27

3.5K 364 14
                                    

Updatenya malam karena tadi sore ketiduran😂

Happy reading🎉

Shamira POV

Hari ini aku bertekad untuk membicarakan semuanya dengan Aika, dengan pikiran yang terbuka untuk tau bagaimana cara pandangnya. Aku ingin hubungan kami membaik agar aku tidak merasa canggung saat duduk bersamanya, meskipun hubungan kami sedang tidak baik aku tau Aika tidak akan berpindah tempat duduk bahkan sampai satu tahun ke depan nanti.

Aku ingin menghabiskan masa SMA ku dengan bahagia, tanpa ada masalah, dan tenang sehingga aku tidak menyesalinya ketika aku beranjak dewasa.

"Ai." panggilku lirih di sela pembelajaran.

Sebentar lagi istirahat karena itu aku ingin membuat janji dengannya lebih dulu.

Aika tidak menjawab sehingga aku menoleh ke arahnya. Dia tidak menatapku, dia menatap papan tulis dan pura-pura sibuk mencatat. Ini yang nggak aku suka dari pertengkaran kami. Aku akan merasa canggung bahkan hanya untuk menatapnya dan akan lebih merasa canggung ketika dia tidak menjawab panggilanku.

Mengabaikan ego aku kembali memanggilnya,

"Aika."

"Hm." gumamnya tanpa menatapku.

"Bisa luangkan waktu istirahatmu untukku?"

"Aku ingin bicara."

Aika diam seperti tidak mendengar ucapanku.

"Bisa?"

"Nggak bisa."

"Aku mau ke kantin sama Laksmi."

"Hanya sebentar apa tetap nggak bisa?"

Aika mengabaikanku lagi.

Aku melepaskan nafas berat.

Ini nggak akan mudah kalau Aika nggak ingin berbaikan denganku.

Beberapa menit setelah itu bel berbunyi, bu  guru sudah keluar kelas sedangkan aku masih mencatat ketika Aika langsung membereskan buku-bukunya dan pergi menghampiri Laksmi.

"Aika!" panggilku.

Dia tidak menoleh ke arahku ataupun bicara padaku.

Dia menunggu Laksmi selesai dengan kegiatan mencatatnya, begitu selesai mereka berdiri dan berjalan melewatiku.

Aku menahan tangan Aika begitu dia lewat tepat di sampingku.

"Aku ingin bicara." ucapku.

Aika menoleh, menatap datar ke arahku lalu beralih ke pergelangan tangannya. Dia menghempaskan tanganku kasar lalu menatapku tajam,

"Aku bilang nggak bisa ya nggak bisa!" teriaknya padaku.

"Kamu ngerti bahasa manusia nggak sih?!"

Aku membeku seraya menatapnya nggak percaya. 

Aika berteriak padaku.

Perlakuan yang sama sekali nggak pernah terlintas di pikiranku. Aku nggak bisa mendefinisikan bagaimana perasaanku saat ini, karena jika di umpamakan seperti ada benda yang menghantam dadaku tajam. Kurasa ini lebih sakit dari itu.

Aku menatap kepergian Aika dengan gumpalan air mata yang siap jatuh jika aku berkedip sedikit saja.

"Sha." panggil Nameera, teman sebangku Mara yang tiba-tiba berada disampingku.

Aku menoleh ke arahnya dan berkedip. Air mataku jatuh ke pipi dan aku baru menyadari, seluruh teman sekelasku menyaksikan ini. Mereka menatapku dengan tatapan iba. Beberapa dari mereka menatap ke arahku tak percaya.

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang