
Laksmi.
Salah satu gadis populer di sekolah kami yang kebetulan menjadi teman sekelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seperti Fatimah & Ali
Teen Fiction[Dipublish pertama kali September 2019 dan selesai Desember 2020] Namanya, Shamira Putri Aisyah. Dia adalah seorang wanita yang diam-diam memperhatikan Hafidz dari kejauhan. Mencintainya dengan ketulusan, mengaguminya dalam diam, serta mendoakannya...