Massages

1.8K 259 75
                                    

Ini hari Jumat. Para pelaku korporat mungkin berpikir Jumat malam adalah waktunya berhamburan merayakan kedatangan akhir minggu. Tapi setelah jam kerja selesai, Daniel justru membawa pulang sisa pekerjaannya ke apartemen.

Jihoon sempat protes, tapi setelah dipikirkan kembali mungkin Daniel memang sedang sibuk, jadi ia akhirnya memaklumi.

Jihoon dan Daniel memang sama-sama passionate di pekerjaan mereka masing-masing. Tapi bedanya, Jihoon hanya profesional, sementara Daniel terkadang bisa cenderung workaholic pada masanya(?).

Jihoon meringis untuk ke sekian kalinya malam ini karena lengan, pundak dan telapak kakinya pegal bukan main. Restoran di hari Jumat memang selalu sibuk, tapi hari sibuknya kali ini bahkan sempat membuatnya kewalahan.

"Masih lama?" tanya Jihoon ketika ia melihat Daniel masih serius dengan laptopnya di kamar samping.

"Masih. Tidur duluan saja, Chef, kau pasti lelah." jawab Daniel sambil melambaikan tangannya seolah Jihoon sedang pamit.

Karena sudah tidak ada tenaga, Jihoon hanya mengingatkan agar Daniel tidak tidur terlalu larut, lantas masuk ke dalam kamar.

Dan Jihoon kembali mengerang ketika sudah berbaring dan masih merasakan ototnya tegang di sana sini.

Meski agak sulit, akhirnya waktu membawa kesadarannya 20 menit kemudian.




+

Daniel baru bisa menyelesaikan pekerjaannya sepuluh menit sebelum tengah malam. Ia mengintip cangkir di samping laptop dan menyadari kopinya sudah habis.

Pria itu menguap lebar sambil menutup laptop, lantas bangkit untuk mengambil secangkir air hangat.

Ia menyempatkan diri menengok Jihoon sebentar, sebelum mengambil jaket dan keluar dari unit apartemen untuk membeli sesuatu di minimarket terdekat.

Tidak sampai lima belas menit, Daniel sudah kembali dengan tentengan kecil di tangannya, dan langsung berjalan lurus menuju kamar tidur.

Daniel bahkan tidak perlu bertanya karena sudah mengenal Jihoon dengan baik--terlalu baik, malah. Daniel sudah tahu apa yang harus dilakukannya sejak Jihoon tidak banyak bicara ketika ia suruh tidur duluan tadi.

Daniel duduk di sisi ranjang, mengeluarkan semacam lotion dari kantong belanjaannya.

Ia melepas tiga kancing teratas piama Jihoon, kemudian menarik lembut tubuh Jihoon agar menelungkup di atas bantal. Setelah memastikan posisi Jihoon tidak kagok, Daniel menurunkan piama pria manis itu hingga sebagian pundaknya tidak tertutup.

Sambil sesekali menguap, Daniel memijat beberapa titik pundak Jihoon yang terasa tegang dengan menambahkan lotion.

"Kau tidak bangun, pasti capek sekali, ya?" gumam Daniel seolah Jihoon sedang mendengarkan, "Utututu, sayang."

Jihoon benar-benar terlihat tidak terganggu walaupun Daniel agak menambah tekanan pada pijatannya.

"Tidak pingsan, kan?" Daniel berbisik pada dirinya sendiri sambil menunduk melihat wajah Jihoon.

"Tidak, kan? Tidak, kok."

Setelah dirasa selesai dengan bagian pundak, Daniel kembali menarik tubuh Jihoon, kali ini mencoba membuatnya terlentang.

"Hng..."

Tapi kali ini Jihoon terusik dan membuka matanya. Dahinya berkerut karena merasa terganggu, dan ia menoleh pada Daniel yang sudah cengengesan.

Jihoon kesal, tapi protesannya segera tertahan di ujung lidah ketika hidungnya menangkap aroma lotion pijat yang cukup kentara.

"Pijat gratis, Bos." kata Daniel sembari mendukung Jihoon untuk telentang.

Sweet Gestures [NielWink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang