Tahun sudah berganti, musim semi kembali datang.
Sudah hampir lima bulan berlalu sejak Daniel berhenti bekerja untuk Jihoon dan diangkat menjadi direktur anak perusahaan keluarganya yang memang sedang mengalami kekosongan pimpinan.
Di lima bulan itu, mereka sangat jarang bertemu karena kesibukan Daniel yang seakan tidak ada habisnya. Pria itu perlu beradaptasi dengan jadwalnya, sekaligus memperbaiki regulasi perusahaan hampir dari titik awal lagi sesuai dengan keinginan para dewan.
Setiap hari Minggu, terkadang Daniel pulang ke apartemen yang mereka tinggali bersama, tapi selebihnya hanya saling memberi kabar melalui pesan teks atau suara.
Hari Minggu kali ini Daniel kembali beruntung karena bisa memilih menghabiskan waktu dengan Jihoon.
Jihoon yang merasa diberi kesempatan, pagi tadi mendadak mengusulkan untuk menghabiskan hari dengan piknik. Ia merasa mereka harus melakukannya begitu melihat cuaca yang sedang sangat bagus di penghujung musim.
Karena Daniel golongan orang yang tidak mampu--dalam menolak keinginan Park Jihoon--maka di sinilah mereka.
Lagipula Daniel sendiri sadar dirinya dan Jihoon perlu kegiatan bersantai di luar seperti ini.
Langit berwarna biru cerah berlapis awan seputih kapas. Angin musim semi sudah tidak begitu kencang bertiup. Beberapa pohon cherry blossom masih tampak bersemi di beberapa titik kota.
Sepertinya semua orang berpikir ini memang hari yang indah untuk berpiknik, karena taman sungai Han cukup ramai oleh keluarga-keluarga dan pasangan-pasangan yang berniat menyegarkan pikiran.
Daniel dan Jihoon datang terlalu siang, sehingga spot bagus di taman itu sudah tidak tersisa.
Akhirnya mereka melebarkan tikar di dekat pohon yang ada di sudut belakang taman.
Daniel tidak keberatan dengan tidak mendapat pemandangan sungai yang bagus, karena Jihoon saja sudah pemandangan yang indah, katanya. Lagipula di sini malah lebih teduh, walaupun agak lebih kering.
Sampai saat ini, pria bertubuh tinggi itu sudah menghabiskan 1 shinramyeon cup yang ia beli di minimarket terdekat; setengah kotak spicy chicken yang sengaja mereka pesan; dan 2 detik bibir Jihoon yang ia curi saat tidak ada yang melihat.
"Ini baru sempurna." katanya tadi, sambil membaringkan kepala di atas paha kekasihnya yang sudah merona dan tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah Daniel membatalkan rencana untuk tidur siang, kini mereka sedang mengobrol ringan entah tentang apa. Diiringi semilir angin, dan sebuah benda di tangan masing-masing.
"Mereka pemalas." tukas Jihoon santai dalam percakapan mereka yang telah berjalan sejak satu menit yang lalu.
Tangan kiri Jihoon membalik halaman lain dari novel yang sedang ia baca.
Daniel di bawahnya merapatkan bibir karena penolakan tegas Jihoon terhadap idenya, "Kita bisa mengadopsi yang masih bayi, kalau begitu." ia menjawab dengan tangan dan mata sibuk dengan PSP. Sesekali terdengar audio dari game yang ia mainkan.
"Kita sudah cukup sibuk, mana ada waktu untuk mengurus bayi."
"Kan tidak perlu dijaga 24 jam, sayang."
"Tetap saja. Tidak sedikit orang yang punya waktu lebih banyak untuk memelihara bayi kucing. Biarkan mereka yang mengadopsinya, nasib kucing itu akan lebih bagus di tangan mereka."
Daniel menghentikan game-nya, menatap Jihoon dari posisinya sekarang. Ia siap berdebat, tapi pemandangan di atasnya membuat bibirnya bungkam lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Gestures [NielWink]
FanfictionDitulis kalau ada ide saja, jadi tidak ada tamatnya. [Alternate Universe] Drabbles and oneshots about sweet gestures in Kang Daniel and Park Jihoon relationship. So, well... it's mostly fluff. WARNING: 📍 Shounen-ai/Yaoi/Boys love 📍 Pairing: NielWi...