6

5.8K 538 12
                                    

Selamat membaca🎉

Pulang sekolah, di halte bus

Pernah mendengar kalimat ini ?

"dibuat terbang kemudian dijatuhkan"

Jika dulu Shamira merasa geli dengan hal yang berbaur dengan luka, cinta atau semacamnya.

Kini berbeda, Shamira mulai percaya dengan itu semua. Termasuk kalimat diatas tadi, dia percaya bahwa itu benar adanya dan nyata rasanya.

Sesak, tidak nyaman, dan entah kata apalagi yang harus dia jabarkan sekarang.

Di depan sana dengan jarak kurang lebih 100 meter dari tempat Shamira berpijak, atau lebih tepatnya didepan minimarket.

Shamira melihat laki-laki itu bersama dengan seorang wanita, bercanda dan tertawa bahkan dari sini bisa Shamira lihat bahwa Hafidz terlihat sangat dekat dengan wanita cantik itu.

Tidak nyaman, sesak, dan mata Shamira memanas.

Shamira tidak suka perasaan ini, seolah perasaan ini membuatnya ingin mati karena harus menahan sesak yang menjejak.

Apa ini?

Tadi pagi, dia merasa senang -sangat senang- karena Aika menceritakan bahwa Hafidz lah yang menggendongnya meskipun Hafidz sebenarnya enggan untuk menyentuh wanita.

Tapi sekarang apa?

"dibuat terbang kemudian dijatuhkan"

Shamira tersenyum miris ketika kalimat itu kembali terlintas dipikirannya.

Tadi pagi Shamira merasa senang seperti sedang terbang dan sekarang, Shamira merasa sesak, hancur layaknya dijatuhkan dari langit tertinggi dan terjatuh dalam jurang yang paling dalam.

Kata Aika apa tadi?

Hafidz tidak ingin menyentuh wanita?

Lalu sekarang apa?

Shamira bisa melihat tangan kiri Hafidz merangkul wanita itu untuk semakin mendekat kepadanya.

Omong kosong.

APakah selama beberapa bulan ini Shamira salah mengagumi Hafidz?

Apakah selama ini Hafidz hanya berpura-pura menjadi orang baik?

Apakah selama ini Hafidz yang terkenal taat dengan agama dengan aturan itu palsu?

Tidak nyata?

Tapi untuk apa?

Untuk apa Hafidz melakukan semuanya?

Sungguh.

Shamira merasa menjadi orang yang bodoh sekarang.

Yang mudah tertipu dengan wajah lugu seseorang.

Yah, lugu.

Karena selama ini Shamira mengagumi Hafidz karena wajahnya yang terlihat lugu, polos, baik, dan selalu taat kepada agamanya.

Mungkin benar,

"apa yang terlihat belum tentu benar."

Mungkin, Hafidz yang lugu itu hanyalah topeng atau baiklah kita berbelok dulu, berpikir yang positif jika wanita dalam rangkulan Hafidz itu adalah adiknya ataupun sepupunya, karena jika wanita itu adalah kakak atau pun ibunya.

Itu tidak mungkin, karena Hafidz adalah anak pertama.

Jika itu ibunya, kenapa terlihat muda sekali?

Seperti Fatimah & AliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang